27

131 10 1
                                    

"Hahaha. . ." Elleonora dan Sean kompak tertawa mendengar cerita Edginee di rumah Oma Verena.

Bagi keduanya, Edginee mau mulai mengenal Enrico saja sudah kemajuan. Apalagi Edginee bertemu dengan keluarga besar dari pihak Mama Enrico. Itu luar biasa.

Sandy dan Ghea hanya menggelengkan kepalanya beraamaan melihat wajah Edginee yang semakin di tekuk.

"Siapa yang nggak kesel coba Ma. Masa dia enak-enakan tidur." gerutu Edginee sambil memakan cookies buatan sang Mama.

Ghea mengusap kepala Edginee perlahan, "Kan Enrico pikir kamu nggak masalah di tinggal sendiri di sana karena kenal Stevanie. Makanya lain kali kamu jujur sama dia apa yang bikin kamu nyaman dan tidak. Jangan diem-diem aja."

"Setuju! Tipe cowok kayak Enrico ini tipe cowok nggak peka Ci. Mau pake kode keras sampe urat malu Cici keluar pun nggak akan ngeh!"

Sean berdecak pelan, "Lagian kita ini di ciptain buat saling komunikasi. Mana ngerti lah kita kalau kalian cuma kode-kodean. Berasa kita tahu aja apa yang kalian pikirin."

"Nah!" Elleonora memukul badan Sean kencang, "Cowok tuh kurang ajar Ci. Banyak ngelesnya! Kayak Ko Sean nih, segala alesan nggak bisa baca pikiran."

"Eh! Apa yang gua bilang kan beneran!"

"Alah, ngeles aja kayak bajai!"

"Cewek aneh!"

"Cowok bajingan!"

Edginee menggelengkan kepalanya. Elleonora dan Sean itu tidak pernah bisa akur. Entah kenapa keduanya selalu bertengkar saat bertemu.

Ghea saja sudah lepas tangan mengakurkan keduanya.

"Kamu bilang sama Papa kalau mantannya Enrico ada yang macam-macam sama kamu." ujar Sandy sambil mengusap kepala Edginee.

"Aduh! Iya, Mama nggak suka sama Enrico itu cuma karena dia banyak mantannya. Mana kabarnya Ranaya sama Bella masih beredar di sekitar Enrico. Belum mantan-mantannya yang lain."

Sean menghembuskan nafasnya perlahan. Mau bagaimana lagi, mantan Enrico itu menang banyak. Dan sialnya hanyak dari mantan Enrico yang gagal move on.

"Mama sama Papa tenang aja, Gigi bisa jaga diri kok."

~ Dream Wedding ~

Gabriel menatap Enrico jenuh. Astaga, satu hari ini Enrico membatalkan semua perkerjaanya hanya untuk bertemu barisan para mantannya untuk meminta maaf dan meminta tidak mengganggunya.

Masalahnya ada saja mantanya Enrico yang membuat pertemuan itu tidak berjalan lancar. Salah satunya perempuan yang duduk di meja mereka saat ini.

"Maksud kamu apa Enrico?" tanya Ranaya sambil menahan marah.

"Gua bilang, gua udah nggak mau lihat loe beredar di sekitar gua. Kalau keluarga loe butuh kerja sama suruh orang Papa loe ketemu sama gua. Gua udah nggak mau urusan sama loe lagi."

"Kamu nggak bisa seenaknya sama aku, Enrico! Aku masih pacar kamu!"

"Mantan! Kita udah putus lama. Bahkan loe udah keluar masuk hotel sama Dani. Loe perlu gua kirimin video kalian chek in hotel?"

Wajah Ranaya berubah merah mendengar perkataan Enrico.

Sewaktu berpacaran dengannya, mana pernah Enrico berlaku berlebihan dengan mendatangi para mantannya dan meminta mereka tidak menganggu hubungannya dengan seseorang. Enrico hanya baik padanya. Tidak lebih.

Entah mengapa kali ini Ranaya tahu Enrico tengah dekat dengan seseorang. Gosib di kalangan mereka menyebutkan Enrico dekat dengan Edginee. Tapi menurutnya mana mungkin perempuan baik-baik dari keluarga Wira itu mau dengan mantan playboy.

"Kamu nggak bisa gini Enrico sama aku?"

"Kenapa nggak bisa?" tanya Enrico sambil meminum kopi di depannya. "Gua kasih kamu waktu 2 hari buat klarifikasi ke semua kalau loe sudah lama putus dari gua. Gua nggak selingkuh sama Bella. Dan gua akan bantu perusahaan Papa loe baik-baik selama ada perwakilan dari sana yang ketemu ke gua di waktu kerja."

"Kalau nggak?" Enrico menaikkan kedua bahunya bersamaan. Senyum miringnya tergambar jelas di wajah. "Loe bakal menyesal berurusan sama gua."

Enrico bangkit berdiri dan merapihkan pakaiannya. Gabriel juga berdiri dan berjalan terlebih dahulu dibanding Enrico.

Enrico tidak terbiasa di ikuti orang dan berjalan di belakangnya. Khusus Gabriel, dia berjalan di depan Enrico untuk membukakan pintu keluar atau pintu mobil.

~ Dream Wedding ~

"Ranaya tadi yang terakhir?" tanya Enrico sambil membuka ipad dan mengecek pekerjaan yang di kirim seketarisnya.

Gabriel yang duduk di samping supir mengangguk, "Apa yang bakal Bapak lakukan sama Bu Ranaya?"

Enrico menghembuskan nafasnya perlahan, "Siapin video cctv hotel yang biasa dia kunjungin sama Dani. Minta Pak Hans buat cek saham keluarga Ranaya, ada di angka berapa sekarang. Minta Bu Mita buat sebarin kelakuan Ranaya selama pacaran sama saya kalau dia belum juga klarifikasi."

"Pak! Apa itu tidak berlebihan? Saham keluarga mereka bakalan turun begitu melihat kelakuan Bu Ranaya."

"Karena itu saya minta kamu hubungin Pak Hans untuk cek saham mereka. Begitu sahamnya kecil, kamu beli pakai nama Jessline."

Gabriel tahu aturan main Enrico. Entah sudah berapa banyak saham di luaran sana yang di beli atas nama Stevanie atau Jessline yang nyatanya milik Enrico sendiri.

"Ranaya salah main-main sama saya kali ini."

Selama ini Ranaya selalu menganggap Enrico tidak tahu kelakuannya di belakang Enrico selama mereka berpacaran. Tapi nyatanya, Enrico tahu semua.

Ranaya yang suka pesta narkotika dengan teman-teman modelnya. Ranaya yang suka seks bebas dengan beberapa pria yang bahkan Enrico sendiri tidak kenal. Ranaya yang suka merendahkan orang, termasuk pegawai staff kantor Papanya dan para pekerja di rumahnya. Bukan hanya merendahkan terkadang Ranaya bermain tangan menyiksa mereka.

Korban-korban Ranaya selama ini tutup mulut karena takut. Mereka masih bekerja di bawah pimpinan orangtua Ranaya. Karena itu mereka menerima perbuatan Ranaya begitu saja.

Tapi tidak dengan Enrico. Jika Ranaya tidak juga mengatakan hubungan mereka yang sejujuran pada publik, maka semua perbuatan Ranaya itu akan dia munculkan ke permuakaan. Kita akan lihat bagaimana cara Papa Ranaya melindungi anak perempuan satu-satunya itu.

~ Dream Wedding ~

TBC

J.F.E.L

Dream Wedding ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang