"Jihoon adalah anak dari seorang mafia senjata ilegal. Ayahnya sangat kejam dan tidak akan segan membunuh orang awam yang mengetahui kegiatan ini."
Mendengar hal itu, Jun langsung saja mendorong tubuh Soonyoung. "Tidak usah bercanda," katanya dengan kesal karena merasa dipermainkan. Alasan itu terlalu mengada-ada. Mafia senjata? Apa zaman sekarang masih ada hal seperti itu?
"Apa wajah kami terlihat bercanda?" sinis Jihoon dengan kaki yang masih tertancap jarum.
Jihoon tidak tahan bicara dengan posisi tersebut, hingga dia hendak mencabutnya sendiri. Namun, Soonyoung menahan kedua tangannya.
"Jika kau mencabutnya sekarang, jangan mengeluh jika nanti belum sembuh," ancam Soonyoung.
Akhirnya, Jihoon hanya bisa mendesis sambil membaringkan kepala kembali. Soonyoung pun lanjut menanggapi ucapan Jun usai menangani Jihoon. "Tidak ada yang bercanda di antara kami. Apa yang baru saja kukatakan adalah kenyataan. Dan hal itulah yang harus kau rahasiakan dari semua orang."
"Bagaimana kalau aku tidak percaya dan tetap mengatakannya pada Eunsu?" pancing Jun.
"Kalau begitu ... kau mau gadismu jadi korban selanjutnya," balas Jihoon tak acuh.
"Apa maksudnya korban?!" Suara Jun langsung meninggi saat Eunsu dibawa.
"Jun-ssi, tenangkan dirimu. Tidak akan terjadi apa-apa selama kau menutup mulut. Appa Jihoon hanya mengincar orang-orang yang sudah mengetahui kegiatannya." Soonyoung berusaha menjelaskannya dengan suara setenang mungkin agar lawan bicaranya bisa mengurangi emosi.
"Dan untuk saat ini, Eunsu masih belum mengetahui apa pun karena kami memang sengaja tidak ingin memberitahukannya." Lanjut Soonyoung.
Jihoon tiba-tiba menyela dengan kata-kata yang tidak tersaring. "Eunsu terlalu ceroboh dan mudah takut. Kami khawatir jika dia sampai ketahuan atau kelepasan bicara, keselamatannya akan terancam. Sementara kau? Kami melihat kau cukup tenang dan cerdik untuk mengatur kerja bibirmu. Karena itu, kami berani memberitahukan hal ini padamu."
Soonyoung mengeluarkan empat jari dari tangan kanannya. "Baru empat orang yang dipercayai Jihoon. Dan sebagian besar adalah orang yang menyebalkan untuknya." Soonyoung sedikit menyindir Jihoon. Setelah itu menyebutkan empat nama tersebut, termasuk dia dan Jun. Namun, Jun hanya menunjukkan reaksi terkejut saat mendengar salah satu nama.
"Jika ada kejadian mengganjal yang melibatkan Jihoon atau ada seseorang yang menyebutkan namaku, Jihoon, dan dua orang ini, pura-puralah tidak mengenal kami. Setelah itu, laporkan pada kami."
"Aku tidak peduli dengan kalian berempat." Ucapan itu sempat membuat Jihoon dan Soonyoung cemas. Namun, ternyata Jun hanya belum menyelesaikan kalimatnya. "Jika ada orang mencurigakan yang mendatangiku, aku juga tidak akan bilang sejujur-jujurnya. Aku tidak mau disalahkan jika ada kejadian yang tidak-tidak dengan kalian."
Jihoon dan Soonyoung langsung merasa lega. Mereka pun mengembuskan napas bersamaan dan tetap diam selama Jun masih mengoceh.
"Aku hanya ingin kepastian kalian untuk tidak mencelakai Eunsu. Jika dia terlibat tanpa tau apa-apa, bagaimana dia bisa menjaga diri? Terus apa korban yang kalian maksud? Memangnya, apa yang terjadi dan siapa korbannya?"
Jihoon menopang tubuhnya dengan kedua tangan yang sudah dilepaskan Soonyoung, lalu berkata, "Meski aku tidak bisa menjamin dengan yakin, tetapi aku akan berusaha mencegah agar tidak terjadi apa-apa pada gadismu itu. Aku berjanji atas margaku."
"Jangan bawa-bawa marga! Yang dia tau, kau itu bermarga Kwon." Emosi Soonyoung. Kemudian, menatap Jun. "Catat ya! Nama aslinya Lee Jihoon. Siapa pun orang yang mencarinya, pasti akan menggunakan dua marga itu karena dia suka meminjam marga keluargaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hear Me
Fanfiction"Lebih sedikit yang kautahu, akan lebih baik untukmu." Datar Jihoon. Dunia Eunsu yang biasanya monoton dan membosankan, perlahan berubah sejak kemunculan pria menyeramkan yang cukup aneh bernama Lee Jihoon. "Urus dirimu sendiri. Tidak perlu ikut cam...