13. Khawatir

1K 77 6
                                    

Berita penusukan yang terjadi pada Nero menjadi berita hangat di kalangan mahasiswa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berita penusukan yang terjadi pada Nero menjadi berita hangat di kalangan mahasiswa. Tak sedikit yang terkejut tentang tindakan nekat Shivana. Bahkan teman-teman wanita Tenggara atau pun Jehva yang saat itu menyindir, kini mereka semua bungkam dan berusaha menghindar.

Jehva sadar, bahwa sejak tadi teman-teman wanitanya seperti bertindak malu dan menjauhi dirinya. Diam-diam, Jehva hanya tertawa kecil. Tidak menanggapi apa yang mereka lakukan, karena itu tidak penting untuknya.

Begitu juga Tenggara, yang sejak awal tidak pernah mempermasalahkan itu semua. Segalanya Tenggara abaikan. Karena fokus Tenggara adalah, menyelesaikan skripsi dan lulus secepatnya.

Nero sendiri sudah pulang dari rumah sakit, namun harus beristirahat beberapa hari lagi di rumah. Lukanya belum terlalu kering dan masih sedikit nyeri, sehingga Tenggara membuat keputusan seperti ini.

Saat ini, Tenggara tengah berbaring di kasur milik Elang. Setelah mereka berdua melakukan bimbingan dengan salah satu dosen, Tenggara menumpang dulu di kostan Elang, sebelum kembali ke rumah.

"Muka lo pucet. Lo sakit?" tanya Elang yang baru saja kembali dari supermarket. Di tangannya ada satu kantung kresek berisi makanan ringan dan juga minuman kaleng.

Tenggara menggelengkan kepala, lalu menerima minuman yang Elang berikan. "Pusing dikit. Efek kurang tidur aja mungkin." katanya.

"Lah iya. Kalau di hitung-hitung, hampir tiga minggu ini kita jarang tidur. Gempur terus ngerjain skripsi."

"Ya makanya, 'kan. Wajar gue pucet gini. Udah lah, jangan lebay lo!"

"Bukan lebay, bro, tapi gue khawatir." Setelah meneguk minumannya sampai tandas, Elang ikut berbaring di samping Tenggara. Tatapannya mengarah pada langit-langit kamar. "Nggak nyangka, bentar lagi lulus, terus ngerasain jadi pekerja. Nyari duit sendiri, dan berjuang sendiri. Gue belum siap, deh, kayaknya."

"Siap nggak siap, masa itu pasti bakalan terjadi, sih. Kita nggak bisa selamanya bergantung sama keluarga. Apalagi kita laki-laki, udah dewasa, udah harusnya punya penghasilan sendiri."

Elang melirik Tenggara. "Salut gue sama lo. Lo bahkan udah ngerasain itu dari kecil. Di saat lo udah mulai belajar tentang mengelola perusahaan, gue masih asik main sampe lupa pulang. Kadang, gue masih lupa buat bersyukur."

Tenggara menyunggingkan senyum tipis. "Semua orang punya porsi kehidupan mereka masing-masing. Nasib lo nggak bisa dibandingkan sama gue, begitu juga sebaliknya. Apa yang udah terjadi, ya cuma bisa kita syukuri, udah itu aja."

Hembusan napas panjang Elang menjawab ucapan Tenggara. Lalu, hening melingkupi keduanya selama beberapa detik. Sebenarnya Tenggara merasa lelah, namun kedua matanya enggan terpejam. Kepala dan batinnya terus berdebat tentang sesuatu. Sejak melihat Nero yang terbaring di rumah sakit malam itu, Tenggara seperti memiliki ketakutan tersendiri.

|✔| TenggaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang