I dunno

601 102 24
                                    

Irish membuka pintu Apartemen nya dan masuk ke dalam. Tak lama, ia merasakan pria itu mengikuti nya.

Sherlock melihat koper terbuka dengan penuh baju yang tak di susun rapi atas kasur. "Kau tak jadi pergi?"

"Kau berharap aku pergi?" Irish menatap Sherlock saat berdiri di meja makan nya sambil menuangkan air.

Sherlock menelan ludah nya kasar lalu menunduk memainkan jari nya, "Kau tahu jawaban ku tidak."

Irish menarik kursi nya dan duduk kemudian meneguk teh nya dengan santai. Maksudnya, berusaha terlihat santai.

Sempat ada kecanggungan beberapa saat di antara mereka berdua. Tenggelam di pikiran nya masing-masing.

"Soal tadi malam," Irish bersuara pelan. "Aku tidak tahu siapa yang mabuk. Jadi," Mereka dua saling tatap. "Anggap itu tak pernah terjadi."

Sherlock menatap gadis itu lebih intens lagi membuat Irish seketika canggung dan meneguk teh nya untuk mengalihkan nya.

"Kau tidak akan marah soal aku memukul pacar mu?" Sherlock menaikkan satu alis nya tersenyum menggoda.

Irish membuang tatapan wajah nya. "Sudah ku bilang, anggap itu tak pernah terjadi."

Sherlock kembali diam sejenak kemudian tersenyum kecil. Ia menundukkan kepala nya lagi. "Karena Balian berbohong soal wajah lebam nya. Kau juga akan bertindak sama jika ada yang menanyakan perban di tangan mu?"

Irish spontan menatap pria itu. "Sherlock."

Pemilik nama tersenyum. "Kau tetap akan kembali pada nya?" Irish menelan ludah nya kasar. "Setelah melihat seberapa kacau aku tadi malam?"

"Kau sendiri yang—"

"—memperbolehkan mu pacaran?" Potong Sherlock cepat. Ia perlahan menatap gadis itu. "Bagaimana jika kita membuat ulang peraturan nya?"

"Hey." Irish mulai khawatir.

"Selama kau menjadi istri ku,"

"Sherlock."

"Kau tidak pernah di izinkan untuk menjalin hubungan asmara dengan pria lain—"

"HOLMES!"

Sherlock tidak tampak terkejut melihat gadis itu berdiri dari duduk nya dan meninggikan suara nya. Namun terlihat jelas dari tatapan nya bahwa ia tidak senang dengan tindakan gadis itu.

"Kau tidak bisa memonopoli hidup ku seenaknya!"

"Aku tidak memonopoli mu. Dari awal kau memang milik ku." Tekan nya.

"Aku sudah cukup terikat dengan pernikahan ini." Irish mengepalkan tangan nya kuat. "Jangan menambah kekesalan ku pada mu."

Sherlock tersenyum kecil kemudian menarik nafas panjang dan memalingkan wajah nya sejenak. "Harusnya dari awal aku tahu, perasaan yang timbul akan sangat merepotkan."

Sherlock menoleh ke arah jendela dan mengerutkan kening nya sejenak lalu menghela napas. "Enola... Gadis itu benar-benar."

Sherlock berbalik dan memakai topi fedora nya namun sebelum menutup pintu. Ia setengah berbalik dan menatap Irish yang masih berdiri dan menatap nya penuh kekesalan.

"Kita akan membahas nya lagi nanti."

Setelah mengatakan nya, Sherlock menutup pintu lalu pergi.

*.

"Dia sedang kacau, berikan saja dia waktu."

Sherlock menatap adiknya yang sedang menjilati es krim sambil berjalan di atas trotar setelah ia menyelematkan nya dari seorang pencuri.

"Jika aku ada di posisi dia. Orang yang ku cinta di pukuli oleh suami ku." Enola menatap nya. "Aku akan memukul mu."

Sherlock menaikkan satu alisnya. "Dia lebih mencintai pria itu daripada suami nya sendiri?"

Enola melirik kakak nya dengan malas. "Dengan membentak nya, mengatakan hal yang tidak-tidak, melarang nya masuk ke Apartemen mu dan membiarkan dia melihat kau bermalam dengan seorang wanita kau berharap dia akan menyukai mu?"

"Jujur, kepintaran mu menurun semenjak menikah."

Ingin sekali rasa nya Sherlock memukul kepala adik nya ini kuat-kuat.

"Kau melakukan hal yang berlawanan dengan Ayah nya. Kau tahu kan, cinta pertama anak perempuan itu Ayah nya?" Enola melirik. "Maka dia akan mencari pria yang mirip dengan Ayah nya. Mungkin Balian mirip dengan Sir Reynand."

Sherlock diam, kaki nya terus melangkah dan pikiran nya terus memikirkan omongan Enola.

"Do you think Balian likes her father?" Pasti Sherlock.

Enola menaikkan kedua bahu nya. "I dunno. Maybe."

"Katakan saja yang sebenernya."

"Huh?"

"Katakan kau menyukai nya. Katakan bahwa saat membuat peraturan, kau tidak menyangka perasaan mu akan datang secepat ini." Enola menoleh, "Jangan lupa puji dia. Setidakpeduli apapun Irish, dia tetap akan memikirkan omongan mu."

Sherlock diam sejenak, "Bagaimana bisa aku mendapat saran dari bocah ingusan seperti mu? Kau bahkan masih ragu tentang perasaan mu dengan si bangsawan itu."

"Kau tidak perlu jatuh cinta untuk memberi saran soal cinta. Jika harus begitu," Enola menelan eskrim nya. "Kau harus membunuh untuk tahu cara mengungkapkan pembunuhan."

Sherlock mengulum bibirnya sebentar, "Dia tampak sangat marah tadi. Aku ragu—"

"She just sad, brother." Enola kembali melirik. "Just give her your shoulder to put her legs."

Setelah mengatakan hal itu Enola langsung masuk ke dalam salah satu gedung dan tersenyum mengejek karena Sherlock belum sempat memukul kepala nya yang terkejut dengan ucapan nya.

*.

Sherlock berjalan di atas trotoar sendirian dengan mulut komat-kamit seperti sedang merapal mantra saat ia menuju kembali ke Apartemen nya.

"Aku menyukai mu, Irish. Tidak tahu sejak kapan. Aku hanya menyukai apapun tentang mu hingga berakhir...., berakhir...," Sherlock mengambil secarik kertas dari balik Tuxedo nya. "Berakhir apa tadi?"

"Ah, berakhir aku mulai benci siapapun yang ada di dekat mu. Aku—"

Sherlock masih berusaha menghapal saat dia melihat Irish berdiri di depan pintu dengan seorang pria yang wajah nya di lapisi beberapa perban.

Sherlock dapat lihat, perbedaan tatapan gadis itu bersama nya.

Jauh lebih tulus dan,

Lembut.

Sherlock menelan ludahnya kasar saat melihat mereka saling berpelukan.

Irish tampak senang bisa berada di dekatnya.

Sherlock membuang tatapan nya kemudian meremas secarik kertas tadi dengan sangat kuat.



Mr. DetectiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang