Kondisi tampak kondusif dan keadaan rumah sudah sepi. Setelah memastikan seluruh area sudah aman, Jihoon kembali menutup pintu kamarnya. Karena tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan para penjaga berbadan besar itu, dia bergerak cepat menuju kursi kerjanya. Jari-jari itu dengan lincah mengutak-atik komputer agar bisa melancarkan niatnya.
Di layar komputernya pun sudah dipenuhi program pemblokiran rancangannya. Meski program pengacauan ini hanya bersifat sementara, setidaknya durasi 30 menit sudah cukup untuknya kabur dari rumah. Saat listrik, sistem penjagaan, serta CCTV di rumah ini rusak, para penjaga tidak mungkin bisa menangkapnya dengan mudah.
Setelah mengatur semuanya, Jihoon tidak langsung mengaktifkan hitungan mundur. Dia membiarkan komputer itu menyala selagi dirinya menyiapkan beberapa barang yang dibutuhkan. Pakaian, uang, dan surat berharga yang masih harus dimanipulasi lagi. Sementara ponsel dan benda eletronik lainnya, sengaja dia tinggalkan agar sang ayah tidak menemukannya kembali.
Kali ini, aku tidak boleh kembali ke neraka ini. Tekad dan kekesalan Jihoon memperkuat simpul pada tali tambang yang dia ikat di gagang jendela kamar. Sehabis menggendong tas tersebut, Jihoon melilitkan ujung tali lain pada pinggangnya. Setelah menghabiskan waktu 3 menit untuk persiapan, tanpa keraguan lagi, Jihoon pun menekan tombol retas.
Dalam sekejap, rumah besar itu berubah gelap. Seluruh lampu dan elektronik pun sudah Jihoon pastikan tidak akan berfungsi hingga setengah jam ke depan. Hanya komputernya yang akan menyala karena telah diganti dengan energi listrik alternatif. Itu pun hanya bertahan dalam hitungan waktu yang sama. 30 menit.
Semoga saja perhitungan waktunya tidak salah. Harap Jihoon dengan cemas.
Jika komputernya mati, maka sistem penjagaan akan kembali menyala. Jika hanya bertahan 20 menit, maka dia pasti baru sampai di depan gerbang rumahnya.
Demi menghemat waktu, Jihoon segera naik ke atas jendelanya. Dia menginjak sisi tembok yang kokoh agar tidak tergelincir. Setelah itu, menutup jendelanya dan memosisikan tali tambang yang tebal itu pada lubang kayu buatannya.
Selama dirinya sibuk, telinga Jihoon terus mendengar kegaduhan di berbagai sisi. Lampu yang padam membuat para penjaga kalut. Mereka berbondong-bondong mencari sakelar listrik. Namun, meski mereka sudah menemukan sakelar utama, listrik tidak akan bisa diperbaiki selama komputer belum mati dan meledak karena bom rakit yang Jihoon taruh.
Bibirnya pun menyeringai. Dia cukup senang karena bisa mengerjai orang-orang itu. Dia pun tampak tenang menuruni tali tanpa khawatir ada yang melihat dirinya. Pakaian serba hitam yang dia kenakan, tidak mungkin bisa terlihat dalam kegelapan total ini.
Saat kedua kakinya telah menapak di tanah, Jihoon menarik-narik tali tambangnya dengan ritme yang sistematis. Dia merelakan beberapa detiknya terbuang selama melakukan gerakan tersebut agar tali itu putus karena silet tipis pada lubang jendela tadi. Gara-gara tidak ingin meninggalkan bukti jelas, Jihoon terpaksa mengambil cara klasik itu untuk memotong talinya.
15 menit lagi sebelum lampu menyala. Jihoon pun mempercepat gerakan memasukkan tali itu ke tas, lalu berlari mengendap-endap ke arah gerbang rumahnya.
Di sana sudah terdapat beberapa pengawal yang berlarian membawa senter untuk mencari sumber pemadaman buatannya. Jihoon dibuat agak risau karena jumlahnya tidak sedikit. Meski larinya cukup cepat, tetapi dia tidak mungkin menerobos begitu saja. Dia pun terpaksa mencari jalan memutar yang agak jauh agar bisa bersembunyi di balik semak-semak.
"Kunci gerbang utama! Ada seseorang yang bersembunyi di semak-semak!" Namun, seorang penjaga menyadari gemerisik dedaunan tersebut.
Shit! Jihoon mengumpat saat mendengar suara berat milik pimpinan bodyguard ayahnya.
Karena tidak mungkin keluar dari depan, dia buru-buru berlari ke halaman belakang. Penjagaan di sana mungkin lebih ketat, tapi pencahayaannya sangat buruk. Ini kesempatan bagi Jihoon untuk menaiki pohon besar yang tumbuh di sana.
Namun, tiba-tiba saja cahaya dari ponsel menyorot batang pohon tersebut. Kaki Jihoon hampir saja terlihat jika dia tidak segera menariknya. Jantung Jihoon terpacu bagai perasaan petarung yang berada di medan perang. Napasnya terembus berat dalam diam.
Tidak bisa membuang waktu lebih lama, Jihoon segera mencari cabang pohon terbesar yang bisa menahan berat tubuhnya agar dia dapat melompat dan melewati batas tembok beton. Saat menemukannya, dia berjalan perlahan-lahan menuju ujung batang tersebut. Sedikit demi sedikit, batang itu mulai menipis. Suara dahan patah pun menarik telinga pengawal.
Semua orang langsung menyorot setiap pohon yang ada di rumah ini, tidak terkecuali pohon tempat dirinya berpijak. Karena tidak ada waktu lagi, tanpa pikir panjang, Jihoon melompat dari dahan yang jaraknya masih jauh dari tembok. Mematahkan dahan tersebut hingga tepat mengenai wajah salah satu orang yang mendekatinya.
Meski ingin menertawakannya, tetapi setengah tubuh Jihoon juga menubruk tembok. Dadanya terhantam kuat hingga menciptakan sakit yang cukup dahyat. Sayang, ini bukan saatnya untuk mengeluh. Jihoon terpaksa mengabaikan rasa sakit itu dan berusaha memanjat dengan kedua kaki pendeknya.
Jihoon lagi-lagi mendengar suara bodyguard utama itu berteriak. Dia kembali mengumpat. Di waktu yang makin sempit dan para penjaga yang sudah menemukannya, kaki itu pun berhasil diajak bekerja sama. Tubuh Jihoon akhirnya bisa menduduki beton dan melompat turun hingga terdengar suara sepatu yang menghantam tanah.
Napasnya terembus berat. Sebelum meninggalkan tempat itu, dia menengokkan kepalanya ke belakang sambil menghitung dalam hati. Saat dihitungan berakhir, seluruh lampu kembali menyala. Mata Jihoon menyipit karena cahaya yang menyakiti retinanya. Dia menurunkan topi hitamnya, lalu berlari cepat meninggalkan kawasan terpencil dan lingkungan yang berbahaya tersebut.
Semoga aku tidak akan kembali ke sini lagi, batin Jihoon.
𓆩♡𓆪
Kira-kira, kenapa ya Jihoon kabur dan gak mau kembali lagi? Hmm.. 🤔
Baru juga mulai, udah dikasih teka-teki. Semoga kalian gak kapok, ya 😅
Tapi, ngomong-ngomong kalian suka gak sih genre kayak gini? Yang ada campuran action-nya?
Kalau gak terlalu suka, nanti bakal aku kurangin. Cuma emang konteksnya romance, tetep bakal dominan romance hehe..
Karena cerita ini gak aku ikutsertakan dalam lomba apapun, rencananya akan aku update tiap sabtu. Semoga bisa lancar terus ya 🥰
Dan nanti sore sekitar jam 6 lewat, aku akan kasih spoiler soal siapa aja cast-nya dan hubungan antar cast tersebut. Kalau ada yang mau liat, mampir ke ig-ku aja ya 😊
Sampai ketemu minggu depan, ya 💕
Annyeong~
KAMU SEDANG MEMBACA
Hear Me
Fanfic"Lebih sedikit yang kautahu, akan lebih baik untukmu." Datar Jihoon. Dunia Eunsu yang biasanya monoton dan membosankan, perlahan berubah sejak kemunculan pria menyeramkan yang cukup aneh bernama Lee Jihoon. "Urus dirimu sendiri. Tidak perlu ikut cam...