25

149 9 2
                                    

Datang Bersama

Enrico menghembuskan nafasnya berkali-kali. Sejujurnya ini pertama kalinya Enrico ke poli kejiwaan di Rumah Sakit Kasih. Dan kalau bukan karena Edginee yang memaksanya untuk ikut belum tentu dia pernah ke poli kejiawaan.

"Aku ada janji konsultasi sama Dokter Errie. Kamu mau ikut temenin aku?" tanya Edginee sambil memakan bubur ayamnya.

Pagi ini, Enrico mengajak Edginee untuk jalan-jalan ke GOR dan berakhir di gerobak bubur ayam kebanggan Edginee.

"Boleh?"

"Boleh."

Kali ini Enrico menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Kamu nggak masalah aku ikut?"

"Nggak kok. Dokter Errie malah ngusulin kalau kamu juga ikut."

Suster Rina keluar dari ruangan praktik Dokter Errie sambil tersenyum pasa Edginee. Edginee ini salah satu pasien favorit para suster di poli kejiwaan.

"Ayo Gi, masuk." Suster Rina membuka pintu ruangan lebar.

"Halo, Gigi." Errie berdiri menyambut Edginee dan Enrico. "Kayaknya lagi bahagia nih."

Edginee duduk di depan Errie sambil tertawa. Bertahun-tahun konsultasi dengan Errie, dia cukup mengerti kalau Errie tengah menggodanya.

Selama ini Edginee konsultasi lebih banyak sendiri. Sekalipun bersama orang lain, Edginee selalu membawa keluarganya.

"Enrico, Dok."

Errie mengangguk sambil tersenyum, "Halo Enrico, kamu tahu kalau akhir-akhir ini nama kamu banyak di sebut Gigi."

"Dok,"

"Hahaha. . ." Errie menyalakan lagu instrumen klasik kesukaan Edginee dan lilin aroma terapi. "Bagi saya yang mengenal Edginee dan mendengar nama lain selain Caiden itu sebuah prestasi. Sekalipun saya sedikit menyesal karena sesi konsultasi Gigi bukan semakin berkurang malah semakin sering."

"Jadi hari ini apa yang mau kamu ceritain sama saya?"

"Minggu ini nggak ada apa-apa sih Dok. Aku cuman kerja, ketemu Enrico malemnya, sama pulang ke rumah."

"Perasaan kamu?"

"Tenang."

"Kenapa konsultasi hari ini ada Enrico?" pancing Errie.

Edginee diam sesaat sebelum membuka mulutnya, "Membuka diri."

Enrico menggenggam tangan Edginee. Sejujurnya dia sendiri kurang mengerti kenapa Edginee mengajaknya untuk konsultasi.

"Dulu, Caiden ternasuk tipe pria yang jelas akan di jauhi otomatis. Dari sikapnya yang ramah pada semua orang, dari barisan para mantannya, dan juga dari pergaulan pertemannya." Edginee menghembuskan nafasnya perlahan, "Tapi karena pendekatan Caiden untuk jadi teman awalnya. Entah kapan, rasa teman itu berubah."

"Aku memang nggak tahu Dok, hubungan ini akan berakhir kemana. Entah menikah. Entah putus di tengah jalan. Tapi kali ini aku akan jujur dengan siapa pun kalau aku memang tidak sempurna. Aku punya ketakutan akan ditinggalkan. Takut untuk memulai dengan orang baru. Dan takut menikah."

"Gi, kita sebagai manusia tidak pernah tahu apa yang akan terjadi nantinya. Entah Enrico jodoh kamu. Entah orang lain yang menjadi jodoh kamu. Kalau boleh saran, berdoa. Minta petunjuk Tuhan apa yang terbaik untuk kamu." jelas Errie sambil tersenyum.

"Tugas kamu ke depannya, mulai coba saling terbuka dalam hal apa pun dengan Enrico. Saling mengenal lingkungan pertemanan kalian masing-masing. Setuju?"

Edginee dan Enrico mengangguk bersamaan.

~ Dream Wedding ~

Enrico mengajak Edginee makan di unit apartemennya. Karena Edginee bilang di unit apartemennya tidak ada stock makanan. Padahal ujungnya, Enrico memesan chinese food yang ada di dekat apartemennya.

Edginee memang suka ke unit apartemen Enrico. Menurutnya unit apartmen Enrico nyaman dan membuat orang yang datang berkunjung betah berlama-lama tinggal di sana.

Edginee memakan makanannya sambil menonton doktor romantic season 3 di televisi Enrico.

"Kamu mau kalau kapan-kapan kumpul sama teman-teman aku?" tanya Enrico penasaran.

Edginee mengangguk singkat.

"Aku juga di ajak ketemu teman-teman kamu?"

"Boleh!"

"Kapan?"

Edginee menatap Enrico binggung, "Apa yang kapan?"

"Kapan ketemu teman kamu?"

"Eum, temen aku itu cuma Rania loh."

"Hah?" Okay, Enrico agak binggung saat ini. "Maksudnya?"

Edginee meletakkan sendoknya di piring, "Sebetulnya teman aku dari dulu yang deket ya cuma Rania. Waktu awal-awal kuliah baru tambah Agni."

"Jadi kamu main cuma sama Rania aja?"

Edginee mengangguk pasti. "Sama Elleonora atau Sean juga sih kadang-kadang."

"Kalau sama gengnya Kaerys?"

"Oh kalau sama mereka juga sering sih tapi biasanya kalau Kaerys atau Freya nggak sibuk. Secara pawangnya udah kayak anjing penjaga. Kemana aja pergi pasti ngikutin." gerutu Edginee yang membuat Enrico tertawa.

Dirga dan Keegan itu memang tipe pasangan yang akan mengekor kemana pun pasangannya pergi. Bukan karena protektif tapi karena memang mereka tidak bisa jauh saja dari pasangannya.

Edginee meneruskan makannya sambil menonton kembali. Meninggalkan Enrico yang berdecak pelan melihat kelakuan Edginee.

Edginee kalau sudah fokus memang susah untuk di alihkan perhatiannya.

~ Dream Wedding ~

TBC

J.F.E.L

Dream Wedding ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang