"Tuhan itu adil. Gue memang nggak diijinin buat ngerasain kasih sayang keluarga kandung gue. Tapi, Tuhan ngirim lo buat gue. Itu udah lebih dari cukup buat buktiin, kalau rencana Tuhan seindah itu."
Seminggu telah berlalu, sejak dimana Jehva merasa hubungan antara dirinya, Nero dan River harus diperbaiki. Semuanya berjalan seperti semula. Kesehatan Nero juga sudah membaik, walau luka bekas jahitan penusukan itu terkadang membuat Nero harus lebih berhati-hati.
Wisuda Tenggara dan Elang minggu depan. Jehva, River dan Nero sudah merencanakan banyak hal. Salah satunya adalah, mereka ingin pergi ke pantai dan melepas penat di sana. Ide itu tercetus dari River, yang langsung disetujui Nero, Jehva, Lian, Marlon dan Ezra.
Kesibukan mereka masing-masing memang jarang membuat mereka bertemu, atau berkumpul. Namun, jika ada waktu luang, mereka pasti akan menyempatkan diri untuk bertemu satu sama lain.
Saat ini, Jehva dan Nero menghabiskan waktu di kantin, sebelum Tenggara menjemput Nero. Dua porsi nasi goreng dan es teh manis menjadi teman Jehva dan Nero. Suasana kantin yang tidak terlalu ramai, membuat keduanya merasa nyaman. Baik Nero atau pun Jehva, sebenarnya tidak terlalu menyukai keramaian.
"Gue juga makasih berkali-kali ke Tuhan atas semuanya. Setidaknya, gue masih di ijinin untuk tahu kebenarannya." balas Nero. Menatap Jehva di depannya, Nero kembali bersuara. "Lo beneran nggak mau ketemu keluarga kandung lo?"
Dua bulan lalu, ada sepasang suami-istri yang mendatangi Jehva di tempat kerja. Keduanya mengaku sebagai orang tua kandung Jehva, dengan membawa beberapa bukti. seperti surat yang tertulis di panti asuhan, atau sebuah foto dimana Jehva baru saja lahir.
Awalnya, Jehva tidak peduli dan selalu menghindari keduanya. Jika salah seorang diantara mereka menemuinya di tempat kerja, Jehva akan menghindar sekuat mungkin. Bersembunyi di mana saja, asal tidak bertemu keduanya.
Lalu sebulan belakangan, kedua orang itu tidak mencari Jehva lagi. Jehva lega, pada awalnya. Sampai malam dimana Nero dan Tenggara baru saja bertengkar, ada seseorang yang mengirim Jehva pesan. Mau tak mau, malam itu, Jehva pergi menemui orang tersebut.
Dan, yang tahu cerita ini hanya Nero. Itu pun karena Nero tak sengaja memergoki Jehva, bersama sepasang suami-istri yang tengah mengobrol di kafe waktu itu. Nero juga pernah ditemui secara pribadi oleh keduanya, untuk kemudian diceritakan banyak hal.
"Kalau gue marah sama mereka, apa lo pikir gue egois?" tanya Jehva, ragu.
"Lo punya hak atas itu. Tapi, lo juga harus denger cerita mereka dulu. Apa pun alasan mereka nanti, yang terpenting nggak ada salah paham lagi diantara lo dan mereka. Kita coba dulu, gimana? Kalau lo nggak mau ketemu sendirian, gue bisa temenin lo."
"Sekarang?"
"Terserah lo. Kapan aja, gue bisa kok. Tapi, lebih cepat lebih baik. Biar gue hubungin Bang Gara dulu, supaya nggak usah jemput gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| Tenggara
Teen FictionTenggara, tak akan pernah tenggelam sebelum mereka menemukan bahagia. @aksara_salara #071123