PG|04.

1.1K 66 1
                                    

Vote nya mana?

•••

Di malam yang gelap, di temani cahaya bulan dan gemerlap bintang. seorang Khanza aurellya azhanie belum juga tidur, karna memikir kan diri nya yang besok di bawa ke pesantren.

Karna mengingat seseorang. rayhan-pacarnya. ia belum mengabarkan nya sama sekali, tentang dirinya yang besok di bawa ke pesantren. Haruskah ia mengakhiri hubungannya?.

Setelah di pikirkan matang-matang, ia telah mendapat keputusannya yaitu putus! Ya, putus!. Untuk apa juga menjalani hubungan yang dilarang oleh tuhan? Dan jika kalian menanyakan kenapa Khanza sangat bijak, jawabannya adalah karna kemarin ia mendengar ceramah tentang zina yang membuatnya tertampar.

Gadis itu langsung mengotak-atik ponselnya- mencoba untuk menghubungi pacar nya itu.

"Halo tuan putri, apa kabar?" Tanya Rayhan dari sebrang telpon.

"Aku baik, kamu?" Ucap Khanza balik bertanya.

"Fine-fine aja, kamu kenapa tiba-tiba telpon aku? Kangen ya?" Tanya pria itu.

"Em ... aku mau bilang kalau aku, be-besok mau-"

"Apa nya?" Tanya rayhan menyela ucapan Khanza.

"Besok, aku mau masuk pesantren." Ujar gadis itu tanpa ragu.

"Hah? Yang bener kamu, terus hubungan kita gimana? Masa kamu mau lari aja." Ucap Rayhan tampak kesal.

"A--aku mau." Ada jeda sedikit. "Kita putus." Lanjutnya.

"Putus? Lo jangan becanda deh. Mau ke-pesantren kok minta putus? Lo nyantren nyantren aja, tapi kita tetep pacaran."

Khanza mengerti Rayhan, jika cowok itu merubah katanya dari aku-kamu menjadi lo-gue, berarti cowok itu sedang marah.

"Lo mau kita masuk neraka bareng-bareng? Udah sampai sini dulu Ray." Khanza juga merubah katanya menjadi lo-gue.

"Ooh, belum ke-pesantren udah 'alim aja nih, Lo boleh mutusin gue tapi ingat. GUE JAMIN HIDUP LO GAK BAKAL BAHAGIA."

Khanza menutup telponnya karna mendengar suara cowok itu yang meninggi. Sekarang, ia takut, sangat takut. Takut akan dua hal yaitu, besok ia akan ke-pesantren dan pisah dengan kedua orang tuanya. Dan ancaman Rayhan yang menurutnya tidak main-main.

Khanza menggigit kukunya gelisah, jika ancaman itu benar. Ia sangat menyesal telah memutusi Rayhan.

Khanza, gadis itu beberapa kali memukul bantal guna meluapkan kekesalannya.

•••

"Novel, oke. Laptop, oke. Handphone, udah disaku. Lipstik? Ah, ngapain bawa lipstik, orang bibir gue udah pink." Sedari tadi gadis itu tidak henti-hentinya mengoceh tidak jelas karna berdebat dengan pikirannya sendiri tentang apa yang akan ia bawa.

"Ah iya, tv, ia tv." Khanza menuju ke arah tv yang tertempel di dinding itu.

Gadis itu menggeplak kepalanya sendiri melihat kebodohannya. "Lu bego apa gimana sih, udah jelas tv itu gede. Ngapain lu bawa, dasar tolol permanen." Gumam gadis itu terus mencaci maki dirinya sendiri, aneh.

"KHANZA CEPETAN ADUH!, NUNGGUIN KAMU KAYAK NUNGGUIN PENGANTIN BARU AJA." Marlina berteriak membuat kupingnya berdengung.

"Tuh emak-emak merepet kaya mau umumin orang mat* aja."celotehnya lalu menenteng satu koper dan satu tasnya.

HAZA OF LOVE | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang