2

316 20 0
                                    

Tragedi Senin

Hotel Diamond Ring adalah salah satu Hotel bintang 5 yang terletak di pusat kota. Awalnya Hotel Diamond Ring ini milik perorangan. Tapi karena management yang kurang baik, sang pemilik akhirnya menjualnya.

Entah mengapa Sandy Wira membelinya saat itu. Padahal dari laporan keuangan saja semua orang bisa melihat Hotel tersebut di ambang kebangkrutan.

Bukan hanya Management Hotel yang buruk tapi citra Diamond Ring sendiri di mata masyarakat cukup buruk.

Saat Edginee putus dan membatalkan pernikahannya. Dia meminta pada Sandy dan Ghea untuk pergi menenangkan diri. Tapi Sandy malah menawarkan Edginee untuk mengelola Diamond Ring sementara selama masa menenangkan diri.

Jangan di tanya berapa banyak orang yang di pecat Edginee untuk memperbaiki management. Edginee memilih sendiri karyawan mana saja yang akan di pertahankan, di naikkan jabatannya, di turunkan jabatannya, atau di rumahkan. Bahkan level houskeeping, office boy/girl, dan satpam pun Edginee sendiri yang menyeleksi.

Akhirnya setelah tiga tahun, nama Diamond Ring perlahan-lahan membaik di masyarakat. Bahkan banyak yang ikut serta menjadi member di sana.

Dan saat ini Tiara, Manager Front Office tengah memijat keningnya karena salah satu member silver tengah membuat keributan.

Tiara menarik Dania, resepsionis siang ini untuk menjauh sejenak dari keributan di depannya. "Panggil Edginee ke sini. Cepet!"

Dania mengangguk sambil berlari menuju ruangan Edginee.

Untung saja senin ini Edginee tidak mengambil jatah liburnya. Kalau tidak. Sudah di pastikan, mereka semua akan habis di tangan Revan, General Manager Diamond Ring.

"Bu. . ." panggil Dania sambil membuka pintu ruangan Edginee sedikit.

Edginee yang tengah asyik membaca laporan mingguan yang di kirimkan Revan mengerutkan keningnya melihat Dania.

"Kenapa Dania?"

"Di depan ada keributan Bu."

Edginee menggerakkan tangannya. Mengisyaratkan Dania untuk masuk.

Sejujurnya Edginee lebih suka bekerja jadi Auditor dibanding mengelola Hotel. Komplain pelanggan di Hotel itu banyak dan bervariasi.

"Gara-gara apa?"

"Itu Bu, kami menolak pasangan member silver buat satu kamar. Eh salah yang pria member platinum."

"Kenapa kalian tolak buat satu kamar?"

"Mereka belum menikah Bu. Kami tadi cek KTP keduanya masih single. Saat di minta buku nikah, yang perempuan malah marah-marah."

Edginee menghembuskan nafasnya perlahan sambil bangkit berdiri. "Yuk ke sana."

Saat Edginee sampai lobi Hotel, Revan sudah ada di sana dan tengah berbicara dengan pasangan tersebut.

"Loh, kalian ngeraguin kalau kita sudah nikah? Ini Hotel kok banyak maunya ya? Gimana saya saja dong mau satu kamar atau dua kamar!"

"Pagi menuju siang." sapa Edginee sambil tersenyum. "Saya Edginee, kalau boleh saya tahu hubungan Bapak Ibu ini apa? Mohon maaf, kebijakan Hotel kami mengharuskan pasangan suami istri atau hubungan saudara yang diperbolehkan satu kamar."

"Sayang. . . ini kamu member platinum loh. Kok pelayanannya begini. Ini kita harus ke rumah lagi apa buat bawa buku nikah?"

"Boleh saya minta kartu platinumnya Pak?"

Pria di depannya mengelurkan kartu dari dompetnya tanpa banyak bicar.

Edginee mengenali kartu platinum di tangannya. Kartu platinum tersebut adalah kartu khusus untuk jajaran tertinggi sebuah perusahaan yang biaya penginapannya akan langsung masuk tagihan ke perusahaan.

"Bapak Ibu tunggu sebentar, akan kami cek terlebih dahulu ketersediaan kamar dan kartu member ini saya pinjam."

Edginee mengkode Revan untuk menghandel keduanya sementara dia dan Tiara mengcek kartu platinum mereka.

"Edginee, ini kartu atas nama Enrico Geraldo dari PT Gutama dan status keanggotaannya masih single." Tiara membaca data di komputer.

Cakra, asisten Edginee datang mengiteruksi, "Bu. . ."

"Ya?"

Cakra berbisik pelan pada Edginee dan Bu Tiara.

"KTP yang pria siapa namanya?"

"Yang pria nggak bawa pengenal Bu bilangnya." sahut Dania karena memang dialah yang awalnya melayani pasangan tersebut. "Tapi ada fotocopy KTPnya. Di situ sih namanya Enrico Geraldo."

"Bu, tapi kok saya nggak yakin loh kalau yang pria emang Enrico Geraldo." ujar Claudia sambil berbisik.

Edginee menghembuskan nafasnya perlahan, "Kalian bilang saja kamar president suite sudah penuh di booking. Adanya deluxe room."

"Kita kasih mereka satu kamar?" tanya Tiara yang mendapat anggukan kepala dari Edginee.

"Kasih aja Bu. Biarin deh. Yang dosa mereka kok bukan kita." ujar Edginee cuek sambil melangkah kembali ke ruangannya.

Dania dan Claudia memandang Tiara binggung. Masalahnya kebijakan Hotel untuk tidak menerima pasangan yang bukan suami istri atau saudara satu kamar itu datangnya dari Edginee. Lah sekarang dia sendiri yang acc.

Tiara mengangguk perlahan. "Yang perempuan itu travell bloger di intagram. Tadi Cakra bilang yang perempuan udah posting pelayanan kita jelek."

Tiara menghampiri pasangan penuh masalah itu dengan senyum simpul. "Terimakasih untuk menunggu lama Bu Ranaya dan Pak Enrico. Mohon maaf sekali kamar yang tersedia saat ini hanya deluxe. Apakah Bapak dan Ibu jadi mengambil kamarnya?"

"Sayang. . ."

"Udah deh Nay, kamar mana aja." pria yang mengaku bernama Enrico tersebut memandang Bu Tiara dan Pak Revan "Saya ambil 2 malam."

"Baik akan kami bukakan kamarnya. Ini kuncinya." Bu Tiara menyerahkan kunci kamar pada pasangan tersebut yang langsung pergi begitu saja.

"BREFING!" teriak Revan dan Tiara bersamaan.

~ Dream Wedding ~

To Be Continue

J.F.E.L

Dream Wedding ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang