Tepatnya, sekitar tiga tahun yang lalu, Tenggara bertemu dengan sepasang suami-istri yang selama ini dia cari keberadaannya. Bukan orang tua kandungnya. Sepasang suami-istri itu adalah orang tua kandung Jehva.
Diam-diam, selama tiga tahun terakhir ini, Tenggara selalu mencari tahu keberadaan orang tua Jehva. Walau pada saat itu, hubungannya dan Jehva bisa dianggap tidak baik-baik saja. Bahkan, Jehva juga tidak pernah bercerita tentang keluarganya pada Tenggara.
Hanya saja, ini mungkin kejadian yang sudah Jehva lupakan. Tepatnya, sekitar delapan tahun lalu, kala Bunda bertengkar hebat dengan Ayah, dan ketika Bunda memutuskan untuk pergi dari rumah, diam-diam, Tenggara mengikuti kemana Bunda pergi.
Namun, saat itu, usianya masih terlalu kecil untuk menjadi seorang mata-mata. Bunda menemukan Tenggara, dan memarahi Tenggara. Tak memiliki pilihan lain, Tenggara memutuskan pulang dengan berjalan kaki. Padahal, Tenggara sendiri juga tidak tahu dia berada di mana.
Malam semakin larut, pun dengan jalanan yang sudah sepi. Dengan berbekal keyakinan, Tenggara terus melangkah menelusuri jalanan. Padahal, jalanan ini agak asing baginya. Namun mau bagaimana lagi? Dia harus pulang bagaimana pun caranya, karena Nero sudah menunggunya di rumah.
Semakin Tenggara berjalan, semakin sepi rasanya. Tak ada satu pun kendaraan berlalu-lalang, membuat Tenggara reflek memeluk tubuhnya yang kedinginan. Sampai dari kejauhan, Tenggara seperti melihat siluet beberapa laki-laki yang berjalan mendekat ke arahnya. Senyum Tenggara terulas lebar, lega luar biasa saat menemukan orang dewasa yang kemungkinan bisa menolongnya.
"Pak, saya boleh minta tolong?" Langkah Tenggara dan beberapa laki-laki itu cukup jauh. Dan, Tenggara menyesal karena telah membuat suara, sehingga beberapa laki-laki mabuk itu menoleh padanya. Ketakutan, Tenggara mundur dan bersiap lari. Namun, baru beberapa langkah, salah satu dari mereka berhasil menangkapnya.
Adegan itu terlalu klise bila diceritakan. Pada intinya, disaat Tenggara sudah pasrah dengan nasibnya, seorang anak yang lebih kecil darinya datang. Anak itu membawa balok kayu, lalu dengan berani melayangkan serangan. Bahkan anak itu membawa Tenggara untuk ikut pulang bersamanya.
Malam itu, Tenggara tak akan pernah melupakan kebaikan dari seorang anak yang menolongnya dengan berani. Anak kecil itu mendapat luka di pelipis akibat serangan dari beberapa laki-laki mabuk itu, tapi seolah tak peduli, anak itu justru tersenyum santai.
Namanya, Jehvario Wiyataraka. Nero mengenalkan seseorang yang bernama Jehva padanya beberapa tahun lalu, saat hubungan Tenggara dan Nero masih baik-baik saja. Karena pada saat itu, Ayah masih hidup dan fitnah Bunda belum memecah hubungan antara Tenggara dan Nero.
Tenggara meminta bantuan dari Om Samuel, untuk mencari tahu tentang keberadaan sepasang suami-istri yang merupakan orang tua kandung Jehva. Awalnya tidak mudah. Karena identitas keduanya sengaja disembunyikan. Karena Om Samuel memiliki kenalan orang penting, sehingga memudahkan pencaharian mereka. Saat itu, Tenggara mendapat informasi, bahwa kedua orang tua Jehva berada di Australia, tengah bertemu dengan seorang pembisnis.
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| Tenggara
Roman pour AdolescentsTenggara, tak akan pernah tenggelam sebelum mereka menemukan bahagia. @aksara_salara #071123