11. Pria Misterius

46 11 12
                                    

Malam ini, minimarket kembali didatangi oleh orang-orang tidak jelas berpakaian serba hitam. Mereka sudah berada di sekitar sini cukup lama. Awalnya, mereka hanya bulak-balik di depan pintu dan berkeliling di luar. Hingga salah satu di antara mereka masuk dan mengitari seluruh rak minimarket tanpa membeli apa pun. Kemudian, saat rekannya ikut masuk, barulah mereka membeli kopi sebagai teman mengobrol dalam bisik.

Eunsu tidak tahu, siapa lagi kali ini? Orang itu tentunya bukan Jihoon karena tinggi mereka yang berbeda. Apa mungkin teman Jihoon lainnya? Mereka agak berbeda dengan orang yang terakhir kali datang itu. Selain menggunakan masker dan topi hitam, mereka juga menggunakan kacamata hitam di malam yang gelap ini.

Bagaimana mereka bisa melihat di kegelapan malam jika memakai kacamata hitam? Eunsu tidak habis pikir dan memilih mengabaikannya karena tidak akan paham cara berpikir orang-orang itu.

Selama aku bersikap cuek dan pura-pura tidak memperhatikan, semua pasti akan baik-baik saja. Iya, kan? batin Eunsu sendiri agak meragukannya. Meski dia berusaha tenang, akan tetapi keberadaan orang-orang itu membuatnya sedikit kalut. Bahkan, sedari tadi tangannya sudah memegangi pulpen yang diberikan Jihoon itu.

Untungnya, kedua orang misterius itu tidak berlama-lama di minimarketnya. Sekarang mereka sudah berdiri dari kursinya dan hendak menghampiri Eunsu untuk membayar kopi. Eunsu bisa sedikit bernapas lega di tengah kegugupannya melayani kedua pelanggannya tersebut. Belum lagi saat orang itu menyerahkan sejumlah uang.

Eunsu ingin menerimanya dengan sopan. Namun, orang itu justru menahan uangnya. Eunsu meneguk liur. Dia pun memaksakan diri untuk bertatapan dengan mata yang tertutup kacamata hitam itu, lalu bertanya, "Maaf, uangnya?"

Tanpa bicara sepatah kata, pria itu melepas genggamannya dan aku juga langsung cepat-cepat mencari kembalian. "Terima kasih sudah berbelanja di sini," kata Eunsu.

Dan jangan pernah kembali, tambahnya dalam hati.

Meski tidak bisa melihat matanya, Eunsu merasa sedang ditatap oleh kedua orang itu. Gadis itu jadi memiliki firasat buruk. Namun ....

Semoga itu hanya perasaanku, harap Eunsu sambil menggenggam erat pulpen Jihoon. Dia sendiri tidak sadar jika tangannya masih memegangi benda itu selama melayani pelanggan.

𓆩♡𓆪

Jihoon dan Soonyoung bergegas keluar dari kawasan sekolah untuk menuju tempat kerja Eunsu. Dengan wajah tertutup rapat dan pakaian gelap, Soonyoung yakin tidak akan ada yang mengenali dirinya. Namun, tidak dengan Jihoon.

Seluruh anak buah ayah Jihoon tentu akan mengenali ciri fisik anak itu. Belum lagi Jihoon sedang dalam masa pencaharian. Saat ini, Jihoon adalah buronan kelas kakap yang sedang diburu seluruh karyawan ayahnya. Oleh karena itu, Soonyoung hanya bisa meminta Jihoon berada di belakang benteng selama dirinya menggiring para pelacak pergi dari minimarket.

Sesampainya di salah satu gang terdekat minimarket, Soonyoung langsung memakai kacamata hitam yang dulu ikut dia bawa ketika kabur dari rumah Jihoon. Dia belum pernah mengenakannya lagi sejak saat itu. Namun, karena ini keadaan genting, Soonyoung terpaksa menggunakan kembali.

Selain bisa mengecoh lawan dengan berdandan seperti mereka, kacamata itu sebenarnya berfungsi untuk melihat jarak dekat dan menangkap keberadaan orang-orang tersembunyi dengan suhu tubuh. Namun, dia sudah lama tidak menggunakannya. Alhasil, butuh beberapa saat bagi Soonyoung untuk membiasakan diri. Setelah itu, mengintip keluar usai menekan tombol kamera termal.

Seluruh pandangannya sontak berubah menjadi warna-warna beragam yang dibedakan dari tingkat suhu pada benda-benda di sekitarnya. Karena suhu malam yang cukup dingin, penglihatan Soonyoung pun didominasi oleh warna ungu dan biru. Hal itu pula yang mempermudahnya menemukan objek manusia di daerah sepi tersebut.

Hear MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang