31

243 9 0
                                    

Yuk Nikah!

Virza dan Sean tertawa mendengar laporan Gabriel. Sedangkan Joshua menggeleng prihatin.

Dari dulu, mereka memang suka bermain wanita. Tapi entah mengapa banyak wanita yang tidak bisa lepas hanya pada Enrico. Padahal Joshua jelas lebih pemain diantara mereka berempat.

"Jadi loe mau gimana sama mereka?" tanya Gabriel lelah.

Beberapa hari ini kerjaannya hanya mengurusi tingkah mantan Enrico. Untung ada Abian dan Prisca yang menolong. Kalau tidak, entah mau jadi apa dia nanti.

Enrico menghembuskan asap rokoknya perlahan. Saat-saat banyak pikiran, rokok yang di konsumsi Enrico meningkat drastis. Sekalipun jika bersama Edginee dia tidak pernah merokok.

"Bikin surat pernyataan kalau mereka nggak akan macem-macem lagi. Panggil Pak Frans buat urus secara resmi dan legal. Di depan keluarga mereka semua."

Gabriel mengangguk dan pamit pulang. Lebih baik dia pulang ke rumahnya dibanding ikut nongkrong dengan Enrico. Saat ini dia lebih butuh tidur.

Sean berdecak pelan, "Gua binggung sih sama mereka. Ini mantan paling aman loh. Mereka nggak pernah loe tidurin. Selama pacaran hidup mereka makmur karena loe biayain. Tapi kok malah mereka yang banyak tingkah."

"Justru karena hidup enak itu yang bikin banyak tingkah. Mereka jelas nggak bisa balik sama Aldo." jawab Joshua yang mendapat anggukan kepala dari Virza.

"Loe baik-baik dah sama Edginee sekarang. Mereka kan udah nggak bakalan banyak tingkah."

"Iya. . ."

"Tapi gua salut sih sama loe. Gabriel bisa bikin janji sama semua mantan pacar loe dari mulai loe SMA sampai sekarang cuman buat loe minta maaf sama mereka." ujar Virza kagum.

Bagi Sean sendiri, dengan Enrico datang dan minta maaf pada mantannya itu sudah cukup. Setidaknya Enrico mementingkan kenyamanan Edginee.

"Jadi kapan loe minta Edginee?" goda Joshua.

"Secepatnya."

"Hahaha. . . Nggak sabar loe ya!"

~ Dream Wedding ~

Edginee mengecek layar ponsel dan jam tangannya berkali-kali.

Hari ini Enrico mendadak mengajak makan malam bersama. Tapi masalahnya rapat bulanannya belum ada tanda-tanda akan berakhir cepat.

"Kenapa Bu? Gelisah banget." bisik Cakra pelan.

"Ini beres jam berapa sih? Tumben banget meeting bulanan tiga jam nggak kelar-kelar?" gerutu Edginee.

"Yah mau gimana Bu. Anak-anak PR lagi banyak dapat wangsit kali Bu."

"Ck!"

"Ibu kalau mau keluar duluan nggak apa-apa sih. Nanti saya kirimin risalah rapat detailnya."

Kedua bola mata Edginee membulat seketika. Mau bagaimana lagi. Bukan Edginee yang lalai akan tugasnya. Masalahnya dia juga sudah punya janji.

Edginee mengangguk setuju, "Boleh. Kamu kirim saya duluan baru ke Papa ya."

"Okay Bu."

Edginee menepuk pundak Cakra dan bangkit berdiri keluar ruangan begitu saja. Padahal sebagian besar peserta rapat sedang memandangnya binggung. Tumben sekali Edginee kabur di tengah-tengah rapat.

Edginee berlari ke ruangannya dan membereskan barang-barangnya.

"Pak Yus, saya pulang sendiri ya. Bapak nanti antar anak-anak perempuan pulang ke rumahnya saja." pamit Edginee pada supir hotel.

Dream Wedding ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang