10🕊️ REVISI

5K 235 1
                                    

"Jangan menilaiku disaat kau belum mengenalku, aku hanya manusia biasa yang jauh dari kriteria yang kau idam-idamkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan menilaiku disaat kau belum mengenalku, aku hanya manusia biasa yang jauh dari kriteria yang kau idam-idamkan."

"Tidak semuanya yang kita dapatkan harus sempurna, terkadang sesuatu itu butuh disempurnakan."



Alzam berjalan cepat kembali ke ndalem. Ia masih memikirkan kelakuan Aleeya saat bertemu tadi di asrama putri. Alzam sangat menyesal menghampiri gadis itu. Sudah berulang kali ia beristighfar untuk menghilangkan pikirannya tentang Aleeya namun tetap saja kejadian tadi terus berputar seperti kaset rusak di dalam kepalanya. Alzam memilih kembali ke ndalem untuk melaksanakan dzikir agar pikirannya kembali membaik.

Tidak lama kemudian sementara melaksanakan dzikir tiba-tiba deringan di ponselnya berbunyi pertanda ada panggilan masuk. Alzam pun mengakhiri dzikirnya dan beranjak mengambil ponselnya di atas meja melihat panggilan dari uminya ia pun segera menjawabnya

"Assalamualaikum sayang," ucap umi Zuhra diseberang sana.

"Waalaikumsalam mi," jawab Alzam dengan wajah yang sumringah.

"Bagaimana kabar Aleeya, kamu sudah melihatnya? Apa dia baik-baik saja?" tanya umi Zuhra membuat Alzam mau tidak mau kembali mengingat kejadian memalukan tadi.

"Alhamdulillah baik umi," jawab Alzam seadanya agar uminya tidak menanyakan gadis itu lagi.

"Syukurlah kalau begitu, kamu jaga dia dulu yah sementara umi disini, Minggu depan insya Allah umi pulang."

"Iya umi."

"Untuk makan malam mu kamu bisa meminta kepada bude murni," ucap umi Zuhra yang menyebutkan nama ibu kantin sekaligus yang memasakkan santri makanan untuk daftar catering.

"Alzam bisa memasak sendiri mi," ucap Alzam menolak dengan niat untuk tidak merepotkan orang lain walaupun itu pasti akan dibayar namun jika dirinya bisa sendiri kenapa harus memakai tenaga orang lain.

"Umi mengerti kamu akan menolak dengan alasan seperti itu. Tapi mengingat kesibukanmu yang terbagi sebaiknya kamu menuruti perkataan umi, karena bahan masakan di dapur tidak cukup untuk satu Minggu kedepan, itu akan membuat mu kerepotan harus belanja ke pasar sedangkan waktumu sangat sempit untuk melakukan hal itu," ucap umi panjang lebar diseberang sana untuk kebaikan Alzam juga. Itulah uminya yang akan memperhatikannya dari a sampai z. Alzam pun mau tidak mau menuruti karena memang benar perkataan uminya barusan.

"Baik umi, Alzam nanti akan mengkonfirmasi ke bude murni," ucap Alzam akhirnya.

"Yasudah sayang, umi akhiri dulu yah telfonnya, ada tamu yang datang mau ketemu umi sama Abi. Nanti umi telfon balik bakda isya, Assalamualaikum."

"Iya umi, waalaikumsalam."

Panggilan pun berakhir, dan Alzam kembali mengingat hal yang tadi. Kenapa juga gadis tadi harus berlagak ingin membuka bawahannya. Apa dia tidak malu kepada Alzam? Atau gadis itu sudah tahu akan dijodohkan dengannya? Tapi walaupun begitu belum seharusnya mereka melakukan hal yang menjulur kepada dosa.

Alzam sangat lelah hari ini, karena dia baru saja bisa istirahat setelah sampai di pesantren. Dan dia malah terdampar dalam pikiran yang lebih membuatnya frustasi. Alzam bersiap-siap kembali mandi untuk yang ke 3 kalinya padahal ia baru saja habis mandi di kampus tadi saat akan menuju ke pesantren di ruangan khususnya . Tapi ia akan keramas malam ini sebelum menuju ke masjid untuk sholat isya berjamaah, Alzam harap bisa melupakan kejadian yang tadi setelah badannya kembali bersih dan segar bersama pikirannya.

🕊️🕊️🕊️

Aleeya kembali akan tertidur setelah kembalinya dari toilet untuk menghindari sholat isya berjamaah , tapi saat akan siap-siap naik ke atas kasur, panggilan dari teman sekamarnya bernama Ina menghentikan pergerakannya lalu kembali berdiri menghadap kepada sang teman.

"Leeya," panggil santriwati bernama Elisa itu, Aleeya berbalik lalu memasang wajah bertanya tanpa mengeluarkan suara.

"Kamu gak ikut berjamaah lagi?" tanya Elisa membuat Aleeya mengeryit bingung, tumben teman sekamarnya ada yang memperhatikannya.

"Ngga," jawab Leeya seadanya, dia tidak punya alasan untuk berbasa-basi kepada orang sekitarnya di pesantren ini karena menurutnya dia dan mereka berbeda.

"Kamu ga takut di laporkan?" tanya Elisa kembali membuat Aleeya bingung, sebenarnya ada apa dengan temannya itu kenapa tiba-tiba sok perhatian kepadanya, biasanya mau Aleeya di laporkan, dihukum, dicaci mereka semua tidak ada yang peduli.

"Kenapa nanya-nanya?" tanya Aleeya langsung ingin berbicara ke intinya.

"Aku dengar malam ini ada pemeriksaan kamar santriwati, barang-barang yang seharusnya tidak masuk ke dalam asrama akan di amankan oleh pihak keamanan pesantren, dan juga kalau kamu didapat tidak ikut berjamaah kamu akan dikenakan sanksi kecuali dengan alasan tertentu dan sudah pasti dengan bukti. Sedangkan aku yakin kamu tidak sedang berhalangan, dan juga kamu tidak berniat memakai alasan sakit sebagai tidak ikut berjamaah kan?" ucap Elisa panjang lebar mengutarakan maksudnya peduli kepada Aleeya.

Aleeya yang mendengar itu bukannya takut malah tersenyum sinis, sepertinya ini saat yang tepat untuk menjalankan aksinya. Mumpung umi Zuhra tidak ada di pesantren.

Sebentar lagi ulangan tengah semester, Aleeya menargetkan peluangnya untuk keluar dari pesantren setidaknya sebelum UTS berlangsung karena jika sudah UTS kecil peluangnya untuk bisa di terima di sekolah lamanya lagi yang terbilang cukup ketat peraturannya.

"Gak masalah," ucap Aleeya seadanya membuat Elisa seperti akan membuka suara lagi.

"Gak usah khawatirin gue, gue bisa jaga diri gue sendiri. Dan juga kalau gue dapat sanksi itu yang gue mau, gue berharap sanksinya bisa dikeluarin dari pesantren," ucap Aleeya lalu naik ke atas kasurnya dan menarik selimut siap-siap untuk tertidur. Elisa hanya diam menatap pergerakan Aleeya dan berlalu pergi siap-siap untuk kembali ke masjid.

🕊️🕊️🕊️

Alzam sudah berada di masjid beberapa menit yang lalu, setelah sholat tahiyatul masjid Alzam membalikkan badan bercengkrama dengan para pembina asrama sambil menunggu sholat isya Tiba. Mereka memperbincangkan tentang kegiatan selanjutnya yang dijalankan oleh pihak keamanan yaitu memeriksa asrama setiap sebulan sekali dengan jadwal yang sengaja tidak di tentukan. Namun kadang bocor ditelinga para santri. Ntah mereka mengetahuinya dari siapa.

"Nanti kita akan memeriksa asrama putri terlebih dahulu, karena seperti biasa di asrama putri tidak terlalu banyak barang terlarang, lalu selanjutnya asrama putra," ucap ustadz Yusuf dan disetujui oleh yang lainnya.

"Bagiamana Gus Alzam, apa anda setuju juga?" tanya ustadz Yusuf tak melihat Alzam mengangguk, takut-takut Alzam tidak menyetujui pendapatnya.

"Saya setuju dengan pendapat anda ustadz, seperti biasa kan memang seperti itu," ucap Gus Alzam membuat ustadz Yusuf bernafas lega.

Setelah lama berbincang akhirnya waktu sholat isya tiba, Gus Alzam maju kedepan seperti biasa sebagai imam untuk mengimami para jama'ah.

Seluruh jama'ah berkumpul untuk melangsungkan sholat isya yang setelahnya dilanjutkan dengan dzikir bersama seperti malam-malam biasanya namun kali ini sebagian pembina tidak ikut karena mereka akan memulai kegiatan menggeledah kamar santri dan mengamankan barang terlarang yang tidak diperbolehkan masuk ke asrama. Sekaligus menciduk santri yang tidak ikut berjamaah dan dzikir bersama yang mana itu adalah kewajiban yang ditetapkan di pesantren Ar-Rahman ini.

°<>°
Have fun

🕊️🕊️🕊️

Maaf bila tidak sesuai ekspektasi kalian

Aamiin bersamamu [ ENDING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang