21. Curiga

31 5 3
                                    

Klik!

Soonyoung refleks terbangun dari ranjang saat seseorang menyalakan lampu kamarnya. Mata kecil yang baru saja ingin dipejamkan itu pun segera melihat sang pelaku dengan penuh keterkejutan.

"Kau pulang lebih cepat hari ini," tegur Soonyoung sambil melirik jam kecil yang ada di sebelah ranjangnya. Jarum jam beker itu bahkan belum menunjukkan pukul 10 malam. Ini membuat Soonyoung bisa menebak jika temannya baru saja melewatkan sesuatu.

"Kau pergi sebelum Wonwoo datang, ya?"

Jihoon mendadak tidak jadi mengeluarkan uap gas melalui bibirnya saat mendengar nama yang dikenalnya itu. "Wonwoo mau datang?"

"Ne," balas Soonyoung singkat, lalu menutup pintu kamar mereka terlebih dahulu sebelum lanjut bicara. "Hari ini dia sengaja mengajukan diri untuk mengikuti misi menangkapmu karena ada alat yang katanya butuh koreksimu."

Untuk beberapa saat, Jihoon diam termenung untuk mengingat-ingat. Namun, tidak lama setelah mengetahuinya, Jihoon langsung dihantui rasa bersalah karena buru-buru memutuskan pulang lebih awal.

Percuma saja pulang cepat jika ujung-ujungnya aku tidak akan bisa tidur karena memikirkan alat pemecah radar yang dibuat adik Wonwoo, batinnya sudah merasa resah.

"Kapan Wonwoo mengatakannya?" tanya Jihoon sambil memijat pelipisnya.

"Mungkin tidak lama setelah kau pergi." Wajah Soonyoung juga terlihat serius. "Tadinya aku ingin mengejarmu, tapi rekan Mingyu tiba-tiba datang. Jadi, aku terpaksa kembali ke kamar saat melihatnya."

Kening Jihoon mendadak mengerut. "Kenapa waktunya bisa pas seperti itu?"

Namun, Soonyoung tidak berpikir yang macam-macam, sehingga dia membalas, "Salah satu pekerjaannya ya berkeliling mencegah anak murid berkeliaran di area sekolah saat malam datang. Tidak ada yang salah dengan itu. Belum lagi, dia juga pasti tau adik kesayangannya hobi keluar sekolah."

"Adik?" Awalnya Jihoon agak bingung. Namun, tak lama kemudian, ekspresinya berubah sangat terkejut. "Maksudnya Eunsu?! Mereka saudara?"

Terhibur oleh reaksi berlebihan Jihoon yang jarang terlihat, Soonyoung sengaja menunda penjelasannya dengan mengambil ponsel yang tiba-tiba menyala. Setelah itu, barulah dia menjawab Jihoon sembari menggeser-geser layar ponselnya. "Hanya kakak adik karena dekat. Bukan karena sedarah. Jun bilang, Satpam Seungcheol sering menangkap basah Eunsu yang mau pergi dan berangkat kerja. Tapi, karena tidak tega, dia sering melepaskan Eunsu. Alhasil, mereka pun jadi dekat. Begitulah yang kudengar dari Jun."

Soonyoung berhenti bicara saat dia ingin mengetikkan sesuatu. Namun, jemarinya tiba-tiba berhenti. Ibu jari Soonyoung pun beralih menghapus kalimat yang sudah diketiknya dan justru menunjukkan pesan tersebut pada Jihoon. "Wonwoo mengirimkanku pesan dan dia mencarimu."

Jihoon mengambil ponsel itu dan membacanya dalam hati.

Everyone Woo
◉ Aku melempar benda kecil itu ke atap.

"Benda kecil apa yang kalian bicarakan?" tanya Soonyoung saat melihat Jihoon berpikir.

"Benda yang bisa membantu Wonwoo dan Bohyun kabur." Jihoon menjawab singkat sambil mengenakan topinya kembali. "Aku akan balik mengambil barang itu."

Sebelum Jihoon pergi dari kamar mereka, Soonyoung bergerak lebih cepat menahan daun pintu itu dengan kaki panjangnya. "Jangan sekarang. Mereka tidak mungkin pergi begitu saja meski tidak melihatmu di minimarket. Bersantai atau tidurlah dulu. Aku akan membangunkanmu jika sudah memungkinkan. Tapi, kalaupun kau tidak bangun, aku yang akan pergi."

"Ani. Aku akan pergi sendiri," ucap Jihoon dengan penuh kepercayaan diri. Namun, tidak didukung oleh ketahanan otaknya untuk melawan rasa kantuk. Padahal dari tadi dia sudah melupakan kantuk itu, tetapi karena Soonyoung menyuruhnya menunggu, bibir Jihoon mendadak menguap lagi.

Hear MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang