Rise with Rose 17

61 5 1
                                    

Katy mengedarkan pandang, memilih kursi di cafetaria yang dipadati para siswa. Ia menoleh begitu lengannya disenggol oleh April, matanya mengikuti arah telunjuk temannya itu.

"Hai Leo!" sapa Katy seraya menarik kursi di sebelah kanan cowok tersebut. Diikuti oleh Alexa yang duduk di seberangnya, sedang sisa geng-nya menempati meja lain.

"Sejak kapan lo akrab sama cewek ini?" imbuhnya seraya memandang Mawar jijik.

"Lo mau makan apa Kate?" tanya Alexa sambil menuliskan pesanannya sendiri.

"Samain aja." jawab Katy yang disambut Alexa dengan anggukan.

Leo menghela napas, paham benar watak Katy yang nggak sopan. "Namanya Mawar, Kate." jawabnya. "Dan dia teman baru gue."

"WHAT?" teriak Katy, shock. "Lo becanda kan, Leo? Kenapa lo mau berteman sama cewe cupu kayak gini?" lanjutnya seraya mengernyit jijik pada Mawar yang tiba-tiba kehilangan selera makannya.

Leo memutar bola matanya. Mengeluhkan sikap berlebihan Katy dalam hati. "Dia nggak cupu kali, Kate. Normal aja."

"Seriously, Leo," kata Katy sungguh-sungguh sambil menatap lekat cowok itu. "Persepsi lo tentang kecantikan itu sedikit rusak. Oh nggak, sangat rusak. Cewek cupu kayak gini lo bilang normal." lanjutnya, menunjuk Mawar yang risih menjadi pusat perhatian orang-orang di sekeliling mereka. "Terus, si nerd Rossa, lo bilang cantik."

"Dan si cantik Katy, lo bilang jelek." sahut Alexa, yang seketika dipelototi oleh Katy.

Leo tak menggubrisnya, memilih untuk menandaskan makan siang. Sedang Katy, meski kesal karena diabaikan, ia tetap menikmati makan siangnya dengan anggun. Membuat Mawar meliriknya, dan merasa untuk seumur hidup ia takkan pernah bisa memiliki table manner sebaik Katy.

Leo membersihkan tangan dan mulutnya dengan tissue, lantas menatap Katy. "Kebetulan lo disini, gue mau ngomong."

Katy meletakkan garpunya ke atas piring. "Mau ngomong apa?" sahutnya dengan lemah lembut luar biasa, membuat Mawar terheran-heran.

"Mawar," kata Leo seraya menunjuk dengan dagunya. "Tolong lo bantu dia di tim cheers." Mengabaikan raut terkejut Katy, Leo melanjutkan. "Dia kapten cheers di sekolah lamanya. So, bisa memperkuat tim kalian. Bukannya kalian ada kejuaraan dalam waktu dekat?"

"Tim cheers gue udah kuat Leo, nggak butuh cewek cupu macam dia." sahut Katy, sekilas melirik Mawar.

"Kejuaraannya di Bandung kan?" kata Leo. "Gue bakal datang buat support lo."

Mendengar janji surga barusan, Katy pun sumringah.

"Asal Mawar boleh masuk tim." lanjut Leo, membuat Katy sebal.

"Oke deh, gue ijinin dia gabung di tim." jawab Katy walau tak sepenuh hati. "Asal lo janji bakal dukung gue di Bandung." lanjutnya, tersenyum lebar.

Leo mengangguk. "Gue janji."

🌹🌹🌹

Dinda urung memasuki ruang kelas ketika matanya menangkap pemandangan di koridor depan XII MIPA 3. Alih-alih ia menyikut lengan Rossa seraya menunjuk dengan dagu pemandangan tersebut. Awalnya Rossa tampak kebingungan, namun ia segera mengerti begitu melihat Leo dan Mawar tengah berdiri bergandengan tangan. Begitu keduanya menoleh, Rossa pun membuang muka dan hendak melarikan diri ke dalam kelas, jika saja Dinda tak menahan lengan kirinya.

Rossa memelototi sahabatnya itu, meminta dilepaskan. Namun Dinda mengabaikannya. Memilih untuk menunggu Leo yang sedang on the way menghampiri mereka. Sedang Mawar tampak berdiri terdiam di tempat dimana Leo meninggalkannya.

"Hai," sapa Leo. "Nggak makan?" tanyanya pada Rossa, namun yang bersangkutan membuang muka.

"Kalian habis makan ya, Le?" tanya Dinda, menyelidik. Pandangannya sempat berserobok dengan Mawar selama sepersekian detik. "Kami belum makan nih. Rossa maksa tinggal di perpus, buat ngerjain soal ujian 3 tahun lalu yang jadi bahasan di PM nanti." lanjutnya.

"Iya, tadi gue makan siang bareng Mawar," jawab Leo. "Sekalian ngobrol sama Katy, mengenai Mawar yang ingin join tim cheers." imbuhnya.

Mendengar jawaban tersebut, Rossa pun menatapnya dan bertanya, "Terus gimana?"

Sudut bibir Leo tertarik ke atas, "Udah mau lihat aku sekarang?"

Rossa kembali melengos, membuat Leo gemas. Tangan kanannya terulur ke dagu Rossa, membuat gadis itu kembali menatapnya. Hal yang nggak luput dari pengamatan Mawar, yang membuatnya merasakan tusukan di hatinya.

"Nggak usah pegang-pegang!" Rossa menepis tangan Leo dari wajahnya.

Leo pun tertawa, kembali memasukkan tangan kanannya ke dalam saku celana.

"Semua berjalan seperti yang kamu mau, Rossa Sayang." ucapnya, sengaja membuat gadis itu kesal.

Rossa mengernyit jijik mendengar panggilan sayang tersebut. Namun Leo justru tertawa melihatnya, tampak kesenangan.

"Dan kamu--jangan pura-pura lupa. Sebab sampai hari ini, contact-ku masih kamu blokir, Sayang." imbuh Leo. "Bakalan gawat kalau kamu ingkar janji."

"Lo mau apa?" tanya Rossa, waspada.

Leo tersenyum, "Kamu."

Rossa menggeram, "Gue serius, Leo."

Leo kembali tertawa melihatnya jengkel.

"Who knows." jawabnya seraya mengedikkan bahu.

Rossa menatapnya beberapa saat, lalu katanya, "Bakal gue buka blokirnya hari ini. Lo jangan macam-macam!"

Dia khawatir Leo akan membatalkan kesepakatan mereka dan mengacaukannya. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Leo suka bertindak seenaknya. Mentang-mentang punya uang dan kuasa, cibir Rossa dalam hati.

"Sayang, aku nggak pernah macam-macam. Satu macam aja susah banget didapetinnya." jawab Leo sungguh-sungguh.

Rossa hanya menatapnya sambil mengernyit kebingungan.

Leo mendesah, sejenak menengok ke arah lain, sebelum kembali menatapnya. "Nasib gue punya cewek nggak peka."

Dinda tertawa mendengarnya.

"Cowok ini ngomong apa sih?" tanya Rossa, menyuarakan keheranannya kepada Dinda.

Dan sekali lagi Dinda hanya tertawa mendengarnya.

"Yuk, Din, masuk!" ajak Rossa seraya menarik lengan Dinda memasuki kelas.

"Sama-sama, Rose." kata Leo, membuat langkah Rossa terhenti di ambang pintu.

Dengan kesal Rossa kembali menatapnya dan berkata, "Makasih."

"Lo makasih apa marah Ros?" tegur Dinda.

"Nggak usah komen!" sahut Rossa.

Dinda kembali menertawakannya.

Leo terus menatap keduanya hingga hilang dari pandangan, baru ia beranjak pergi darisana. Di saat bersamaan, Mawar mendapati dirinya sendiri menjadi penonton dari drama romantis sepasang mantan kekasih. Dan ia tidak menyukainya.

🌹🌹🌹

Rise with RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang