20

180 11 1
                                    

Hari Penuh Kasih

Edginee sengaja mengambil libur di hari jumat dan sabtu karena bulan ini Yayasan Kasih memiliki acara penting.

Sudah sedari pagi Edginee membantu Freya mengurus anak-anak balita-batita yang jumlahnya semakin lama semakin banyak saja. Sampai Bu Theresa kewalahan dan meminta tambahan orang untuk membantu pengurus.

"Kado buat anak-anak udah pada di susun, Gi?" tanya Kaerys yang masuk sambil menggendong anak laki-laki berumur 9 tahun.

"Udah!" Edginee mencolek anak laki-laki di gendongan Kaerys sambil tersenyum, "Hai anak cakep, namanya siapa?"

"Gallen, Tante." ujar Kaerys sambil menirukan suara anak kecil.

"Sorry ya Gi, Gallen biasanya ramah sama semua orang. Hari ini emang lagi baik aja. Susah banget di pegang yang lain."

"Hahaha. . . nggak apa-apa lah. Namanya juga anak kecil. Pasti ada BTnya."

"Iya BT. Kesel dia nanya Papi ke Maminya nggak pernah di kasih tahu." ujar Freya di belakang badan Edginee.

"Gallen kan cuma mau tahu, Gallen punya Papi atau nggak Onty!" Gallen akhirnya buka suara juga setelah satu jam datang di Yayasan Kasih dengan Ivory dan mogok bicara. "Onty Frey sama Onty Kae pasti tahu kan Papi Gallen siapa? Kenapa sih Gallen nggak pernah di kasih tahu?"

"Mami udah bilang loh Gallen punya Papi. Siapa yang masih juga penasran sama Papi? Gallen kan?" cecar Freya tidak mau kalah.

Edginee memandang wajah Gallen penuh minat. Entah mengapa, dia merasa familiar dengan raut wajah Gallen.

"Gallen! Sini sama Om! Kita bantuin Om Dirga pasang panggung!" Jonathan datang dan langsung mengambil Gallen dari gendongan Kaerys.

"Kenapa loe?" tanya Kaerys sambil menepuk tangan Edginee.

"Caiden!"

"Hah?"

"Muka Gallen mirip Caiden! Caiden Mimura!" dan Edginee tahu dia benar karena wajah Freya dan Kaerys berubah seketika begitu mendengar nama itu.

"Gallen anaknya Caiden?" tanya Edginee semakin penasaran.

Freya dan Kaerys mengangguk bersamaan.

"Ya Tuhan. . ."

"Ivory pacaran sama Caiden dari kelas 2 SMA. Mereka satu sekolah." teranv Freya.

"Ada satu kejadian di mana Ivory nggak bisa bilang Caiden kalau dia hamil anaknya Caiden. Dan Ivory milih pergi dari Caiden. Saat kita satu kampus, gua sama Jo udah berkali-kali bujuk Ivory buat ketemu Caiden dan bilang semuanya. . ."

"Sayang sebelum Ivory ketemu Caiden, Ivory tahu kalau Caiden udah pacaran sama loe. Ivory mundur lagi. Dia nggak mau ngerusak kebahagiaan orang lain."

Edginee menggelengkan kepalanya. Memprotes kelakuan Ivory.

"Begitu loe putus dan gagal nikah, kita kehilangan jejak Caiden. Baru akhir-akhir ini kita tahu Caiden ada di Sydney."

"Kenapa nggak bilang ke gua? Kalian selama ini bareng-bareng gua loh!" protes Edginee pada Freya dan Kaerys.

Freya dan Kaerys menggelengkan kepalanya bersamaan.

"Ivory dan Gallen adalah masalah Caiden. Bukan masalah loe, Gi." ujar Freya.

Edginee melihat tawa Gallen yang serupa Caiden. Edginee menyangkan pilihan Ivory yang menghindari Caiden. Kalau dulu Ivory bisa mendatangi Caiden atau Freya-Kaerys memberitahu Edginee masalah ini, Gallen akan tumbuh dengan Caiden sebagai Papinya. Bukan sebagai anak single parent.

Dream Wedding ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang