Rise with Rose 14

43 3 0
                                    

Sudah lima belas menit Mawar berdiri di samping pintu masuk lapangan basket indoor, Rossa dan Dinda belum kunjung datang sebagaimana kesepakatan mereka tadi pagi. Walau, bukannya Mawar keberatan, sebab ia dapat menunggu kedatangan keduanya sembari melihat latihan rutin tim basket sekolah, terutama Leo. Mawar nggak berkhianat pada Rossa kan jika dirinya tertarik pada Leo? Maksudnya ayolah, bahkan Dinda mengaku terang-terangan bahwa dirinya naksir Leo. Jadi Mawar nggak dosa kan, ya, kalau ikutan naksir Leo? Astaga, memangnya cewek mana yang nggak terpesona oleh Leo? Pantas Katy yang tak berhati itu pun luluh di depan Leo.

Ngomong-ngomong soal Katy, tadi Mawar sempat bersembunyi di belakang pintu ketika ia dan timnya memasuki gedung. Mereka juga sedang latihan sekarang, tepat di sebelah lapangan yang tim basket gunakan. Meski separuh waktu untuk latihan, separuhnya lagi menonton dan menyemangati tim basket. Jujur saja, Mawar takut dilabrak Katy jika ia ketahuan berada di lapangan ini. Apalagi bala bantuan belum datang. Ah, itu dia!

"Sorry, tadi Dinda ke toilet dulu." kata Rossa begitu keduanya tiba.

Dinda meringis, tangan kanannya terangkat ke atas sambil jari-jarinya membentuk simbol V.

"Ya udah, kita duduk aja dulu. Ntar mereka istirahat, baru kita minta ngobrol." kata Rossa, memimpin jalan menuju kursi pemain.

Nggak langsung duduk, ia merapikan terlebih dahulu kemeja, celana, tas, botol, snack, yang bertebaran di atas kursi. Begitu pun dengan Dinda. Sehingga Mawar meniru tindakan mereka. Sesudah cukup rapi, ketiganya duduk, menonton latihan basket.

Beberapa kali Mawar melihat Leo melirik ke arah mereka, membuatnya nervous seketika. Mana cowok itu keren banget lagi mainnya! Dan bukannya bikin illfeel, Leo malah kelihatan macho saat sekujur tubuhnya basah oleh keringat. Astaga..., kok ada ya cowok seindah itu? Batin Mawar.

Namun imajinya luntur seketika kala menangkap tatapan tajam dari seberang sana, Katy and the gang. Gadis itu tampak marah, sedang sisanya menatap ia tak suka.

🌹🌹🌹

Dinda menangkap senyuman di bibir Rossa setiap kali Leo berhasil merebut bola dari lawan, atau setiap kali cowok itu berhasil memasukkan bola ke dalam keranjang lawan. Jangan lupakan kedua tangannya yang nampak tak tenang di pangkuan, seolah hendak bertepuk tangan seperti penonton lainnya namun ditahan-tahan. Sungguh, tingkah Rossa ini membuat Dinda gemas sekaligus makin curiga.

"Tepuk tangan aja kali, pake gengsi segala." kedua tangan Dinda bertepuk sambil melirik Rossa yang menahan diri untuk kesekian kali.

Rossa menoleh. "Gue nggak tepuk tangan." sanggahnya.

"Suka sama mantan nggak dosa kali, Ros."

"Terserah lo!" sahut Rossa, membuang muka. Membuat Dinda terkikik dalam hati.

Baru saja ia hendak menggoda Rossa lagi, permainan basket berhenti. Nampaknya waktu istirahat belasan cowok itu sudah tiba. Jadi Dinda mengurungkan niatnya untuk menggoda Rossa. Well, masih ada lain waktu, pikirnya.

🌹🌹🌹p

Satu jam latihan terasa lama sore ini. Padahal Leo sudah tak sabar untuk menghampiri cewek yang duduk di bangku pemain itu. Yang tiba-tiba muncul setelah sekian lama absen menemaninya latihan basket. Namun Leo harus puas dengan hanya mencuri-curi pandang ke arah bangku pemain selagi dia berkonsentrasi pada permainan di lapangan. Walau kehadiran cewek itu sempat membuat Leo ditegur pelatih karena menyebabkan konsentrasinya terbagi.

Dan saat satu jam permainan berakhir, rasanya Leo nyaris terbang menghampiri bangku pemain. Lalu matanya jatuh pada sebotol susu coklat di samping tasnya. Seketika ia tersenyum, tahu benar siapa yang menaruh minuman tersebut disana. Namun ia urung meminumnya, alih-alih membawanya ke depan cewek itu.

Rise with RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang