7

211 13 1
                                    

Kutukan Hari Senin

Edginee sudah melajukan mobilnya di tengah-tengah kemacetan di senin pagi karena Cakra mengabarkan ada masalah di Hotel.

Edginee bukan tipe orang yang senang bekerja di hari senin.

Entah kenapa setiap hari senin, nyaris seluruh ruas jalan penuh dengan kendaraan bermotor. Seolah-olah hari senin adalah hari di mana mereka semua mengeluarkan kendaraan pribadi.

Dari jaman sekolah sampai kerja di kantor Konsultan, Edginee selalu telat masuk.

"Kenapa?" tanya Edginee begitu sampai Hotel dan Cakra sudah berdiri di depannya.

"Eum, Susan anak Marketing lagi di labrak sama istri dari Hutama Djakra."

"Hutama Djakra itu anggota DPR?"

"Iya Bu."

Edginee mengusap tangannya perlahan. Semoga apa yang ada di dalam pikirannya tidak terjadi.

"Gara-gara apa?"

"Susan selama ini ternyata sering ke rumahnya Pak Hutama tanpa sepengetahuan Pak Brian, Bu. Susan memang tidak pernah ketemu dengan Pak Hutama karena beliau memang jarang ada di tempat. Tapi," Cakra meringis pelan.

"Bu Dewi sering melihat Susan menghubungi Pak Hutama lewat chatting dan menggoda beliau. Bahkan Susan terang-terangan menyampaikan pada Pak Hutama kalau dia bisa melayani Pak Hutama kapan pun."

"Ya Tuhan!"

Edginee akhirnya masuk ke gedung office yang letaknya di samping hotel.

"Permpuan sialan!" teriak Dewi sambil menampar wajah Susan, "Selama berbulan-bulan saya diam lihat kelakuan kamu yang bolak-balik ke rumah cari Hutama. Bukannya kamu sadar kalau Hutama sudah punya istri tapi malah semakin menggoda Hutama."

"Apa untungnya kamu jadi simpanan Hutama? Uang? Kurang gaji kamu selama ini di sini? Kamu mau punya anak dari Hutama? Ingat di agama kamu dan saya anak di luar pernikahan itu tidak pernah bisa dapat warisan dan di nikahan oleh ayahnya."

Susan masih menundukkan kepalanya tidak berani menatap Dewi. Nyaris seluruh staff hotel melihanya di bentak-bentak Dewi saat ini.

Sudah Bu tenang. Kita bisa bicarakan ini baik-baik. . ." seorang perempuan yang merupakan asisten Hutama menenangkan Dewi.

Dewi menggelengkan kepalanya, "Baik-baik kamu bilang. Perempuan tidak tahu diri ini beralasan ada promo baru di Diamond Ring dan harus bertemu langsung sama Hutama. Ini kerja kalian jadi Marketing? Kalian ini Marketing atau perempuan penggoda?"

Edginee menghembuskan nafasnya perlahan mendengar ucapan Dewi. Edginee memang tidak bisa mengecek semua karyawannya. Sejauh ini dia hanya bisa mengingatkan untuk tidak menerima tawaran apa pun dari tamu hotel.

Edginee tidak menutup mata bahwa dibeberapa hotel ada saja bagian dari staff hotel yang main dengan tamu hotel. Main di sini dalam kontek jalan berdua, makan berdua, atau pun memiliki hubungan yang lebih personal.

"Bu Dewi,"

"Edginee," tangis Dewi pecah saat melihat Edginee di depannya.

Dewi adalah salah satu orang yang membantu Edginee membersihkan nama Diamond Ring di mata masyarakat, Dengan citra Dewi sebagai istri salah satu anggota DPR, jelas review Dewi soal Diamond Ring di pergitungkan orang.

"Mari Bu, kita bicara di ruangan saya." ajak Edginee yang langsung di setujui Dewi. Di belakang Dewi, Susan dan para ajudan Dewi mengikuti keduanya.

Saat sampai di ruangannya, Edginee mempersilahkan Dewi, asisten Hutama, Susan, dan Jihan Manager HRD untuk duduk.

"Susan," Edginee mengangkat wajah Susan yang sedari tadi menunduk. Menatap kedua mata Susan yang memerah. "Boleh saya tahu apa maksud tujuan kamu datang ke kediaman Pak Hutama seama ini?"

Susan memilin kesepuluh jarinya sambil menatap Edginee sendu. "Maaf Bu. . ."

"Maaf untuk?"

"Saya. . . Saya mendengar kalau Pak Hutama dulu sebelum menikah dengan Bu Dewi suka main perempuan,"

"Lalu apa hubungannya itu sama kamu?" tanya Edginee binggung.

"Saya, saya butuh uang Bu. Ayah saya masuk penjara kerena ketahuan memanipulasi data di kantornya. Ibu saya stress dan jatuh sakit. Kedua adik saya butuh uang untuk biaya sekolahnya."

"Ya Gusti!" teriak Dewi seketika, "Hei perempuan, memangnya uang hasil menggoda Hutama itu berkah? Itu uang haram! Mau kamu menghidupi keluarga kamu dengan uang haram?"

"Maaf Bu Dewi. . . Maaf. . ."

"Sekarang saya tanya selain Hutama sudah berapa banyak pria yang kamu goda?"

Susan menutup mulutnya seketika. Hutama memang saru dari sekian pria yang dia goda. Dan Hutama adalah satu yang menolaknya.

Edginee membulatkan kedua bola matanya saat melihat reaksi Susan. "Susan! Jangan bilang, diluar Pak Hutama kamu juga banyak menggoda tamu hotel pria atau klien pria kita?"

Dan sekali lagi Susan hanya diam.

Jihan menghembuskan nafasnya perlahan di samping Edginee.

"Kita selesaiin masalah Susan setelah Bu Dewi pulang?" bisik Jihan yang mendapat anggukan kepala dari Edginee.

"Saya minta maaf Bu Dewi, saya janji tidak akan menganggu Pak Hutama lagi."

Dewi menatap Susan tidak suka, "Clau, suruh perempuan ini tanda tangan surat pernyataan. Kalau dia melanggar, kita bisa tuntut dia ke meja hijau."

Asisten Pak Hutama yang di panggil Clau itu mengangguk sambil tangannya mengambil sebuah surat dan memberikannya ke depan Susan.

Mau tidak mau Susan mentanda tangani surat perjanjian itu. Dan setelahnya Dewi pamit pergi.

"Susan, urusan kamu selanjutnya dengan Jihan." Edginee menatap Jihan penuh makna, "Terserah kamu, Han, nih anak mau di apain."

"Baik Bu." Jihan pamit undur diri, di ikuti Susan setelahnya.

~ Dream Wedding ~

To Be Continue

J.F.E.L

Dream Wedding ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang