13

181 15 0
                                    

Sebab Akibat

"Saya mau di bulan Desember buat ballroom A sama B itu. Sebelumnya WO saya kan sudah bilang." gerutu Cecilia tidak terima.

Bagaimana tidak. Sudah dari jauh-jauh hari dia mengatakan pada WOnya kalau dia ingin pesta di bulan Desember. Tapi WOnya malah belum konfirmasi tempat pernikahannya. Untung saja Marketing Event Diamond Ring bisa dia ajak bertemu sendiri. Kalau tidak, bisa gagal pernikahannya.

Clara meringis kecil mendengar gerutuan klien wanita di depannya.

Dari sekian banyak Event yang masuk ke departmennya, mengurusi pernikahan orang itu yang paling menguras emosi.

"Kita mundur ke Febuari juga nggak apa-apa, Cil." Dean menenangkan Cecilia. "Beres Natal sama Imlek aja. Biar lebih santai."

Cecilia mengerutkan keningnya tidak setuju. Bukannya apa-apa, Cecilia takut Dean masih ingin main rumah-rumahan dengan Agni dan berbohong padanya.

"Maaf ya Pak Dean, Bu Cecilia. Pihak WO waktu itu hanya menanyakan status kosong atau tidaknya ballroom pada bulan Desember."

Mau bagaimana lagi, terpaksa Clara menolak acara pernikahan klien di depannya. Bulan Desember nanti sudah di booking Edginee khusus untuk satu bulan penuh memeriahkan edisi Natal.

"Ya sudah, kami konfirmasi nanti ya Bu Clara dan WO juga." ujar Dean sambil bangkit berdiri.

Begitu keluar ruangan pertemuan, Cecilia memeluk Dean posesif. "Kamu masih mau main rumah-rumahan sama Agni?"

Cecilia adalah salah satu orang yang tahu Dean memiliki maksud tertentu dengan menikahi Agni.

Dean menggelengkan kepalanya, "Aku udah masukin berkas perceraian ke pengadilan kok."

"Serius?"

"Iya. Senin nanti, sidang pertama."

"Kamu yakin Agni mau gitu aja cerai dari kamu?"

Semua juga tahu Agni butuh hidup layak. Dengan menikahi Dean jelas Agni tidak butuh bekerja untuk memenuhi semua kebutuhannya. Ada Dean yang mencukupinya sekalipun hanya 30% dari total gaji Dean.

"Yakin." senyum Dean mengembang lebar. Akhirnya dia terbebas dari Agni untuk selamanya.

~ Dream Wedding ~

Agni lagi-lagi harus kecewa saat melihat tempat tidur di sampingnya masih rapih.

Sudah hampir dua bulan ini, Dean jarang pulang. Alasannya tentu karena banyak project pembangunan yang masuk. Tapi Agni tahu ada sesuatu yang salah. Tapi lagi-lagi Agni menutup matanya. Dia takut kalau apa yang dia pikirkan menjadi kenyataan.

"Pagi Ma," sapa Agni saat melihat Galuh tengah bermain dengan Cindy.

"Pagi." sahut Galuh sambil menyerahkan Cindy pada Mbok, "Cindy main sama Mbok dulu ya? Oma mau ngobrol sama Mama."

"Key!" sahut Cindy riang.

Begitu Cindy dan Mbok pergi ke halaman depan untuk bermain, Galuh menyerahkan surat di tangannya pada Agni.

"Jujur sama Mama, kamu ada apa sama Dean? Hampir dua bulan ini, Dean jarang pulang. Sekarang ada panggilan pengadilan masalah gugutan penceraian. Kamu mutusin buat cerai dari Dean?"

Agni menyambar surat dari tangan Galuh dan membukanya cepat.

Pada akhirnya, batas waktu yang di tentukan Dean sudah habis.

"Ma. . ." Agni duduk sambil menghembuskan nafasnya perlahan. "Cerita Agni sedikit panjang dan nguras emosi, Mama duduk dulu sini sama Agni."

"Mama dulu selalu tanya, dari mana Agni punya uang buat bayar uang SPP SMA dan jawaban Agni adalah part time di restaurant cepat saji. Yang sebenarnya, Agni jual diri."

Lalu mengalirlah pertemuan Agni dengan salah satu teman Agni yang memang suka menjual dirinya. Dari dia jugalah Agni tahu, uang yang di hasilkan cukup banyak. Godaan dan rayuan membuat Agni luluh. Mau bagaimana pun, gaji Galuh sebagai buruh pabrik tidaklah cukup memenuhi kebutuh hidup mereka.

Awalnya Agni malu lama-lama terbiasa dan merasa pekerjaannya biasa saja. Sampai saat kuliah, Agni bertemu dengan Rania dan Edginee. Rasa iri pada kedua orang temannya itu membuat Agni semakin gelap mata. Dia bermain-main dengan pria di lingkungan Edginee dan Rania.

Satu yang terpikir oleh Agni saat itu, hidup Edginee dan Rania sangat enak. Memiliki orangtua yang utuh, keadaan ekonomi yang tidak pernah kekurangan, lingkungan pertemanan yang baik, sampai pasangan hidup yang serasi. Sedangkan Agni, dia harus berjuang sendiri hingga di titik ini karena Galuh di PHK saat Agni baru masuk kuliah.

"Dan Dean adalah satu-satunya yang menawarkan perjanjian. Dean menawarkan perjanjian pernikahan selama dua tahun."

Galuh menutup mulutnya dengan tangannya. Isak tangisnya masih terus keluar. "Jadi, Cindy anak Putra?"

"Iya. Agni udah test DNA sama beberapa pria yang sempet tidur sama Agni waktu usia kehamilan Agni 18 minggu. Dan hasilnya Om Putra lah Papa Cindy."

"Ya Tuhan. . ." Galuh memukul dadanya sesak. "Itu yang bikin Tante Sarah putus hubungan sama Mama? Karena kamu duri di pernikahan mereka."

Mau tidak mau Agni mengangguk.

"Jadi kamu akan pisah sama Dean?"

Sekali lagi Agni mengangguk. "Itu sudah perjanjiannya Ma. Harusnya bahkan dari tahun lalu Agni dan Dean pisah."

Saat ini Agni mau tidak mau harus melepaskan Dean. Setidaknya hasil perpisahan Agni memiliki uang untuk hidupnya kelak. Toh Cindy memiliki 20% saham di perusahaan Om Putra yang bisa menopang pendidikan Cindy kelak.

~ Dream Wedding ~

"Loe yakin bakal keluarin semua bukti ini?" tanya Haris, pengacara keluarga Dean.

"Iya." sahut Dean tenang, "Sudah saatnya Agni menerima hasil dari hasil panennya."

Sesuatu yang tidak Agni tahu, Dean tahu semua kelakuan Agni selama pernikahan mereka berlangsung. Dean tahu selama ini Agni masih selingkuh dengan beberapa pria di belakang Dean. Dean juga tahu Agni memeras beberapa pria tuanya untuk membelikan saham atau properti bagi Agni. Jaminan Agni saat dia akhirnya di tinggal Dean.

~ Dream Wedding ~

To Be Continue

Happy New Year 2023. . . Semoga tahun ini lebih baik dari pada tahun lalu 😇

J.F.E.L

Dream Wedding ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang