26

144 10 2
                                    

Keluarga Calon Mertua?

Langkah Enrico menang agak jauh. Bukannya mengajak Edginee bertemu teman-teman satu gengnya, Enrico malah mengajak Edginee ke kumpul keluarga yang di adakan di rumah Oma Verena.

Edginee menghembuskan nafasnya berkali-kali. Mau marah pun percuma rasanya. Karena mobil Enrico sudah berhenti di sebuah rumah minimalis berlantai dua.

"Yuk, keluar." Enrico membukakan pintu mobil untuk Edginee.

"Aku pakai baju begini nggak apa-apa?" tanya Edginee entah untuk ke berapa kalinya.

"Nggak apa-apa." Enrico menggandeng tangan Edginee memasuki rumah.

Dan begitu memasuki rumah, wajah Edginee berubah merah seketika mendengar saut-sautan suara bersamaan.

"Tante Sheila, Aldo bawa perempuan!"

"Wih! Aldo tumben nih bawa pacar."

"Ciee. . . siapa itu?"

"Cici, kita bentar lagi bakalan pesta nih!" goda Dafine, salah satu Om dari pihak Mama Enrico.

Oma Verena menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Enrico memang terkenal punya banyak mantan. Tapi nggak ada satu pun dari mantannya yang di bawa ke acara keluarga. Paling mentok cuma kenalan sama keluarga inti Enrico.

"Sini sayang," Oma Verena melepaskan tangan Enrico. "Nama kamu siapa?"

"Edginee Oma. Panggil Gigi aja Oma kalau susah." ujar Edginee sambil mencium tangan Oma Verena.

"Dia anak pertamanya Sandy, Oma." sahut Patric, anak bungsu Oma Verena.

"Kamu cucunya Cindy?" tanya Oma Verena yang di angguki Edginee.

"Ya Tuhan!" Oma Verena memeluk Edginee sambil mengusap puncak kepalanya, "Kamu sudah bessr ternyata. Oma dulu suka ketemu kamu waktu kecil. Umur dua apa tiga. Cindy apa kabar sekarang?"

"Oma Cindy sekarang di Singapore Oma. Setelah Opa Frans meninggal, Oma nggak mau tinggal di sini. Di sana Oma tinggal di panti jompo gitu. Kegiatannya banyak. Tiap hari sibuk. Pulang ke sini kalau hari besar atau hari kematian Opa aja."

Oma Verena mengangguk mengerti. Siapa yang bisa bertahan dengan kenangan saat di tinggal meningal pasangannya. Terlebih Frans dan Cindy sudah menjalin pertemanan dari kecil dan berpacaran dari SMA. Jelas kenangan keduanya banyak.

"Ayo, masuk. Kenalan sama Mama Papa Aldo. Om dan Tantenya Aldo juga." Oma Verena mengajak Edginee untuk ke taman bekalang yang rupanya menjadi ruang berkumpul.

"Edginee! Sini!" panggil Stevanie senang. "Kenalin ini mama papa gua. Itu yang di pojokan lagi ngelukis adik gua yang kecil, Jessline."

Edginee mengulurkan tangannya menjabat tangan kedua orangtua Stevanie dan Enrico.

"Om kira Aldo bercanda waktu bilang dia mau bawa kamu ke sini."

"Kalau Tante sih nggak yakin dia berhasil bawa kamu. Duh, kebagusan kamu buat Aldo. Menang banyak anak itu." gerutu Sheila tidak iklas yang membuat keluarga adik dan kakaknya tertawa.

"Yang sabat ya kalau sama Aldo. Kalau ada mantannya yang ngelabrak kamu, kamu bilang Tante. Nanti Tante bantuin buat bales." sahut perempuan yang duduk di samping Sheila.

Stevanie tertawa lepas mendengarnya. "Itu Tante Jihan. Istrinya Om Dafine, adik Mama. Yang di sampingnya Tante Mika, istrinya Om Patric, adik bungsu Mama."

Edginee tahu Tante Mika ini. Beliau salah satu penyumbang tetap di Yayasan Kasih.

"Nah yang itu Tante Yesika, Kakak pertama Mama. Suaminya Om Theo yang lagi bakar-bakar itu."

Selepas Edginne berkenalan dengan Om dan Tante Enrico, Stevanie mengenalkan singkat para sepupunya. Yang tentu saja lebih banyak menggodanya.

"Sorry ya berisik. Aldo nggak pernah bawa perempuan ke acara beginian biasanya."

"Serius?"

Stevanie mengangguk, "Iyalah. Sama Bella yang temennya aja nggak pernah. Makanya tuh bocah pada rame lihat loe di sini sama Aldo."

"Gua terjebak sih. Percaya nggak loe?"

"Hahaha. . . Percaya. Gua sih yakin loe nggak mungkin bisa ikut Aldo ke sini gitu aja."

Edginee berdecak pelan melihat Stavanie yang masih tertawa. Mana Enrico sudah hilang entah ke mana begitu dia di bawa Oma Verena ke dalam rumah.

"Loe nyariin Aldo?"

"Heeh!"

"Lagi tidur palingan. Tuh anak biasanya sampai sini langsung setor badan ke kasurnya."

"Hah?" okay Edginee agak sedikit bego kali ini. Maksudnya, Enrico nginggalin dia sendirian di tengah keluarganya.

"Makanya tadi Tante Jihan bilang, loe harus sabar sama Aldo." ujar Stevanie seolah mengerti kegaluan Edginee.

"Udah yuk, loe ikut gua masak-masak aja. Daripada galau mikirin adik gua yang nggak guna itu."

Edginee mengangguk sambil menghembuskan nafasnya perlahan.

Lihat saja, suatu saat nanti dia akan membalas kelakuan Enrico ini.

~ Dream Wedding ~

Seingat Enrico dia hanya meninggalkan Edginee tidur selama satu jam. Tapi kenapa Edginee mendiamkan dirinya berjam-jam.

Acara kumpul di rumah Verena sudah berakhir pukul 5 sore tadi. Dan sekarang Enrico tengah duduk di ruang TV apartemen Edginee.

"Hei, kenapa sih? Aku ada salah apa sama kamu?"

Edginee membulatkan kedua bola matanya seketika. What? Dia nanya ada salah apa? Astaga!

"Gi!" panggil Enrico untuk kesekian kalinya.

Selama di rumah Oma Verena, Edginee lebih suka menghindari dirinya dan menempel pada Stevanie atau Jessline. Sehingga Enrico tidak punya kesempatan untuk bertanya lebih.

"Gi, maaf ya."

"Maaf kenapa?" tanya Edginee sambil mematikan ponsel di tangannya dan menyimpannya di atas meja. "Kamu minta maaf begini emangnya tahu salah kamu apa?"

"Umm," Enrico menggaruk kepalanya binggung. "Aku tinggal kamu tidur?"

"Nah itu tahu!"

Astaga!

"Gi, aku udah minta maaf loh tadi di rumah Oma. Masa sampai sekarang nggak di maafin?"

"Bukan masalah udah minta maaf atau belum loh Rico. Tapi kamu ninggalin aku gitu aja di tengah keluarga kamu. Aku baru sekali ini ketemu mereka. Kenalan aja baru tadi. Tapi kamu udah tinggalin aku. BT nggak sih!"

"Okay, maaf ya. Tiap aku ke rumah Oma pasti aku ngantuk dan tidur dulu. Aku pikir kamu udah kenal sama Stevanie dan pasti dia temenin kamu. Kamu nggak nyaman ya?"

Edginee mengangguk pelan.

Satu sifat Edginee yang lain, dia tidak terlalu nyaman di lingkungan baru. Butuh waktu cukup lama baginya untuk bisa beradabtasi. Karena itu juga temannya cuma sedikit.

Enrico memeluk Edginee, "Maaf ya. Aku nggak peka kalau kamu nggak nyaman."

"Nggak apa-apa. Ini juga salah aku sih yang nggak bilang kamu."

"Kita belajar lagi ya?"

Edginee mengangguk dalam pelukan Enrico.

~ Dream Wedding ~

TBC

J.F.E.L

Dream Wedding ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang