Usai menemani Yura ke gedung asrama putri, Soonyoung langsung kembali ke kamarnya sendiri. Selain memang belum ada kegiatan apa pun, dia juga mau mengurusi teman sekamarnya itu. Soonyoung siap meneror Jihoon dengan pertanyaan-pertanyaan yang sudah tertumpuk sejak pagi.
Ketika dia membuka pintu kamar, Jihoon sudah terlihat ada di sana. Tengah berbaring sambil meninju ringan keningnya. Mata pria itu pun terpejam. Namun, bukan berarti Jihoon tidak menyadari keberadaannya meski Soonyoung belum bersuara.
Setelah pintu ditutup, mata Jihoon langsung terbuka dengan tubuh yang bergerak duduk. Jihoon yang tampak terburu-buru juga meminta Soonyoung untuk segera memulai sesi tanya jawabnya. Tidak seperti pria itu biasanya.
Soonyoung paham jika Jihoon tidak sabaran, tetapi dia juga tahu kalau temannya paling enggan saat ditanya-tanya. Jihoon adalah temannya yang paling jarang bercerita. Jika belum jadi masalah besar, bibir itu tidak akan pernah terbuka. Saat ditanya pun, pria itu suka menghindar.
Jika Jihoon yang tiba-tiba berinisiatif menerima pertanyaan, tentu saja Soonyoung patut curiga. Soonyoung pun segera menembak temannya dengan menyebut seseorang yang ada di pikiran pria itu. "Apa kau akan mendatangi anak bernama Eunsu itu lagi?"
Kontak mata Jihoon teralih. Kecurigaan Soonyoung pun makin menguat. "Aku sudah menahan diri untuk tidak bertanya dari semalam. Tapi, tindakanmu ini ikut membuatku tegang. Sekarang ... suka tidak suka, aku akan bertanya."
Sebelum nantinya Jihoon menggunakan banyak trik mengelak, Soonyoung akan membuat perjanjian tak tertulis terlebih dahulu. "Dan kau harus menjawab semua pertanyaanku tanpa mengalihkannya ke topik lain. Apa lagi topik terkait Yura."
Jihoon mendesis dan menjawab dengan malas. "Iya bawel. Cepat tanya! Apa pun itu, terserah. Yang penting, aku akan pergi setengah jam lagi dari sekarang."
Tanpa mengulur waktu lebih lama, Soonyoung melipat tangannya di depan dada sambil bertanya, "Kau pergi ke mana semalam?"
"Keluar."
"Jawab yang jelas." Soonyoung menggunakan nada suara yang ditekan sehingga pria itu terdengar seperti membentak.
Jihoon kembali mendesis sembari melirik teman sipitnya dengan jengkel. "Keluar ke minimarket kemarin untuk menemui Wonwoo! Puas?!" Dia ikut membalas dengan penekanan di setiap kalimatnya.
Pertanyaan-pertanyaan yang sebelumnya sudah Soonyoung simpan pun terlupakan oleh keinginan untuk memarahi Jihoon. "Kau gila! Kau menemui Wonwoo di tempat umum seperti itu? Ash!" Soonyoung menahan segala umpatan di dada, sehingga bibirnya berhenti sejenak.
Rasa frustrasi Soonyoung membuat Jihoon mendapat kesempatan untuk mengatakan, "Aku dan dia juga tidak ceroboh dengan bertemu secara terang-terangan di sana. Kami sudah merencanakannya sebelum bertemu."
Mata kecil itu menatap Jihoon dengan penuh selidik. "Direncanakan sebelum kabur atau setelah kau datang ke sini?"
Gelagat Jihoon mendadak kikuk. Dia pun berusaha mempertimbangkan jawaban yang terbaik meski semua pilihan akan berakhir sama saja.
Namun, karena terlalu lama diam, akhirnya Soonyoung lebih dulu mengambil kesimpulan dan menangkap basahnya dengan berteriak, "Kau merencanakannya setelah masuk sekolah ini?!"
Jihoon bungkam dan Soonyoung kembali menyerang dengan kemarahan yang menguasai. "Jangan-jangan kau juga menggunakan ponselku untuk menghubungi Wonwoo?!"
Tidak adanya reaksi dari Jihoon, membuat Soonyoung terus mengambil kesimpulan sendiri. Meski kali ini tidak disuarakan, tetapi pria itu sampai berjongkok dan meremas rambutnya untuk menahan rasa gemas akan kebisuan Jihoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hear Me
Fanfiction"Lebih sedikit yang kautahu, akan lebih baik untukmu." Datar Jihoon. Dunia Eunsu yang biasanya monoton dan membosankan, perlahan berubah sejak kemunculan pria menyeramkan yang cukup aneh bernama Lee Jihoon. "Urus dirimu sendiri. Tidak perlu ikut cam...