22

140 8 1
                                    

Pendekatan

Semenjak pulang dari Summer, Edginee merasa Enrico mendekatinya perlahan. Mulai dari Enrico yang minta di panggil Aldo. Sampai Enrico yang mulai rajin mengajaknya makan siang dan menjemputnya pulang.

Mobil Edginee yang memang jarang di pakai karena biasanya di jemput supir hotel pun semakin jaranh di gunakan.

"Kamu nggak capek apa jemput aku hari ini? Bukannya kamu sama Sean habis meeting."

"Jemput doang Gi, mana capek sih. Lagian yang jalan mobil bukan kita jalan kaki."

"Ck!"

Enrico tertawa melihat reaksi Edginee. Satu yang dia suka dari Edginee, Edginee selalu tampil apa adanya. Ekpresi mukanya juga selalu seirama dengan suasana hatinya. Bukannya itu keuntungan Enrico? Dengan begitu dia tidak perlu menebak-nebak apa yang sedang di pikirkan Edginee.

"Kita makan di apartemen aku aja ya?" ajak Edginee. "Kamu kemarin bilang pengen rawon. Tadi pagi aku baru beres masak rawon."

"Serius?"

"Heeh!"

"Okay! Rawon, i'm coming!" sahut Enrico senang.

Edginee ini juga tipe istri idaman. Suka berbagi pada yang berkekurangan, bisa mencari uang sendiri tapi tidak boros, bisa masak pula. Enrico jelas tidak akan menyia-nyiakan kesempatan mendekati Edginee.

Masalah Sean setuju atau tidak itu masalah nanti. Toh Enrico masih bisa menyogok Sean agar bisa memberinya restu.

Masalah Caiden, jelas itu cuman masa lalu. Edginee sudah benar-benar tutup buku dengan Caiden. Malah setahu Enrico, kemarin ini Jonathan memaksa Ivory untuk membiarkan Caiden bertemu dengan Gallen.

* * *

Apartemen Edginee ini tipe studio dengan dua kamar tidur. Ruang makan dan ruang tamu menjadi satu. Dan ini kali pertama Enrico masuk ke unit Edginee.

Selama ini keduanya selalu menghabiskan waktu di unit apartemen Enrico atau makan di luar. Edginee selalu menolak kalau harus ke apartemennya.

Jadi kesempatan langka ini jelas harus di manfaatkan Enrico. Kapan lagi dia bisa masuk dan melihat-lihat tempat tinggal Edginee.

"Kamu kenapa tinggal di sini bukan di rumah Om Sandy?" tanya Enrico sambil mengedarkan pandangannya.

"Biar deket hotel. Aku males pulang pergi dari rumah ke hotel. Jauh."

"Ini kamu beli atau. . ."

"Sewa!"

Enrico cukup terkejut mendengar perkataan Edginee. Pasalnya beberapa teman wanita Enrico lebih memilih membeli dibandingkan menyewa apartemen.

"Kenapa?"

Edginee meletakkan semangkok rawon dan sepiring perkedel jagung di atas meja. "Sambil makan gimana?"

Enrico mengangguk setuju dan menerima piring yang sudah di isi nasi sesuai seleranya.

Sering bertemu dan makan bersama membuat Edginee tahu kalau perut pria di depannya ini bisa memuat banyak makanan.

"Jadi?"

"Apa?"

"Kenapa sewa?"

"Kenapa ya? Dulu sih mikirnya aku nggak akan bertahan lama di Diamond Ring. Makanya ngapain aku beli."

"Terus?"

Edginee paling suka melihat wajah Enrico yang penasaran.

"Kalau sekarang-sekarang, males aja beli. Ngapain sih beli apartemen. Enak beli rumah."

Dream Wedding ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang