School

852 112 4
                                    

Sherlock turun dari ruangan nya hendak keluar bertepatan dengan Irish yang baru saja keluar dari pintu mengenakan seragam sekolah nya.

"Morning," Sapa Irish.

Sherlock tersenyum kecil seraya meraih kenop pintu, "Jangan sampai terlambat."

Irish juga membalas nya dengan senyuman kecil saat Sherlock tak menyempatkan diri untuk berhenti dan berbicara lebih lanjut karena ia memilih untuk langsung pergi keluar. Apakah sesibuk itu seorang Detektif?

Irish yakin tidak sesibuk itu hanya saja dia lebih terkenal daripada detektif lain nya.

Irish menggelengkan kepala nya samar dan memilih untuk melangkahkan kaki nya keluar. Berjalan di atas trotoar dengan arah yang berlawanan dengan Sherlock.

Irish berusaha melupakan fakta bahwa dia sudah menikah. Bahwa dia istri seorang Sherlock Holmes. Bahwa dia juga seorang Holmes.

Menanamkan pada pikiran nya, dia hanya seorang gadis yang tinggal sendiri di kota untuk belajar.

Tidak ada Sherlock Holmes dalam hidup nya.

"Aku menitipkan nya pada mu."

Langkah kaki Irish terhenti tatkala mata nya seperti melihat seseorang yang ia kenal. Seorang wanita dengan rambut keriting. Irish menyebarkan pandangan nya bahkan berbalik untuk memastikan apakah dia benar-benar melihat nya.

Irish mengusap wajah nya sebentar, apalagi ketika ia mendengar kalimat yang berbisik pada nya.

Kalimat yang di katakan wanita itu malam sebelum pernikahan nya.

Eudoria, wanita paruh baya yang ia kenal sejak kecil kemudian menghilang lalu tiba-tiba muncul untuk meyakini diri nya agar menikah dengan putra nya.

Dengan mengatakan bahwa dengan cara ini, Ibu nya yang di surga akan bahagia melihat nya.

Irish menarik nafas panjang untuk mengatur detak jantung yang berdetak hebat di dada nya. Setelah yakin, ia kembali melangkahkan kaki nya menuju sekolah.

*.*.*.*.*.*.*.

Sudah setengah tahun mereka menikah. Sherlock dan Irish benar-benar menjalani hidup mereka masing-masing. Guru dan teman Irish lebih sering bertemu dengan nya ketimbang Sherlock.

Mereka jarang berpas-pasan apalagi ketika Sherlock mempunyai kasus yang membuat nya kadang tidak pulang. Sekali bertemu pun hanya menyapa dan menanyakan kabar lalu kembali melanjutkan langkah.

Mereka melakukan nya selama enam bulan penuh.

Sherlock mendapatkan penghargaan dan nama nya semakin terkenal, banyak wanita yang menggilai nya. Di undang ke acara Kerajaan juga sudah pernah. Tingkat kasus nya juga meningkat semakin sulit.

Begitupun Irish, dia menjadi murid yang berprestasi di sekolah. Dia punya banyak teman. Dan sering berkumpul bersama, dia menikmati hidup remaja nya.

Mungkin orang-orang akan mati karena tertawa jika ada yang bilang mereka adalah suami—istri yang sah.

Tapi untuk dua minggu ini, Sherlock sering pulang ke rumah dan setiap berpas-pasan dia hampir tak menyapa Irish. Gadis itu tak mempermasalahkan hal itu. Selain dia tak peduli, Irish juga menangkap raut frustasi nya.

Mungkin kasus kali ini jauh lebih sulit dari yang biasa nya. Itu menjadi salah satu alasan paling kuat Irish tidak menegur nya.

Lonceng berbunyi kala Sherlock masuk ke dalam dengan wajah ketat walau tetap terlihat tampan.

Irish langsung membuka pintu Apartemen dan menyapa nya, "Hi, Mister Holmes."

Sherlock yang sudah berada di anak tangga ke lima berhenti, "Oh hi, Irish. Lama tidak bertemu."

Irish diam sejenak dan mengerutkan hidung nya, terlihat berpikir. "Kita sering bertemu hanya saja kau tidak melihat ku."

"Ah, benarkah?" Sherlock menaikkan kedua alis nya. "Aku minta maaf, salah ku."

Irish tersenyum, "Apa kasus nya terlalu sulit?"

"Membuatku ingin tidur selama yang aku bisa." Balas Sherlock yang membuat Irish geli.

Irish terkekeh kecil, "Kau sudah makan malam? Aku membuat Sup Daging, kau mau mencoba nya?"

Sherlock diam untuk beberapa saat. "Sekolah mu mengajar tentang masak?"

Tentu saja Sherlock bingung. Dia gadis dari keluarga kaya yang sudah pasti tidak pernah memegang alat dapur.

"Tidak, aku sedang ingin belajar memasak." Irish membuka pintu nya lebih lebar, "Ayolah."

Sherlock masih berpikir kemudian akhirnya mengalah dan kembali menuruni tangga. Itu membuat Irish tersenyum lebar dan dengan senang hati membiarkan Sherlock masuk ke dalam Apartemen nya.

Ini pertama kali nya semenjak mereka menikah, Sherlock menginjakkan kaki nya di sini. Ia perhatikan sekitar, ruangan nya sangat rapi dan tertata. Berbanding terbalik dengan ruangan milik nya.

Irish menarik kursi dan meminta Sherlock untuk duduk. Kemudian ia mulai menghidangkan makanan nya.

"Beritahu aku jika ada yang kurang atau yang lain nya." Ujar Irish lalu berbalik untuk mengambilkan nya minum.

Sherlock diam memperhatikan makanan nya kemudian meraih sendok dan garpu untuk memulai makan, "So, what's his name?"

Irish meletakkan air putih di dekat nya. "What?" Heran nya.

Sherlock menatap nya, "Parfum mu sudah tercium sejak aku masuk ke sini. Bunga pemberian orang lain. Buku masak. Lemari yang terbuka. Tempat mu terlalu rapi untuk di biarkan semalaman.

Ku tebak, makanan kesukaan nya Sup Daging, dia akan kemari dan kau masih belum tahu harus memakai apa."

Sherlock menyuapkan satu sendok makanan nya ke dalam mulut dan menatap Irish dengan senyum menggoda.

Sedangkan Irish mengulum bibir nya dan terduduk di kursi depan Sherlock. Menahan rasa malu.

"Fine," Irish menghela nafas. "His name is Balian."

"Son of Teddy Heo?" Sambung Sherlock.

Irish menatap nya, "Bagaimana kau tahu?"

"My customer." Balas nya. "It's good, anyway."

"Seriously?" Mata Irish berbinar mendengar nya.

Sherlock mengangguk samar. "Cukup untuk membuat laki-laki itu berkesan."

"Dia kakak kelas ku di sekolah." Sambung Irish. "Oh, apa kau mengenal Sir Yull? Dia guru ku. Dia bilang kalian teman sekolah. Dia melihat ku masuk ke Apartemen tak lama setelah kau masuk dan bertanya-tanya apakah kita saling mengenal."

Sherlock menelan makanan nya, "Lalu apa jawaban mu."

"Sebatas tetangga Apartemen."

"Good." Lega Sherlock. "Apa dia masih maniak Jeruk?"

Irish terkekeh, "Tak pernah berkurang. Selain itu, dia juga suka bunga Mawar. Dia ingin memberikan nya ke seseorang hanya saja dia tidak tahu."

Sherlock terkekeh, "Dari dulu dia suka berbicara seperti itu. Lima belas tahun berlalu dan dia masih belum menemukan seseorang untuk di berikan bunga Mawar?"

Irish tertawa dan itu membuat Sherlock juga ikut tertawa kecil. Entah kemana wajah ketat frustasi akan kasus nya tadi.

*.*.*.*.*.*.*.*.*

Sherlock keluar dari Apartemen nya jam dua pagi. Malam sangat dingin hingga hembusan nafas saja menimbulkan asap. Sherlock memperhatikan jalanan yang sudah sangat sepi dan sunyi lalu tak sengaja melihat tanah tepat di bawah jendela Apartemen milik Irish.

Ia berjalan mendekat untuk memastikan. Ternyata itu bekas pijakan sepatu.

Sherlock tersenyum kecil. "Dasar anak muda."







Mr. DetectiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang