•••
•••
Dari banyaknya laki-laki yang mengagumi dan menyukai Shivana, Jehva adalah salah satunya. Sejak tahu bahwa Shivana adalah saudari tiri Nero, Jehva sudah benar-benar berani menaruh hati pada wanita cantik itu. Shivana itu lemah lembut, ramah, dan juga tak pernah pemilih dalam berteman.
Sejak mereka SMA, nama Shivana sudah terkenal di berbagai kalangan kakak kelas atau pun adik kelas. Banyak sekali yang menaruh rasa padanya. Salah satunya, Jehva.
Cinta memang membutakan segalanya. Itu benar. Jehva akui, pesona Shivana justru bisa membuat kehancuran dalam hubungan orang lain. Baik hubungan pertemanan, atau pun hubungan asmara. Banyak sekali, teman-teman laki-lakinya yang berakhir ribut hanya untuk mendapatkan Shivana. Dan tak sedikit juga sepasang kekasih yang harus putus karena Shivana.
Tak munafik, jika pesona Shivana memang semenarik itu. Jehva pun turut mengakuinya. Jehva, salah satu orang yang hampir berbuat gila hanya untuk membela Shivana. Beberapa tahun lalu, sebelum Jehva tahu yang sebenarnya tentang sikap Tenggara ke Shivana, Jehva membela Shivana mati-matian. Bahkan juga, Jehva pernah ikut mempermalukan Tenggara di depan banyak orang.
Hubungan Jehva dan Tenggara sama buruknya seperti hubungan Tenggara dan Nero. Karena ucapan Shivana, mereka berdua dibutakan akan fakta. Sampai pada akhirnya, semua terbongkar, kebusukan Shivana di ketahui Jehva.
Sejak saat itu, rasa kagum dan sukanya hilang bak di telan bumi. Jika saat itu Jehva akan memuji Shivana sampai ke langit, maka sekarang tidak. Justru Jehva muak kala melihat wajah cantik itu.
Entah angin apa yang membawa Shivana datang ke parkiran gedung fakultas Jehva. Beberapa menit lalu, Nero sudah di jemput oleh Tenggara menggunakan mobil. Jehva yang memang membawa kendaraan sendiri, tidak bisa ikut dengan keduanya. Lagian, setelah ini, Jehva harus pergi ke tempat kerja.
Shivana mendekati Jehva yang masih berdiri di samping motornya. Tatapan mereka bertemu satu sama lain. Tidak seperti dulu, tatapan memuja Jehva berubah menjadi kebencian. Shivana menyadari itu. Namun berpura-pura tidak melihat apa pun.
"Emm, Jehva, aku boleh minta tolong?"
Meminta tolong? Jehva tersenyum sinis diam-diam. Dengan cepat, Jehva merubah raut wajahnya menjadi biasa saja. "Minta tolong apaan? Buruan. Gue nggak punya banyak waktu."
Mendapat respon baik, kedua mata Shivana lantas berbinar cerah. Lalu, dengan semangat, wanita itu berkata. "Bisa minta tolong anterin aku ke rumah sakit? Aku mau jenguk Tante aku. Tapi ... aku nggak berani sendirian."
"Lo 'kan anak orang kaya. Kenapa nggak minta jemput aja sama supir lo? Lagian, nih, ya, jaman sekarang udah serba enak. Ada aplikasi yang namanya GO-JEK. Lo bisa pakai itu."
Shivana menggeleng pelan. "Aku nggak tahu caranya. Dan juga, supir keluarga aku lagi sibuk semua. Mereka nggak bisa jemput aku."
Jika boleh jujur, sebenarnya Jehva muak berlama-lama di sini. Apalagi harus meladeni wanita seperti Shivana yang manja nya luar biasa. Apa wanita itu tidak malu, dengan jauh-jauh datang ke sini hanya untung memintanya mengantarkan ke rumah sakit? Sedangkan Shivana pasti memiliki teman satu kelas laki-laki di fakultas nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| Tenggara
Fiksi RemajaTenggara, tak akan pernah tenggelam sebelum mereka menemukan bahagia. @aksara_salara #071123