Hanya dalam semalam, berita penangkapan pembisnis sukses bersama Arbi Suryano Abisetya dan istrinya Regina Firma Destya, menggemparkan sebagian jagat dunia maya. Karena nama Arbi yang sudah cukup terkenal dikalangan pembisnis, membuat namanya langsung melejit memenuhi trending topic di berbagai platform media sosial.
Bahkan beberapa stasiun televisi juga menayangkan berita tentang penangkapan Arbi berserta sang istri. Alasan penangkapan keduanya memang belum resmi di beritahukan, jadi, berita masih simpang siur. Banyak sekali spekulasi tentang sepasang suami-istri tersebut.
Rumah besar Arbi sudah di kerumuni wartawan sejak semalam. Pagi tadi, polisi baru menjemput Arbi serta Regina untuk menjalani pemeriksaan. Tenggara dan Nero, yang mengenakan tudung jaket untuk menutupi wajah mereka berada dalam kumpulan para wartawan.
Dari jarak yang tidak cukup jauh ini, Nero bisa melihat raut kosong di wajah Bunda. Bagaimana saat wanita itu hanya pasrah di giring oleh polisi. Bahkan, Bunda tak melontarkan pembelaan sama sekali. Lalu Nero beralih menatap sosok ayah tirinya tersebut. Wajah Arbi masih biasa saja, tidak ada raut penyesalan di sana.
Diam-diam, Nero mengepalkan tangannya. Laki-laki itu adalah orang yang telah menghancurkan segalanya. Yang datang pada Bunda, dan membuat Bunda bertindak gegabah sampai menyetujui rencana jahat laki-laki tersebut.
"Ayo pulang." Suara Tenggara memecah pikiran Nero yang berkelana. Tanpa membantah, Nero menurut saat Tenggara menariknya ke dalam mobil.
Masih dalam keadaan hening, Tenggara menoleh pada Nero. Memperhatikan wajah adiknya yang gusar dan gelisah. Tenggara paham, karena dia pun merasakan hal yang sama. Bagaimana mungkin mereka biasa saja setelah melakukan hal seperti ini?
Walau pun seluruh dunia akan membela mereka, tetap saja, sebagai anak, ada rasa tak tega akan nasib Bunda setelah ini. Dan ketakutan Nero adalah, bagaimana nanti Bunda meneruskan hidupnya di balik jeruji?
"Mampir beli makanan dulu, ya? Anak-anak pasti kelaperan nunggu kita." Yang bisa Tenggara lakukan hanya lah memecah hening dan membuat Nero tak lagi fokus pada masalah ini.
Nero mengangguk sebagai jawaban. Membiarkan Tenggara melajukan mobilnya ke arah restoran. Setelah malam itu, Marlon, Ezra dan Lian semakin dekat dengan Tenggara dan yang lainnya. Dan pagi tadi, setelah Ezra keluar dari rumah sakit, mereka semua langsung menuju rumah Tenggara untuk sekadar melepas penat.
Setelah selesai dengan pesanan, Tenggara segera kembali ke mobil. Takut jika Nero akan menunggu lama. Begitu masuk, sosok yang dia khawatirkan rupanya sudah terlelap. Semalam, Nero memang tidak tidur sama sekali. Katanya gelisah dan matanya enggan terpejam. Yang menemani Nero semalam adalah River.
"Bangun dulu, udah sampe. Nanti lanjut tidur lagi." Sepelan mungkin, Tenggara menggoyangkan bahu Nero. "Bisa jalan?"
Nero meringis, merasakan kaki nya yang entah tiba-tiba terasa sakit lagi. Sebenarnya sudah dari semalam. Namun pagi ini lebih terasa sakitnya. "Bisa. Tapi pelan-pelan."
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| Tenggara
Novela JuvenilTenggara, tak akan pernah tenggelam sebelum mereka menemukan bahagia. @aksara_salara #071123