10. Pulpen

45 9 7
                                    

"Kau belum mau mengatakannya padaku?"

Eunsu refleks menuju tumpukan kursi dan pura-pura tidak mendengarnya. Meski ucapan Jun tidak terlalu jelas, tetapi dia paham arah pembicaraan ini. Eunsu pun tidak menyangka Jun masih memikirkannya.

Sekarang, apa yang harus kulakukan? batin Eunsu resah. Dia jadi ingin Jihoon lebih cepat datang daripada dirinya yang berkata jujur pada Jun. Meski bisa lolos dari Jun, dia pasti akan bermasalah dengan Soonyoung dan Jihoon. Itu akan jadi masalah yang lebih berat.

Jun mendengkus. "Semakin kau menutup mulut, semakin aku khawatir padamu."

Eunsu masih tetap diam melihat kursi-kursi. Berusaha mengalihkan isi kepala dengan memikirkan, kapan kursi-kursi itu tersusun serapi ini? Gadis itu tidak sadar akan hal ini walau kemarin dia baru melewatinya.

"Ya! Kau tidak mendengarkanku?" Jun berteriak di telinga kanannya. Meski tidak terlalu kencang, tetapi tetap saja itu memekakkan telinganya. Namun, Eunsu tidak bisa marah karena kali ini dia yang salah.

"Mian." Balasan Eunsu membuatnya terlihat lemah.

Jun pun hanya menggeleng-gelengkan kepala dengan pasrah. Dia tidak akan bisa membuka bibir Eunsu jika ada orang lain yang menyuruhnya begitu. Meski temannya sangat membangkang kekangan orang tuanya. Namun, Eunsu akan jadi sangat penurut jika diminta atau disuruh dengan ancaman. Gadis itu lebih penakut dari kelihatannya. Oleh karena itu, Jun jadi curiga teman kesayangannya ini sudah diapa-apakan oleh pendatang baru itu.

"Sebenarnya, apa yang sudah mereka lakukan padamu? Aku bisa mati penasaran," gumam Jun dengan suara kecil, tetapi masih bisa terdengar karena di sini sangat sepi.

Sekali lagi, Eunsu hanya meminta maaf tanpa mau mengatakannya. Dia sampai menunduk karena merasa bersalah.

Jun menjitak kepala Eunsu ringan, lalu mengoceh untuk mengikhlaskan rasa penasarannya yang tidak terjawab. "Jika tahu kau akan diganggu mereka, aku tidak akan menyambut orang-orang aneh itu sebagai murid baru."

"Kau kan baru bicara dengan Jihoon saja." Eunsu bersuara.

"Jika aku mengatakan sesuatu tentang mereka, apa kau akan menjawab pertanyaanku tadi?" Pancing Jun. Namun, tampaknya itu tidak mempengaruhi prinsip Eunsu.

"Dasar kau ini!" Jun mendengkus. "Kau ini penurut sekali dengan mereka. Aku makin yakin mereka sudah melakukan apa-apa padamu. Apalagi si kecil itu!"

Jun menarik napas panjang sebelum mengoceh. "Sudah kecil, tidak mau berteman, tata kramanya pun sangat buruk sebagai anak baru. Kukira hanya satu orang ini yang aneh, tapi ternyata temannya yang bermata kecil itu juga sama saja. Hanya awal saja dia mau menanggapi orang-orang yang mengajaknya bicara. Tapi makin ke sini, orang itu makin terlihat tidak benar-benar niat berinteraksi dengan kita." Jun bercerita dengan menggebu-gebu sampai wajahnya sendiri memerah.

"Sepertinya ada alasan, kenapa mereka tidak mau berteman dengan kita?" Eunsu membuka suara untuk memperbaiki kesalahpahaman Jun. Eunsu agak kurang nyaman karena dia merasakan ada niat baik dari Jihoon dan Soonyoung. Walaupun dia sendiri tidak tahu jelas, apakah itu memang niat baik untuk menolongnya dari masalah atau justru mereka yang sedang menutup-nutupi sesuatu?

"Tampaknya, kau memang mengetahui sesuatu." Mata Jun mencurigainya.

Eunsu cepat-cepat menggerakkan tangannya untuk mengelak. Hanya saja, bibirnya justru agak jujur mengatakan, "Aku tidak tau apa-apa. Mereka hanya menyuruhku untuk mengabaikan kehidupan mereka." Kemudian, sebelum bibirnya makin kelepasan, Eunsu menutupnya pada waktu yang tepat.

Jun berseru. "Jadi, hanya karena itu." Pria itu pun menganggapnya sudah mendapat jawaban yang diinginkan sejak tadi.

"Jika hanya itu, harusnya kau katakan saja. Aku jadi merasa bersalah karena sudah menjelek-jelekkan mereka." Jun berekspresi menyesal. "Tapi, aku memang mengatakan yang sebenarnya. Bahkan, yang perempuannya juga suka pura-pura tidak mendengar panggilan orang lain."

Hear MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang