17. Pamit

48 10 13
                                    

Baru dua hari berlalu, tetapi kaki Jihoon telah sembuh sepenuhnya. Bahkan, pria itu sudah bisa bergerak sendiri dan menghilang dengan cepat saat jam istirahat baru berbunyi. Tidak perlu lagi menunggu Soonyoung untuk menggendongnya kabur dari para fans yang siap memenuhi pintu hanya untuk melihat pria itu.

Sejak video sisi kesatrianya beredar, Jihoon memang jadi anak paling populer dari semua siswa pria lain. Meski dia sering mengabaikan sapaan orang lain, menghindar saat didekati, dan bersikap dingin saat ada yang pura-pura akrab dengannya, tetapi para penggemar Jihoon yang penasaran dengan sosoknya belum terlihat berkurang.

Murid baru yang awalnya ditakuti dan dijauhi, mendadak jadi siswa paling sibuk di sekolah. Sibuk menyembunyikan diri. Bahkan, pria itu mulai rajin memakai masker saat berada di sekolah. Mengenakan earphone saat jam bebas. Lalu, pura-pura tidur agar tidak ada yang mengganggu.

Itu saat kakinya masih pincang. Namun, setelah sembuh, Eunsu mulai sulit melihat pria itu tidur dan bermalas-malasan di kelas. Entah ke mana pria itu bersembunyi? Eunsu juga tidak tahu, kenapa dirinya mulai hobi memperhatikan Jihoon? Apa dia tertular sindrom Jihoon?

Yang benar saja?! Eunsu menertawakan dirinya dalam hati dengan mata yang sesekali melirik kursi Jihoon.

Ketika Jun menghela napas sembari meregangkan tubuhnya yang di kursi, Eunsu baru membenarkan posisi kepalanya kembali melihat buku yang terbuka di atas meja. Pura-pura membaca meski sebenarnya hanya dilihat. Kemudian, mengangkat kepala lagi saat Jun membalikkan badan.

Dengan wajah memelas, pria itu merayu Eunsu. "Kantin yuk! Aku mau mual membaca buku terus. Waktu istirahat harusnya buat makan, bukan belajar."

"Aku kan sudah bilang buat pergi sendiri. Aku mau belajar buat test."

Jun mendengkus. "Kau ini kurang belajar apa lagi? Mau sampai menyiksa diri dengan buku? Jika kau belum sadar, akan kuberi tahu kalau sebenarnya kau ini bukan murid bodoh."

Bibir Eunsu mengeluarkan suara mendesis. Dengan dongkol, Eunsu membalas, "Justru isi sekolah ini tidak ada yang bodoh. Kau yang tidak belajar saja, punya peringkat di atasku. Terus ... kapan aku bisa mengalahkanmu kalau tidak belajar?"

"Enak saja!" Jun balik menentang Eunsu. "Kalau sendiri, aku bisa belajar serius. Tapi, kalau di sekolah, aku tidak akan fokus."

Berarti kan ingatan Jun juga cukup kuat karena bisa bertahan selama itu. Tidak akan sebanding jika dibandingkan dengan ingatan Eunsu. Semua materi yang dia ingat, sudah pasti langsung hilang saat dibawa tidur dan itu yang selalu membuatnya khawatir hingga ingin terus belajar.

"Ayolah! Hirup udara segar sebentar. Jangan menyiksa diri sambil melihat kursi kosong di belakang itu terus."

"Siapa yang lihat-lihat ke belakang?" elak Eunsu dengan mata terbuka lebar.

"Memangnya siapa yang kumaksud?" tantang Jun. "Di belakang ada banyak kursi kosong. Jika bukan memikirkan orang itu, kau tidak akan segugup itu."

Eunsu refleks meneguk liurnya. "Jangan bicara asal! Sekarang Jihoon sudah jadi anak populer dan aku tidak pernah mau bermasalah dengan anak yang diincar satu sekolah." Eunsu berusaha menutupi suara gugup dengan bangkit dari kursi. Dia juga langsung menyetujui ajakan Jun tadi agar bisa menghindari serangan pria itu lainnya. Kemudian, pergi lebih dulu di saat yang mengajak masih terduduk.

Jun sampai menghela napas dulu sebelum menyusul gadis itu. Padahal aku tidak mengatakannya, tapi kau yang lebih dulu menyebutkan nama Jihoon. Ya.. jika memang suka, kenapa tidak akui saja? Aku juga tidak akan marah. Paling ... sedikit cemburu saja.

𓆩♡𓆪

Kicau burung terdengar riuh dari sebuah pohon yang Jihoon panjati. Menyadari hal tersebut, Jihoon segera berdiri pada salah satu dahan untuk menengok sarang burung yang lebih dulu menempati pohon tersebut. Bibir Jihoon pun sontak tersenyum tipis melihat anak-anak burung yang baru menetas.

Hear MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang