PG|09.

958 50 11
                                    


....


Khanza, Vira dan Khaira bergegas untuk mandi karna sebentar lagi Adzan Zuhur akan dikumandangkan. Mereka pun bersiap-siap dan pergi ke masjid. Sesampai nya di masjid milik pesantren Al-karim dengan nuansa putih yg membuat masjid itu sangat indah dan anggun. Khanza berdecak pelan melihat keindahannya, makhluk karna cewek itu jarang sekali untuk kemasjid.

"Ngapain kalian masih disini, masuk sana!" Tegur ustadzah Aeera.

"Ngipiin kiliin misih disini, misik sini," gumam Khanza pelan dengan nada mengejek, tentu ustadzah Aeera yang berdiri dekat dengannya bisa mendengar dengan jelas, matanya lantas melotot seraya berkacak pinggang mengambil anteng-anteng memarahi, namun amarahnya padam saat melihat Gus Hafiz yang memasuki masjid dengan wajah yang basah karna air wudhu, ia menyugar rambutnya kebelakang lalu memasang topi, Ustadzah Aeera berdecak kagum.

"Sok ganteng tuh orang," batin Khanza lalu mengajak kedua temannya untuk memasuki mesjid. Saat Khanza menginjakkan kakinya dimasjid, orang-orang memandangnya terang terangan. Ada yang memandang dengan tatapan memuja, ada juga yang memandang dengan sinis. Di pesantren ini, siapa yang tidak kenal Khanza? Gadis bar-bar penyuka kegaduhan dan tentu langganannya hukuman.

"Duh, emang gue secantik itu ya?"

•••

Pagi Hari  mereka dibiarkan untuk bersantai-santai karna memang jadwalnya istirahat. Namun hanya berlaku pagi hari karna siang hari mereka harus kembali disibukkan dengan hafalan ini dan itu.

Seperti dikamar mereka sekarang yang dihuni oleh enam orang kini hanya tiga yang didalamnya karna trio saus sambal yang ngacir entah kemana.

Khaira dan Vira disibukkan dengan buku yang masing-masing berada ditangannya entah menulis apa, yang tentu Khanza gerah melihatnya karna mereka terlampau rajin sedangkan dirinya yang bodoh kini bertambah bodoh karna kemalasannya.

Tok tok tok

Pintu kamar mereka diketuk, Khanza dengan malas mendongak untuk melihat siapa pelakunya, gadis itu mengangkat dagunya tanda mengatakan 'apa?'

Gadis yang mengetok pintu tadi terlihat kaku lalu menjawab, "anu ... Itu, dipanggil ke ndalem sama kyai." Tanpa mengucapkan salam gadis itu berlari dari sana seperti baru saja melihat seekor macan yang akan mengejarnya.

"Gaje banget anjir! Dateng-dateng langsung ngacir," ucap Khanza dengan kesal.

"Mungkin dia takut Kali sama kamu," balas Khaira yang masih sibuk dengan buku dihadapannya.

"Eh, tapi tumben kamu dipanggil sama Kyai. Biasanya juga dipanggil Gus Hafiz," ujar Vira lalu menyudahi dengan kegiatannya.

"Hayoo Khanza ...," ucap Khaira menakut-nakuti.

Khanza mengangkat bahunya lalu dengan malas beranjak dari sana menuju ndalem, lalu masuk dari sana tanpa salam. Saat melihat dua orang yang duduk di sana, mata Khanza berbinar lalu menubruk orang itu untuk dia peluk.

"Huaaaaa Mama, Papa ... Kok telat banget bawa pergi Khanza dari sini, Khanza udah gak tahan dikurung dipenjara inii ...," rengeknya yang langsung dipelototi Marlina.

"Ihh kamu sopan dikit Napa, itu ada Kyai sama Umma didepan kamu loh," bisiknya. Khanza yang sadar langsung membulatkan matanya lalu mengambil tempat duduk disamping sang ibu, ia tersenyum kaku yang dibalas senyum tulus oleh keduanya.

HAZA OF LOVE | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang