Ketika waktu istirahat, sudah sepatutnya orang-orang tidak lagi berada di kelas. Tidak terkecuali pemilik dua kursi yang dikenalinya itu. Meskipun mereka tipe yang gemar menghindari kerumunan, tetapi tidak menutup kemungkinan keduanya bisa berjalan keluar.
Mereka pergi bersama, kan? Meski begitu, Soonyoung tetap mengkhawatirkan dua orang yang sama-sama tidak bisa berinteraksi itu.
Semoga saja begitu. Lagi pula, aku sudah berpesan jika dirinya tidak ada, mereka harus pergi bersama. Soonyoung lanjut membatin untuk menghilangkan kecemasan. Jika bukan karena perannya, dia tidak mungkin mengkhawatirkan masalah hidup Jihoon dan fisik Yura.
Soonyoung meletakkan susu stroberi dan segulung kimbab yang telah dibagi dua ke meja Yura. Baru setelah itu, mendudukkan diri ke kursinya sendiri. Kepalanya menengok ke arah kiri di mana tempat duduk Jihoon berada. Bergerak agak maju ke depan hingga matanya menemukan seorang gadis yang tengah membaringkan kepala di meja.
Awalnya, dia mengira gadis itu sejenis dengan Jihoon dan Yura yang gemar menghindari kerumunan. Namun, ternyata ada alasan lain yang membuatnya selalu tertidur di jam istirahat. Meski dengan masalah yang berbeda, tetapi mereka memiliki rancangan hidup yang mirip.
Soonyoung berdiri lagi dan bergerak menghampiri gadis yang terbaring itu. Dia tidak tahu, apa yang sedang direncanakan sang pencipta alam semesta ini? Namun, Beliau mungkin punya rencana tertentu dengan melibatkan gadis tersebut pada masalah mereka. Hanya saja, Soonyoung tetap harus mencegahnya sebisa mungkin. Ini demi keselamatan gadis itu juga.
Soonyoung menarik kursi yang ada di depan gadis bernama Eunsu itu. Mendudukkan diri dan diam sejenak memperhatikan orang itu terbaring lelap dalam tidurnya. Soonyoung terkekeh ringan sampai tidak mengeluarkan suara.
"Apakah setiap hari dia seperti ini atau karena Jihoon yang membuatnya lelah kemarin?" gumamnya, lalu menepuk pelan lengan Eunsu.
"Chogiyo, boleh aku mengganggu sebentar?" tanya Soonyoung sambil coba membangunkan Eunsu dengan lembut.
Gadis itu mengerang dan bergerak-gerak seakan-akan terganggu. Soonyoung pun menghentikan tepukannya dan menunggu respons lain dari Eunsu.
"Jangan berpura-pura seperti tidak pernah mengusikku." Eunsu kembali tenang dengan posisi kepala masih dibaringkan. Kemudian, bergumam, "Kau itu rajanya mengusiliku."
Soonyoung terkekeh. "Sepertinya, kau salah mengenali suara seseorang."
Mata Eunsu refleks terbuka saat mendengar hal tersebut. Tanpa mengangkat kepala, dia mengerjap-ngerjap beberapa kali sebentar untuk menyadarkan diri. Kalau bukan Jun, apakah ini Jihoon? Tapi, cara bicaranya lebih bersahabat. Eunsu membatin dengan gusar.
"Eunsu-ssi ...."
Eunsu segera mengangkat kepala saat menyadari jika pemilik suara itu bukan Jihoon. Syukurlah. Dengan agak malu-malu, dia pun membalas ucapan pria di depannya. "Ne?"
Soonyoung tersenyum sebentar pada Eunsu yang masih terlihat mengantuk. "Kita belum pernah bicara sebelumnya, tapi aku sudah mengganggu tidurmu. Maaf, ya."
"Gwaenchana," jawab Eunsu dengan canggung. Dia menyengir tipis sambil menurunkan kedua tangan ke bawah meja. Diam-diam memainkan jari-jarinya demi memecah perasaan sungkan.
Agar dirinya tidak terkesan hanya merespons satu kata pada Soonyoung, Eunsu bergumam sejenak sebelum kembali mengatakan, "Kenapa? Apa kau butuh sesuatu?"
Berbeda dengan dia yang sangat canggung karena baru pertama kali berbincang, Soonyoung tampaknya tidak merasa begitu. Pria itu masih bisa tersenyum dengan ramah dan sangat santai. Eunsu sungguh menemukan pesona yang berseberangan dengan temannya, Kwon Jihoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hear Me
Fanfiction"Lebih sedikit yang kautahu, akan lebih baik untukmu." Datar Jihoon. Dunia Eunsu yang biasanya monoton dan membosankan, perlahan berubah sejak kemunculan pria menyeramkan yang cukup aneh bernama Lee Jihoon. "Urus dirimu sendiri. Tidak perlu ikut cam...