13. Jadi Orang Bodoh

40 11 15
                                    

Napas berat menemani Eunsu di sepanjang perjalanan pulangnya. Namun, dia tidak bisa mengeluh karena keberadaan pria yang sedang dipapahnya. Bahkan, Eunsu dengan susah payah menahan suaranya agar tidak terengah-engah.

Jika yang dia bawa adalah Jun, Eunsu pasti sudah mengoceh sepanjang jalan sampai temannya lebih memilih untuk berjalan sendiri meski kaki sakit sekalipun. Sayangnya, orang yang saat ini dia hadapi adalah Kwon Jihoon. Pria kasar, ketus, punya selera humor yang buruk, dan tidak pernah menerima saran orang lain.

Padahal Eunsu bisa meminjam troli barang dari minimarket untuk membawa Jihoon yang sedang lumpuh sementara. Namun, pria itu menolaknya dengan berbagai alasan.

Orang yang mengejar mereka akan kembalilah. Keadaan minimarket sedang tidak amanlah. Diawasi inilah. Itulah. Apa pun?! Eunsu sampai frustrasi karena Jihoon menolak semua sarannya. Seakan-akan semua pilihannya akan berakhir buruk.

Seburuk apa?! Aku saja masih tidak tau apa-apa karena Jihoon masih merahasiakannya sampai sekarang. Seharusnya kan Jihoon sudah memberitahuku. Apa lagi, kejadiannya sudah sampai seperti ini. 

Eunsu jadi ingin membanting Jihoon saat mereka sudah sampai di tembok sekolah. Namun, gadis itu tetap menurunkan Jihoon perlahan karena masih punya hati nurani.

Sayangnya ... setelah kaki pria itu diluruskan, Eunsu kehilangan keseimbangan karena kelelahan. Tubuh Jihoon yang lebih berat darinya pun, membuat Eunsu jadi tidak sengaja melepaskan pegangannya. Alhasil, pria itu terjatuh. Namun, bukan itu yang terburuk, melainkan Eunsu yang justru ikut menjatuhkan diri di atas kaki Jihoon.

Wajah pria itu sontak terlihat kesakitan meski tidak meringis ataupun mengeluh. Jihoon hanya memegangi kedua lengan Eunsu sambil berkata, "Jika sudah bisa bangun, cepat pergi dari kakiku!"

Eunsu segera bangkit dan bersimpuh lutut di samping Jihoon. Dia menaruh kedua tangannya di lutut dan menunduk seakan-akan merasa sungkan. Kupikir, dia akan langsung marah, batin Eunsu mengomentari cara bicara Jihoon yang jadi lebih halus.

Apa mungkin karena sakit? Tetapi, dia masih bisa berjalan sejauh ini. Eunsu berhenti melamun saat Jihoon menyuruhnya untuk masuk ke sekolah. Karena takut salah dengar, Eunsu meminta Jihoon mengulanginya.

"Ini sudah malam, cepat kembali ke kamarmu dan tidur!"

Meski Jihoon mengatakannya dengan nada perintah, tetapi Eunsu tidak merasa jengkel sama sekali. Padahal gadis itu tidak pernah suka diperintah dalam bentuk apa pun. Namun, tetap saja Eunsu tidak bisa menuruti perintah itu begitu saja.

"Terus ... bagaimana denganmu? Kakimu masih belum bisa bergerak, kan? Kau tidak mungkin memanjat tembok ini. Aku juga tidak mungkin menggendongmu." Eunsu mengoceh seakan-akan mencemaskan pria itu.

"Tidak usah memedulikanku. Cepat balik sana!" usirnya lagi. Namun, suara Jihoon masih terdengar lemas karena kekuatannya belum pulih. 

Kalau sakit begini, tutur kata dan suaranya jadi enak didengar. Eunsu membatin lagi.

"Aku tidak mungkin meninggalkan orang cidera begitu saja. Harusnya kita lewat pintu depan saja. Tapi, kau tidak mau. Padahal aku bisa meminta bantuan Seungcheol Oppa. Dia pasti bisa membebaskan kita." Eunsu mulai jadi gadis bawel di hadapan Jihoon.

Jihoon mendesis. "Kau tidak boleh percaya begitu saja pada orang lain. Bukankah kau akan diskors jika sekali lagi ketahuan? Kenapa kau tidak mempertimbangkannya?" Mata Jihoon berubah sinis. Namun, Eunsu tidak takut karena suara lembut Jihoon.

"Karena kau sedang sakit dan aku percaya Seungcheol Oppa baik, jadi dia pasti tidak akan melaporkan kita," tutur Eunsu, "Ngomong-ngomong ... bagaimana kau dan Soonyoung bisa tau aku akan diskors jika sekali lagi ketahuan kabur?"

Hear MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang