30

162 6 0
                                    

Penghabisan

Abian menghembuskan nafasnya perlahan. Sehari ini dia sudah menghabiskan dua cangkir kopi hitam hanya untuk mengecek data di layar laptopnya.

Gabriel pun melakukan hal yang sama dengan Abian sambil merenggangkan badannya. Rasanya lelah seharian ini duduk di depan layar tanpa beranjak selain ke kamar mandi.

"Ini gila sih. Gua nggak nyangka dia bisa begitu!" gerutu Abian perlahan.

Gabriel mengangguk setuju.

"Enrico udah tahu?"

"Tahu!"

"Serius?" tanya Abian sambil menutup layar laptopnya sesaat.

"Justru dia yang minta kita cek kok begitu dia ketemu nih kuntilanak."

"Gila! Ranaya aja lewat ini mah!"

Tok! Tok! Tok!

Prisca masuk sambil tersenyum melihat dua pria di depannya berpenampilan kusut.

"Butuh bantuan?"

Prisca bukan hanya PR di Gutama tapi juga salah satu hacker yang cukup terkenal di kalangannya. Entah kenapa dulu dia mengambil jurusan komunikasi dibandingkan IT saat kuliah.

"Emang loe tahu ini masalah apa?" tanya Abian sambil membuka bungkus snack.

"Tahu! Masalah Giselle yang mindahin uang di bank Enrico yang biasa dia pakai buat jajanin itu para mantannya."

Abian bersiul mendengar jawaban Prisca. Sedangkan Gabriel memandang Prisca lekat.

Prisca adalah salah satu mantan Enrico saat duduk di bangku SMA. Sampai saat ini saja Gabriel dan Enrico tidak tahu apa maksud Prisca memasukkan lamaran kerjanya di Gutama yang jelas-jelas perusahaan keluarga Enrico.

Prisca tersenyum pada Gabriel sambil duduk di depannya. "Hari di mana Enrico minta maaf, Giselle telepon gua. Dia minta gua kerja sama buat balas dendam sama Enrico. Salah satunya nguras uang di bank Enrico, ngehack media sosial Enrico dan posting semua foto Enrico sama beberapa mantan yang setuju kerja sama buat jatuhin nama Enrico, plus ngebuka akses apartemen Enrico."

"Anjing! Serius?" tanya Abian tidak percaya.

"Siapa aja yang setuju?"

"Setahu gua sih Bianca, Clarissa, Yuana, Marsha, Vina, Octa, sama Bella."

"Mereka di depan Enrico iya-iya aja waktu tuh anak minta maaf. Kalau emang hatinya nggak terima ngomong lah sama Enrico! Lagian Enrico sama mereka nggak ngapa-ngapain!" gerutu Gabriel kesal. Dia sendiri tidak tahu kenapa mantan-mantan Enrico banyak yang gagal move on padahal Enrico tidak pernah melakukan apa pun.

Sekalipun Enrico suka tidur sama beberapa mantannya, Enrico cukup pemilih. Dia bakalan milih mantan yang aman, no drama saat putus.

"Akses apartemen Enrico aman sih! Gua udah pasang AI di sana. Nggak bisa di hack pake cara apapun." ujar Abian sambil membuka layar laptopnya lagi.

"Media sosial Enrico juga aman." ujar Prisca perlahan. "Gua udah minta anak-anak PR buat pantau media sosial Enrico. Begitu ada yang hack dan publish tanpa anak PR tahu, bakal mereka delete. Gua kasih akses ke mereka."

"Uang di bank?" tanya Gabriel perlahan. Di sini bukan jumlah uang yang mereka ambil tapi bukti pemindahan uang itu yang beresiko tinggi. Siapa pun bisa manfaatin dan bilang mereka masih berhubungan dengan Enrico di belakang Edginee.

"Gua lagi hack ulang." sahut Prisca santai sambil menyerahkan flash disk pada Abian. "Pakai program gua aja buat hack ulang. Pindahin ke tabungan Enrico yang lain perlahan. Jangan langsung semua. Giselle bisa curiga."

Abian mengangguk setuju. "Loe mending urusin tuh mantan-mantan laknak Enrico dah Gab."

"Loe butuh bantuan apa?" tanya Prisca sambil pindah duduk di samping Gabriel dan mengambil alih laptop Gabriel. "Loe butuh apa? Aib atau apa?"

"Loe cari aib mereka dulu aja. Sambil cari tahu di luar nama yang loe sebutin tadi siapa lagi yang setuju kerja sama Giselle. Urusan yang lain nanti sama gua aja." jawab Gabriel pelan sambil memantau kurva saham.

Gabriel adalah asisten dan seketaris Enrico yang juga pemain saham. Di tanggannya tidak ada saham yang aman jika cari masalah pada Enrico.

~ Dream Wedding ~

Di lain tempat ada sepuluh perempuan yang mengaku mantan Enrico yang sakit hati.

"Loe gila apa Bel? Enak aja mutusin keluar sekarang!" gerutu Viona tidak terima.

"Udah, loe tenang aja. Ini aman kok." sahut Yuana sambil mengusap punggung Bella.

Giselle dan Marsha mengangguk setuju. Keduanya sudah membayar hacker dengan uang yang tidak sedikit.

Bella duduk sambil memandang kurva saham di depannya. Entah mengapa, fellingnya mengatakan hal yang sebaliknya. Ketenangan kurva saham di depannya itu membuatnya was-was.

"Apa yang loe khawatirin sih Bel?" tanya Octa sambil melirik layar ponsel Bella.

"Gua kok curiga ya. . ."

"Curiga apa?" kali ini Clarissa buka suara. Clarissa di sini sebenarnya tidak punya tujuan apa-apa. Dia hanya ingin lihat sejatuh apa Enrico setelah membuang mereka semua dan memilih satu perempuan yang tidak mereka kenal.

"Pergerakan saham ini terlalu tenang. Loe pada nggak curiga. Masa ia Enrico nggak sadar uang di bank nya nggak ada. Sekalipun itu bank biasa buat ngasih jajan kita tapi kan kalau ada pergerakan apa pun harusnya pihak bank udah konfirmasi sama Enrico. . ."

"Dan media sosial Enrico nggak posting apa-apa. Kalian bilang harusnya udah ada beberapa postingan foto Enrico sama kita tapi sampai saat ini nggak ada." sambung Bianca melihat beberapa media sosial Enrico sepi.

"Jangan-jangan mereka gagal?" tanya Marsha dan Vina bersamaan.

Giselle mengerutkan keningnya tidak suka. Dia sudah membayar mahal hacker-hacker itu. Masa iya mereka kalah sama Enrico.

"Prisca nggak ada konfirmasi apa-apa sama loe, Gis?" tanya Octa.

"Prisca Halem?" tanya Bella.

"Iya! Dia kan mantannya Enrico juga waktu SMA."

Bella berdecak pelan, "Loe kenapa telepon dia sih, Gis?"

"Lah kenapa? Kita kan cuman hubungin mantan-mantan Enrico."

"Sial!" Bella mengacak rambutnya perlahan. "Itu anak kerja di Gutama jadi PR."

"Hah?" kompak mereka semua tidak percaya.

"Mampus!" gerutu Bella. "Telepon tanya saham perusahan keluarga loe masing-masing. Suruh cek ada di angka berapa sekarang. Secara real!"

"Anjing!" umpat Viona dan Marsha bersamaan.

Urusan menghubungi mantan-mantan Enrico itu urusan Giselle karena ide ini memang datang dari Giselle.

"Gawat!" pekik Ribka yang baru datang sambil membuka pintu kamar Giselle. "Papa baru kabarin kalau saham gua turun 30%. Loe pada tanya saham keluarga loe masing-masing sekarang!"

"Bentar!" sahut Amber sambil membuka media sosialnya yang ramai mendadak. Dan wajahnya berubah pucat seketika.

"Lo. . . loe pada punya aib apa?" tanya Amber perlahan. "Cek media sosial sekarang!"

Dan ke sepuluh perempuan di kamar itu sibuk mendadak mengecek ponsel mereka yang ternyata mendadak ramai.

"Sial! Abis kita sama Enrico. . ." sahut Clarissa pelan sambil menggelengkan kepalanya melihat chat dari Papanya yang memintanya pulang dan berhenti dari apa pun yang tengah dia lakukan pada Enrico.

Bella mengangguk setuju. Kali ini tidak ada alasan bagi Gunawan untuk membuangnya. Apa Sandra bisa membelanya dan mengamankannya?

~ Dream Wedding ~

TBC

J.F.E.L

Dream Wedding ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang