Bagian #21/24 - She's not Mine

2.5K 156 4
                                    

 Dion

Hari ini adalah awal dari akhir masa SMA-ku. Ujian akhir yang aku jalani hari ini akan menentukan keberlanjutan ceritaku. Akan tetapi aku tidak merasa hari ini benar-benar penting. Aku merasa hari ini hanya seperti hari lainnya. Hanya lebih melelahkan karena otak kupaksa berpikir keras.

Siang hari selesai ujian, aku duduk di kantin sekolah. Saat itulah untuk pertama kalinya, setelah beberapa bulan terakhir, akhirnya aku bisa kembali duduk bersama tiga sahabatku. Bianca, Anna, dan tentu Erlang. Masih ada perasaan canggung diantara aku, Erlang, dan Bianca. Bekas kejadian beberapa waktu lalu masih tersisa.

Aku hanya berbicara pada Erlang seperlunya. Biasanya hanya jika Bianca atau Anna meminta pendapat kami berdua. Biasanya saat pendapatku dan Erlang bertentangan, kami selalu mempertahankan pendapat masing-masing. Kali ini berbeda. Kami justru tidak peduli dengan pendapat siapa yang akan diambil. Misalkan saat Anna meminta kami memutuskan, kemana hari ini kami akan merayakan selesainya masa ujian.

Kita mau kemana nih? Pusing udah ujian ayo main.

Aku hanya menjawab, "terserah kalian."

Sedangkan Erlang menjawab, "Aku ngikut aja."

Anna tampak kecewa dengan jawaban kami. Ia berharap ada jawaban yang kongkret agar kami bisa langsung meluncur ke tempat dimana kami bisa melepas penat.

Sesaat kuperhatikan Bianca. Ia lebih pendiam hari ini. Ia hanya tersenyum ataupun menjawab singkat jika ditanya. Aku sedikit heran dengan perubahan sikapnya.

"Kamu kenapa Bi," yang menyadari perubahan di sikap Bianca bukan aku saja. Tentu Erlang menyadarinya dan langsung menanyakannya pada Bianca.

Bianca menggelengkan kepalanya. "Aku lagi agak gak enak badan aja," ucapnya lirih.

Wajah Bianca memang tampak lebih pucat hari ini. Suaranyapun terdengar lebih lemah. Ia memang tampak kurang sehat.

"Ya udah, kita tunda aja mainnya, aku anter pulang aja ya?" ucap Erlang.

Bianca kembali menggelengkan kepalanya.

Erlang menarik napas agak dalam lalu mengambil secarik kertas di hadapannya dan menulis sesuatu.

Bianca lagi kurang sehat An, kita tunda mainnya ya.

Anna mengangguk sambil memandang Bianca khawatir.

"Aku gak apa-apa kok, ayo kita main, cuma sakit kepala sedikit," ucap Bianca dengan suara lemah.

"Kita pulang aja," ucap Erlang.

Erlang langsung berdiri dan membawakan tas Bianca. Lalu ia membantu Bianca berdiri.

"Maaf ya, kita gak jadi main gara-gara aku," ucap Bianca.

Anna tampak seperti paham dengan apa yang diucapkan Bianca. Ia mengangguk mantap lalu tersenyum tulus. Lalu ia menulis dengan segera.

Cepet sembuh ya Bi.

Bianca tersenyum saat membacanya. Ia menggerakkan bibirnya, mengucapkan terima kasih tanpa suara. Ia pun pergi bersama Erlang. Aku melihat punggung mereka yang bergerak menjauh dengan tangan mereka yang terus saling menggenggam.

***

Kali ini aku hanya duduk berdua dengan Anna di kantin sekolah. Anna sibuk membaca novel yang sejak tadi ia pegang.

Aku hanya diam sambil memperhatikan Anna. Pikiranku tidak karuan. Masih saja bayangan Bianca muncul terus menerus seperti sebuah gulungan film yang terus berputar. Jujur aku cemas dengan keadaan Bianca.

A Lesson For UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang