4🕊️ REVISI

5.6K 301 0
                                    

"Allah tahu mana yang terbaik untuk umatnya"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Allah tahu mana yang terbaik untuk umatnya"

"Allah-ku memilihmu, lantas apa alasanku untuk menolakmu?"




Aleeya terus menunjukkan wajah tidak bersahabatnya sejak ia tiba di rumah bersama ayahnya, hal itu membuat bundanya mengernyit bingung melihat sikap Aleeya yang tidak lebih kusut dibandingkan tadi saat anak itu dibawa pergi.

"Kamu nih Lee. Kalau mau makan malam muka yang dibawa ke meja makan harus muka senang, adem. Pamali tau anak gadis mau makan pakai muka kusut begitu." tegur bunda Tiara, bunda dari Aleeya.

"Ck, apaan sih bunda gaje banget" Ucap Aleeya sedang tidak mood, ia pun tidak mengindahkan perkataan bundanya.

Sedangkan ayah Hasan yang sudah duduk tenang di kursi khusus kepala keluarga hanya menggelengkan kepala sedari tadi. Ia sudah tahu alasan putrinya merajuk sejak di mobil tadi. Mendengar penjelasan dan penolakan Aleeya tak membuat ayah Hasan mengubah rencananya untuk memondokkan Aleeya mulai besok. Keputusannya sudah bulat tidak ada yang bisa mengganggu gugatnya lagi.

Melihat ayahnya yang tetap tenang sembari di tuangkan nasi ke piringnya oleh bunda tiara membuat Aleeya semakin kesal. Rupanya merajuk yang ia ciptakan sedari tadi tidak membuahkan hasil apa-apa, apa ia harus sakit? Kabur? Atau sekalian bunuh diri saja? Ahh makin ngawur. Sepertinya tidak lucu jika besoknya akan ada berita jikalau seorang gadis diduga terpaksa harus mengakhiri hidupnya karena menolak di asramakan di pondok pesantren. Bukannya iba, melainkan orang-orang akan menghujat kematiannya. Selain itu, pun mati bukanlah solusi yang terbaik.

Ah, sudahlah. Nasi dan lauk tak ia sadari sudah tersusun rapi di atas piringnya. Malam ini, setelah bundanya mengetahui bahwa mulai besok dia akan tinggal asrama, bunda Tiara langsung bergegas ke dapur dan memasakkan semua makanan favorit putri tunggalnya tersebut yang kebetulan bahannya sudah lengkap dan tersimpan di dapur mereka. Tapi, malam ini juga makanan itu terasa hambar di penglihatan Aleeya, biasanya ia akan berbinar melihat menu makanan favoritnya berada di meja makan. Namun kali ini berbeda, melihat itu semua rasanya ia ingin menangis meraung-raung.

Apakah ia sebandel itu sampai harus dipondokkan? Tapi kenapa baru sekarang ia dipaksa. Setiap naik tingkatan ayahnya selalu menyuruhnya untuk mendaftar di pesantren tapi dulu saat ia menolak ayahnya tidak memaksa, ia rasa semenjak pertemuan ayahnya dan temannya itu ia menjadi korban rencana yang disusun oleh kedua pria dewasa itu.

Baiklah. Jika itu kemauan ayahnya, Aleeya akan turuti, tapi jangan salahkan ia jika nanti ia mendapati panggilan bk karena memasukkan anak nakal sepertinya ke tempat yang sama sekali ia rasa tidak cocok untuknya. "Tahan Aleeya paling di sana cuman seminggu, paling cepat 3 hari lah yaaa tahan, 3 hari kemudian kita bisa berjumpa lagiii!" Ucapnya dalam hati kepada makanan yang tersusun rapi di hadapannya.

🕊️🕊️🕊️


Sedangkan di tempat lain tepatnya di dalam pesantren ayah dan anak sedang membicarakan hal serius.

"Alzam." Panggil abi Umar dengan suara tenang.

Alzam hanya menatap abinya menunggu apa yang akan di kata kan pria itu, tanpa mengucapkan apa-apa.

"Kamu lihat gadis yang tadi datang bersama ayahnya?" Tanya abi umar sambil menatap lembut sang putra.

"Yang santriwati baru itu bi?" tanya Alzam memastikan. Pasti itu, hanya itu yang Alzam lihat, gadis bersama ayahnya kan?

"Iya itu" Jawab abi Umar membenarkan jawaban Alzam.

"Apakah dia cantik?" Tanya abi Umar pelan-pelan kepada anaknya sebelum berbicara langsung ke Intinya.

"Aku tidak melihat wajahnya bi." Jawab Alzam seadanya dan sebenarnya, memang benar dia tidak melihat wajah gadis itu, sempat mereka bertemu tatap namun, Alzam hanya melihat matanya itu pun hanya sekian detik.

Abi Umar hanya menghela napas pelan, benar saja ia Tidak seharusnya menanyakan hal yang merujuk dosa kepada putranya. Baiklah ia akan menanyakan hal lain.

"Menurut mu apa dia cocok untuk mu?" Tanya abi umar kemudian memalingkan wajahnya untuk mengambil segelas kopi di hadapannya utnuk ia minum. tenggorokannya terasa kering membahas hal serius dengan Alzam. Sedangkan reaksi Alzam yang ditanya tiba-tiba seperti itu langsung terdiam mencerna ucapan abinya, cocok apa maksud abinya ini?, Apa ini maksud yang dikatakan Abinya tadi bahwa gadis itulah yang akan di perkenalkan padanya?

"Maksudnya abi? Alzam tidak mengerti." Ucap Alzam menyuruh abinya lebih memperjelas pertanyaannya.

"Menurutmu apa dia cocok mendampingimu, menjadi istrimu?" Tanya abi Umar yang merasa mungkin memang seharusnya ia langsung ke Intinya saja, dan benar melihat reaksi Alzam membuatnya terkekeh ringan, ia seperti akan menjodohkan anak SMA saja, wajah Alzam sangat menunjukkan keterkejutannya, padahal itu pertanyaan yang sudah seharusnya dia jawab di usianya yang sudah cukup untuk membimbing keluarga dan memperdalam ibadahnya kepada Allah.

Setelah lama terdiam akhirnya Alzam menarik napas berat lalu menjawab. "Kalau menurut abi dia baik berarti Alzam tidak harus menolaknya bukan." Ucap Alzam dengan nada ikhlas lapang dada. Alzam bukanlah orang yang menentukan keputusan butuh waktu berhari-hari, cukup menenangkan dirinya beberapa menit lalu mengikhlaskan semuanya Alzam sudah menemukan jawaban yang tepat untuk hidupnya, Apalagi ini pilihan Abinya, Alzam yakin bahwa apapun yang keputusan Abi atau Uminya Insya Allah ridho, berkah.

"Apakah kamu tidak memiliki perempuan yang kau pilih sendiri?" Tanya abi umar, karena jangan sampai Alzam menyakiti hati istri pilihan darinya kelak dengan alasan tidak bisa melupakan gadis pujaannya.

"Aku tidak memiliki wanita yang pasti untuk saat ini bi." Jawab Alzam yang memang benar, tidak ada wanita yang dekat padanya sejauh ini. Ia hanya fokus pada pekerjaannya.

Abi umar pun mengangguk, sepertinya masalah Alzam sudah selesai, nanti ia akan menyampaikan kabar bahagia ini kepada Hasan temannya.

"Yasudah, malam ini kamu menginap di ndalem, umi sudah memasak makan malam bersama untukmu." ucap abi Umar.

"Dan juga abi mohon, untuk kamu mengabdi sebentar di pesantren saat Aleeya anak teman abi mulai mondok di sini, agar dia bisa mengenalmu." Lanjut abi Umar yang hanya di angguki oleh putra tunggalnya itu.

Sedangkan di tempat lain ada Aleeya yang mengemas barang-barang yang akan ia bawa ke pesantren dengan malas, berbeda dengan bundanya yang membantu Aleeya dengan riang, Aleeya jadi berpikir apakah bundanya senang karena tidak ada si biang onar lagi di hari selanjutnya?


"Bunda kok seneng banget sih aku mau mondok?" Tanya Aleeya kepada bunda Tiara, ia sudah tidak tahan melihat ayah dan bundanya sangat antusias untuk mengirimnya ke pondok pesantren.

"Eh? Apa terlihat jelas?" Tanya bunda Tiara pura-pura membenarkan ucapan putrinya, Aleeya langsung terdiam lalu berteriak menangis, benar dugaannya, ayah dan bundanya senang jika ia pergi dari rumah.

Saat pedih memikirkan hidupnya, tiba-tiba ia merasakan pelukan hangat nan lembut dari bundanya.

"Hey. sini, dengar bunda. Bunda mana yang senang jika akan ditinggalkan anaknya hm?" tanya bunda Tiara sambil masih memeluk Aleeya , Aleeya hanya menggeleng tidak tahu harus berkata apa lagi, ia lelah dengan ini semua. Ia benar-benar tidak ingin masuk pesantren.

"Bunda hanya gembira karena tempat yang kamu akan tinggali adalah surga bagi dunia, di sana tempat yang menjanjikan surga jika kamu berhati-hati melewati dan memenuhi segala persyaratannya. Di sana juga kamu bisa mengetahui segala dunia dan akhirat serta seisinya, tempat yang paling mulia.

Mendengar itu aleeya mengeratkan pelukannya. ia paham dan mengerti maksud yang disampaikan bundanya, maka dari itu ia menolak, ia merasa sudah terlambat untuk mengenal surga, ia hanya akan seperti yang lainnya yang tetap mengenal dunia tanpa memikirkan surga ataupun neraka.

"Tapi aku udah telat bun, Leeya udah terlambat untuk mengenal surga" Ucapnya terus terang, tanpa ia sangka langsung mendapat kecupan dari ayahnya yang tiba-tiba datang ikut memeluknya dan bundanya.

"Tidak ada kata terlambat sayang untuk makhluk yang mau bertobat dan mengubah kepribadiannya menjadi lebih baik, ayah memondokkanmu karena ayah merasa bersalah setelah melihat pergaulanmu yang sudah terlalu jauh dari jangkauan Allah, ayah merasa tersiksa dengan penyesalan terbesar ini, ayah seorang pendakwah sekaligus hakim di pengadilan agama. Tetapi, ayah sendiri tidak sanggup menceramahi mu, ayah sendiri tidak sanggup menghakimi putri ayah, ayah rasa di sana kamu bisa mendapatkan pelajaran yang lebih baik, kamu bisa mendekatkan diri kepada penciptamu. Ikhlas sayang. kamu di sana, insya Allah mendapatkan hidup yang lebih baik.


°<>°
Have fun

Aamiin bersamamu [ ENDING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang