15. Gadis Bodoh

44 12 9
                                    

Berita menghebohkan pagi ini. Jihoon sudah masuk kembali meski dengan langkah yang agak pincang. Hal tersebut membuat banyak pasang mata menatapnya dengan penuh tanya. Orang-orang ingin mengetahui alasan pria itu tidak masuk kemarin. Namun, sebagian besar dari mereka sebenarnya hanya penasaran. Karana alasan tidak tulus itulah, belum ada yang berani mendekat. Apa lagi mata Jihoon sudah tampak ganas membalas sorotan seisi kelas.

Hanya Eunsu dan Yura yang benar-benar datang untuk mengetahui perkembangan kondisi pria itu. Namun, kedua wanita itu tampak terkejut dengan keberadaan masing-masing. Hingga akhirnya, mereka saling menatap karena sama-sama tidak menyangka akan menghampiri Jihoon secara bersamaan. Ini tidak hanya membuat Eunsu dan Yura canggung, tetapi juga mengganggu posisi Jihoon.

Pria itu menatap keduanya sejenak, lalu menghela napas berat. Setelah meluruskan kaki sebisanya di bawah meja dan menyandarkan punggung, Jihoon berkata, "Nan gwaenchana. Kalian tidak perlu terlalu khawatir padaku."

Perkataan Jihoon yang terdengar lembut pada kedua wanita itu pun sontak membuat banyak pasang telinga di kelas menengok ke arahnya. Tidak terkecuali Jun dan Soonyoung. Sebagai sahabat yang terjerumus ke dalam pekerjaan gelap ayah Jihoon, dia tidak pernah mendengar temannya bertutur halus di depan umum. Meskipun itu bicara dengan Yura, Jihoon tetap akan bersikap dingin. Hal ini membuat Soonyoung jadi agak curiga.

"Sekarang kembali ke tempat duduk kalian. Tidak ada yang perlu dicemaskan." Kali ini Jihoon bersikap tak acuh dan membuang pandangannya ke luar jendela. Kepalanya mendadak penuh saat melihat dua wanita itu.

Satu sudah cukup bermasalah. Kenapa sekarang tambah satu lagi? Jihoon menggeram dalam hati sambil melirik diam dua wanita yang saling membungkuk canggung sebelum berbalik.

Karena kebetulan Yura yang lebih dulu pergi, Jihoon pun tiba-tiba menyentuh tangan Eunsu. Dia menarik gadis itu kembali, lalu mengisyaratkannya untuk mendekatkan wajah. Jihoon dapat melihat rona pipi Eunsu yang memerah. Namun, pria itu tidak cukup peka untuk menyadari detak jantung Eunsu yang meningkat.

Alhasil, saat Eunsu mendekati Jihoon, dia bisa mendengar suara jantungnya sendiri yang berdetak bagai drum. Benar-benar terasa seperti dipukul hingga dia pikir itu hanyalah halusinasi. Dia pun memikirkan banyak alasan yang membuat dadanya terasa bergetar. Mungkin karena tangan Jihoon yang masih menggenggamnya. Atau ... efek wajah mereka yang saling berdekatan. Belum lagi tambahan suara berbisik Jihoon yang masuk dengan halus ke telinganya.

"Ada yang ingin kubicarakan berdua denganmu. Nanti kita bertemu di tempat biasa setelah pulang. Arraseo?"

Padahal Jihoon tidak langsung berbisik di telingaku, tapi suaranya sangat menggelitik. Terasa seperti bibir pria itu menempel di telingaku. Eunsu menggerutu dan meneriaki isi pikirannya dalam hati. Dia tidak percaya otaknya baru saja berpikir seperti itu. Memalukan!

"Ya! Kau tidak mendengarku?" tegur Jihoon dengan suara yang masih dalam volume kecil.

"Ne?" Eunsu jadi linglung meski dia mendengar ucapan Jihoon tadi. Namun, karena tidak ada jawaban jelas, jadinya Jihoon menyuruh Eunsu kembali ke tempat duduk.

"Sudahlah. Kau kembali saja," sahut Jihoon dengan malas. Aksen ketus dan tutur tegasnya dikembalikan hingga semua orang bisa mendengar Jihoon yang berkata, "Aku yang akan mendatangimu saat ingin bicara."

Eunsu baru saja merasa senang saat jantungnya bisa dikontrol setelah tangan Jihoon menyingkir. Namun, karena penuturan Jihoon yang lain dari biasanya, dia jadi kembali membalas pria itu dengan linglung yang terkejut. "Ne?!"

𓆩♡𓆪

Jam istirahat telah tiba dan semua orang sudah berhamburan keluar untuk memperebutkan antrian mengambil makan di kantin. Akan tetapi, masih ada beberapa orang yang bersantai di tempat duduknya. Dari yang masih bersiap-siap keluar hingga yang tidak peduli dan tidur di meja.

Hear MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang