"Aigoo²⁴!"
Tidak berniat menanggapi keterkejutan Jun, Eunsu terus berjalan dengan matanya yang berat. Dia ingin memejamkannya, tetapi sulit untuk ditutup. Alhasil, beginilah kondisinya sekarang, seperti zombie.
"Ya! Kau lembur lagi?"
Indra Eunsu yang setengah tertidur, langsung merespons tuduhan tersebut. Dia menghadap pria itu dan memperlihatkan raut wajah yang buruk.
Jun pun segera mundur beberapa langkah karena takut, lalu meralat ucapannya. "Aku hanya menebak. Jika salah, ya maaf."
Setelah Jun menyadari kesalahannya, Eunsu kembali berjalan ke kelasnya dengan setengah mengantuk. Tidak awas pada sekitar dan hanya sibuk menguap. Bahkan, Eunsu hampir menabrak beberapa orang di depannya jika Jun tidak menjaga gadis itu.
"Sebenarnya, apa yang terjadi padamu?" tanya Jun. Kali ini lebih berhati-hati agar tidak mengundang kemarahan Eunsu.
Sayangnya, kaki Eunsu yang lagi-lagi berhenti membuat Jun sedikit kalut. Pria itu sudah takut dimarahi tanpa sebab. Padahal sebenarnya, Eunsu hanya teringat pada kejadian semalam. Saat dirinya membuang sampah dan tidak sengaja mendengar pembicaraan yang tidak seharusnya dia tahu.
"Dia menyuruh semua kaki tangannya untuk melacakmu. Tapi, dia tampak lebih tenang kali ini." Eunsu meremas rambutnya frustrasi.
"Kegiatan masih beroperasi."
Sepanjang malam, Eunsu terus dihantui oleh berbagai pertanyaan akan kegiatan macam apa yang mereka lakukan? Siapa yang sedang mencari dan dicari? Eunsu sama sekali tidak bisa tenang karena percakapan itu sejenis dengan transaksi gelap.
Dia sendiri tidak tahu identitas orang-orang itu. Namun, Eunsu merasa jika mereka adalah dua pria berpakaian hitam itu. Belum lagi karena salah satunya sudah memperlihatkan diri. Meski hanya setengah wajah, tetapi sorot mata tajam itu sudah meyakinkan dirinya. Eunsu pun tidak bisa dilupakan tatapan yang seakan-akan ingin membunuhnya itu.
"Pergi sebelum kau dapat masalah!" Eunsu tersentak saat kalimat yang paling menakutkan itu tiba-tiba melintas di pikirannya.
Dia mengerang sambil menarik rambutnya. Kenapa hidupku jadi seburuk ini? Bukan ini yang kuharapkan.
"Ya! Kenapa kau ini?" Jun panik dan berusaha menghentikan tangan Eunsu yang tengah menarik-narik rambutnya sendiri. "Kau sakit atau kambuh?"
Eunsu belum merespons. Pikirannya masih dihantui oleh bayang-bayang mengeringat itu. Dia tidak mau bertemu dengan dua pria itu lagi. Dia juga takut nyawanya akan terancang jika mereka datang kembali malam ini? Apa aku benar-benar harus berhenti kerja?
"Ya!" Jun berteriak di telinga Eunsu sampai mau tidak mau, gadis itu tersadar dengan kepala kosong.
Mata Eunsu mengedap cepat. Telinganya pun mendadak tuli. Dia tidak bisa mendengar suara Jun yang mengajaknya ke UKS. Namun, Eunsu justru mendengar satu kata yang terasa familier.
"Chogiyo!"
Eunsu langsung menengok ke arah sumber suara dan menemukan sosok preman baru di sekolah ini. Mata Eunsu yang sejak tadi sayu, mendadak terbuka lebar. Lingkaran hitam yang mengitari sekitar matanya pun terlihat makin jelas.
"Apa kalian sangat suka bicara di depan pintu? Menghalangi jalan!"
Ketusan itu membuat otak Eunsu bekerja. Kepalanya memproses cara bicara, intonasi, dan kalimat yang dikatakan Jihoon dalam kecepatan lambat. Menyamakan kata-kata itu dengan kalimat yang pria semalam ucapkan.
"Apa kalian sangat suka ... mendengarkan pembicaraan orang lain?"
Cocok! Eunsu refleks membekap bibirnya agar tidak memekik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hear Me
Fanfiction"Lebih sedikit yang kautahu, akan lebih baik untukmu." Datar Jihoon. Dunia Eunsu yang biasanya monoton dan membosankan, perlahan berubah sejak kemunculan pria menyeramkan yang cukup aneh bernama Lee Jihoon. "Urus dirimu sendiri. Tidak perlu ikut cam...