22. Tumbal dan Karma

32 7 4
                                    

Jihoon mendengkus jengkel sambil mendudukkan diri ke kursinya tanpa memedulikan orang aneh itu. Dengan tangan memainkan ponsel Eunsu, Jihoon berkata, "Jika kau sangat menginginkan posisi itu, ambil saja. Aku tidak butuh."

Orang yang Jihoon ajak bicara itu pun segera melangkah cepat mendatanginya. Akan tetapi, Jihoon tidak terlalu tertarik untuk mengangkat kepala. Mata pria itu tengah sibuk mencermati cerita gosip yang membahas dirinya, meskipun artikel tersebut mengandung kata-kata yang membuat Jihoon merinding. Sayangnya, kegiatan ini harus terhenti saat pengganggu itu menarik ponsel Eunsu

Namun, sebelum benda itu berpindah tangan, Jihoon menahan ponsel Eunsu dan mencengkeram tangan pengganggu tersebut. "Lepas!" Perintah Jihoon dengan nada yang masih dibuat baik.

Sayangnya, orang itu justru menolak dan melawan dengan sifat yang sama keras. "Tidak akan!" Mata marahnya sampai dipelototkan ke arah Jihoon. Bahkan, Soonyoung ikut terjerat masalah ini.

"Aku bukan babu yang akan mengikuti perintahmu seperti dia," kata orang itu sambil menunjuk Soonyoung yang hanya diam.

Hal itu pun sontak menyulutkan emosi Soonyoung. "Aku tidak terlibat dalam masalah ini, tapi kenapa kau membawa namaku? Jika kau mau buat masalah denganku, langsung hadapi aku!" Soonyoung maju mendekati orang itu seraya menaikkan lengan jasnya.

Jun yang panik melihat perubahan ekspresi Soonyoung, sigap menahan pergerakan pria. Meski dia lebih tidak terlibat dalam masalah itu, tetapi dia tidak mungkin membiarkannya begitu saja. Selain dirinya, siapa lagi yang bisa mencegah dua orang berprofesi mengerikan ini agar mengendalikan pukulannya? Jun tidak mau membayangkan, seberapa berat luka yang akan diterima orang itu jika Jihoon dan Soonyoung menghantamnya?

Namun, karena takut Jun kewalahan menahan Soonyoung, Yura bangun dari kursinya untuk membantu. Gadis itu mendekati mereka dan menyentuh tangan Soonyoung. Tidak seperti Jun yang membutuhkan tenaga besar, Yura bisa langsung meredakan emosi Soonyoung hanya dengan berkata halus dan membuat permohonan lembut.

Sayangnya, orang itu masih memberikan tatapan angkuh seakan-akan masih ingin mengejek Soonyoung. Jihoon yang mengamati kejadian itu dari dekat pun jadi ikut kesal sendiri. Akhirnya, dia turun tangan untuk menyelesaikan masalahnya ini. Mau bagaimana pun, Jihoon juga tidak ingin salah satu dari mereka terlibat masalah yang bisa mengulang kejadian saat mereka di sekolah menengah dulu.

"Ya, bocah angkuh! Kemarin, aku sudah membiarkanmu menang. Sekarang, aku juga memberikan posisi yang kau inginkan. Apa masih kurang? Kau mau mengambilnya juga?" Jihoon menunjuk Soonyoung. "Dia memang hebat. Tapi, aku tidak bisa memberikan temanku sendiri padamu."

Jihoon sengaja bicara melenceng karena ingin mengejek orang itu balik. "Lagi pula, dia juga manusia yang berhak memilih jalannya sendiri. Dan karena aku sadar akan hal itu, aku tidak pernah memerintahnya untuk memenuhi keinginanku. Perintahku itu biasanya hanya untuk keselamatannya. Tidak sepertimu yang memerintah bawahanmu untuk terlihat berkuasa."

Tangan orang itu terlihat mengepal dengan kesal. "Be-"

"Jika kau marah, berarti kau mengakuinya," potong Jihoon dengan balasan telak yang membuat orang itu berakhir dalam diam tanpa bisa mengatakan apa pun.

Jihoon memberikan suara tawa mengejek yang disengaja. Kemudian, melipat tangan di depan dada untuk memperlihatkan gaya angkuh yang sama seperti pria itu tadi. "Sudah cukup berdebatnya?"

Namun, dengan tidak tahu dirinya, orang itu belum mau mengalah dari Jihoon. Harga dirinya menolak untuk kalah karena dia sangat ingin menjatuhkan Jihoon. Jadi, dia pun menantang Jihoon kembali. "Aku ingin pertandingan ulang. Satu lawan satu. Hanya aku dan kau."

Tatapan Jihoon sudah mulai terlihat malas. Dia mengembalikan postur tubuhnya menjadi santai sambil berkata, "Tidak mau. Aku sibuk."

"Kau hanya duduk diam dan tidur di kelas, sibuk dari mana?!" Orang itu membalasnya dengan menggebu-gebu.

Hear MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang