Jihoon jalan mengendap-endap menuju kamarnya. Membuka pintu secara perlahan agar tidak ada seorang pun yang bisa mendengar. Namun, penghuni lain di kamar Jihoon, justru masih terjaga dengan wajah serius yang tampak menunggunya di dekat pintu.
Tanpa suara dan juga reaksi terkejut, Jihoon segera menutup pintu tersebut dan berkata, "ada apa lagi sekarang?"
"Sesuatu yang cukup serius dan membuat kepalaku sakit," ujar pria itu dengan nada geram.
Mimik Jihoon mengeras. Dia langsung melepaskan topi dan masker agar suaranya terdengar lebih jelas untuk menanyakan, "Terjadi sesuatu pada Wonwoo dan Bohyun?" Hanya itu yang terpikirkan dan memenuhi otak Jihoon sejak tadi.
"Ini jauh lebih buruk." Soonyoung menghela napas panjang. Setelah itu, terdiam cukup lama tanpa bisa mengutarakannya.
Jihoon pun mulai mendesak Soonyoung. "Bicara yang jelas!"
Untungnya, Soonyoung tidak terpancing emosi dan hanya menghela napas berat untuk yang kedua kali. "Tragedi ini akan terulang lagi," katanya sambil mengusap wajah kuat-kuat dibarengi suara mendesis yang terdengar putus asa. Kemudian, dia menyuruh Jihoon mengambil ponselnya dan membaca sendiri isi pesan yang dikirimkan Jun.
Tanpa menunggu lama, Jihoon merampas ponsel yang tergeletak di atas nakas dekat posisi duduk Soonyoung saat ini. Untuk sejenak, perhatiannya sempat teralih pada secarik kertas berisikan nama-nama yang familiar. Namun, Jihoon tetap memusatkan pikiran untuk melihat isi ponsel Soonyoung terlebih dahulu.
Ketika layar benda pintar itu bercahaya, Jihoon menemukan beberapa karakter hangeul yang membentuk sebuah kalimat pada foto di sana.
Hati-hati!
Ada bahaya di sekitarmu. Jaga dirimu dan temanmu baik-baik. Jangan sampai dikelabui.Alis Jihoon langsung tertaut. Matanya memicing dengan tajam. Jihoon memperbesar dan memperkecil foto itu berulang kali. Kemudian, mengeluarkan tampilan foto tersebut untuk melihat pembicaraan mereka sebelum dan sesudah mengirimkan gambar itu.
Usai membaca pesan antara Jun dan Soonyoung, Jihoon menurunkan ponsel itu. Saat layar terang dari benda pipi itu menerangi wajah Soonyoung, Jihoon bertanya, "Dia dapat dari mana?"
"Ada seseorang yang menaruh itu di mainan adiknya dan Jun tidak tau, siapa pelakunya?" jawab Soonyoung dengan sorot mata yang sama seriusnya.
Pria itu mengambil kertas yang tadi ada di sebelah ponsel itu, lalu menunjukkannya pada Jihoon. "Aku sudah mencatat beberapa nama yang tidak mungkin terlibat dalam kasus ini. Sebagian besar nama ini adalah rekan-rekan yang pernah bekerja denganku di tim pengantar. Jika beberapa tahun terakhir tidak ada penambahan pasukan sejak aku kabur, kemungkinan bukan salah satu dari tim pengantar yang memberikan pesan ini pada Jun."
Penjelasan Soonyoung membuat Jihoon kembali membuka pesan mencurigakan dari Jun tersebut. Jihoon mencermatinya sekali lagi dan ikut mengingat-ingat bentuk tulisan tangan dari setiap orang yang pernah berhubungan dengannya di rumah. Namun, baru 1 menit dirinya berpikir, Jihoon tiba-tiba menemukan jawaban lain.
"Sebelum dia izin pulang ke rumah, Jun tidak pernah keluar dari sekolah ini. Jadi, tidak mungkin ada seorang pun yang tau hubungan kita dengan Jun di luar sekolah."
Memiliki pemikiran yang mirip, Soonyoung mengutarakan kesamaan pendapatnya. "Aku juga berpikir begitu. Tapi, semakin dipikirkan, semakin aku tidak menemukan jawabannya. Tidak ada satu pun dari murid-murid atau pengajar di sekolah ini yang terlihat seperti intel dari ayahmu. Ini membuatku stres!" geram Soonyoung sambil membanting tubuhnya ke ranjang.
"Kau tidak mencurigai seseorang?" tanya Jihoon tanpa menuntut atau mendesah sebab ada ekspresi kesal pada wajah Soonyoung. Dia sedikit seram jika temannya itu sudah menunjukkan wajah tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hear Me
Fanfiction"Lebih sedikit yang kautahu, akan lebih baik untukmu." Datar Jihoon. Dunia Eunsu yang biasanya monoton dan membosankan, perlahan berubah sejak kemunculan pria menyeramkan yang cukup aneh bernama Lee Jihoon. "Urus dirimu sendiri. Tidak perlu ikut cam...