Demam Panggung

708 100 9
                                    

"Hhh."

Irish menghela nafas melihat potongan Steak di atas meja nya. Ini sudah ke tujuh kali nya dalam minggu ini. Setiap ia pulang dari sekolah dan setelah latihan drama nya, pasti ia menemukan Steak di atas meja nya.

Irish meletakkan tas nya lalu berjalan menuju meja dan duduk di kursi nya. Lebih baik ia memakan nya, karena selain Irish memang lapar. Masakan pria itu tak terlalu buruk.

Irish menoleh ke arah jam. Sudah pukul sebelas malam. Karena besok adalah hari penampilan Drama, ia latihan habis-habisan hingga baru pulang pada larut malam.

Irish memotong steak nya dan mengunyah nya. Tak sengaja Irish menoleh ke arah jendela beberapa meter dari tempat duduk nya dan melihat Sherlock berjalan lalu berhenti tiba-tiba sambil memegangi kening nya.

Apa kepala nya sakit? Seberapa berat kasus yang dia tangani?

Tak lama Sherlock kembali melanjutkan langkah. Dia juga baru pulang, seperti nya. Terdengar langkah kaki di tangga menuju lantai atas.

Kadang Irish berpikir. Apa ia keterlaluan?

Pria itu sedang di puncak setres nya atas kasus. Di picu atas diri nya yang melanggar peraturan dengan naik ke lantai atas dimana kertas kasus berserakan dan dia tak mau terlihat seperti itu. Pria itu memang tak pernah bersikap seperti suami tapi dia tak pernah telat membayar seluruh biaya nya bahkan untuk uang saku.

Dan surat pembebasan Balian Heo, pasti sangat sulit mendapatkan surat itu, apalagi tingkat kasus nya yang sangat sulit karena menyangkut reformasi.

Lalu memasakkan nya Steak setiap hari di tengah-tengah kesibukan nya.

Sherlock berusaha sekuat itu.

Haruskah Irish luluh dengan semua usaha pria itu? Tapi ucapan nya benar-benar menyakiti hati nya. Sherlock membicarakan rahasia kelam nya dengan sangat lantang.

Irish menggelengkan kepala nya samar lalu meneguk minum nya. Lebih baik ia segera tidur. Ia harus punya banyak energi untuk tampil besok.

*.*.*.*.

"Tarik nafas, Irish."

Miss Cicely, guru pengajar Drama nya menenangkan Irish yang seperti nya sedang demam panggung. Seketika ia hampir lupa semua dialog nya.

"Kau pasti bisa, sayang. Kau sudah berlatih selama ini." Miss Cicely meraih punggung Irish dan menghelus nya lembut.

"What if i ruin it, miss?" Tanya Irish di tengah kegugupan nya.

"Bagaimana mungkin bintang menghancurkan malam, hm? Itu memperindah nya." Miss Cicely berusaha menenangkan Irish dengan senyuman indah nya. "Kau adalah bintang Drama ini, Irish. Dan tanpa mu, Drama ini akan hampa seperti malam tanpa bintang itu."

Irish sedikit terbantu atas kalimat yang di lontarkan sang guru namun tetap saja itu tak mengurangi rasa kurang percaya diri nya.

Irish menarik nafas sebanyak yang bisa dan mengingat seluruh dialog yang sudah ia hapal dan ucapkan sehari-hari selama latihan.

Dia tak menyangka penonton nya akan sebanyak ini. Dan ia pikir, penonton nya hanya untuk warga sekolah.

Ternyata untuk umum.

Bayangkan satu kota datang kemari untuk melihat Drama anak kecil ini.

Apalagi sorotan utama nya adalah dia dan teman sekelas nya, Dean Yansel.

Mungkin Dean akan kesenangan dengan atensi publik pada nya karena pada awal nya dia seorang anak dari Aktris Drama terkenal di kota ini. Tapi untuk Irish, gadis yang berasal dari kampung dan baru tinggal hampir tujuh bulan?

Mr. DetectiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang