PG|05.

1.2K 63 19
                                    

Khanza duduk termenung di atas pohon mangga. Gadis nakal itu bersembunyi disana karna tak ingin shalat tahajjud. Boro-boro sholat tahajjud, niatnya aja gabisa. Hehehe, dasar Khanza.


"Songong amat santri disini, pengen gue congkel tuh mata, aishh!!" Kesal gadis itu mengingat wajah songong ketiga gadis tadi.

"Bye the way, anyway, busway. Semuanya udah dimasjid 'kan?" Khanza menyeringai cerdik melihat suasana asrama yang sunyi nan sepi.

"Yaallah yang maha esa. Izinkan hambamu ini untuk tidur sebentar lagi." Menyengir setelah mendengar ucapannya sendiri. Khanza mulai turun dari pohon mangga dengan pelan-pelan takut menimbulkan suara. Bisa mampos kalo ketauan.

Krek

Khanza tak sengaja menginjak ranting hingga menimbulkan suara yang membuat tiga petugas keamanan putri menyorotkan senter padanya. "Habislah nasib diriku ini." Batinnya.

"Heh anak baru! Ngapain kamu? Mau maling?" Seniornya yang bisa terbilang galak itu berjalan mendekati Khanza dengan kedua temannya.

Kedua temannya tadi menggandeng Khanza hingga membuat Khanza tak bisa kabur dan hanya bisa cengengesan tak jelas membuat ketiga petugas keamanan tadi menatapnya garang.

"Kamu? Kenapa gak ke-masjid?" Tanya perempuan berkerudung Navy.

"E-ee ... Anu, itu. Saya Haid, Iya! Saya Haid!" Ujar Khanza takut karna di interogasi seperti ini.

Perempuan berkerudung Navy itu memicingkan matanya. "Haid? Ayo kita periksa."

"Ha? Lo lesbi? Ih ngeri njir periksa gitu-gituan." Khanza menatap jijik ketiga seniornya itu membuat mereka membalas tatapan Khanza dengan tajam. Ditatap begitu Khanza jadi menciut.

"Ngomong yang sopan, ini pesantren bukan rumah kamu, gak usah pake Lo-gue. Dan, kamu keliatan takut gitu, atau jangan-jangan ...." Gadis berhijab Navy itu kembali memicingkan matanya.

"Kamu bohongin saya?!" Tatapan garangnya seperti kak Ros di kartun Upin-ipin membuat Khanza harus mengangguk.

"Ca? Kita apain nih?" Gadis berhijab biru tua itu bertanya.

Gadis berhijab Navy itu bernama Caca, Caca mulai berpikir tanpa mereka sadari.
Khanza menendang kaki kedua senior yang mengusungnya tadi hingga kukungan itu terlepas.

"Dadah kaka-kaka syantik, muachhhh." Khanza memberikan kiss bye kepada ketiga seniornya tadi dan diberi tatapan jijik oleh ketiga gadis itu. Lalu mereka tertawa kecil bersama.

"Eh? Kok gak dikejar?" Khanza menoleh kebelakang melihat ketiga petugas keamanan putri tadi sudah menghilang.

"Aneh, tapi Alhamdulillah gue bisa tidur--"

"Tidur dengan tenang?"

Khanza terperanjat kaget melihat seorang pria yang jaraknya tiga meter darinya dan menatap lurus kedepan.

"ASTAGHFIRULLAH SETAN JALANAN!" Teriak Khanza namun pria itu hanya diam tak menyahut dan malah meluruskan pandangannya kedepan.

"Kamu tau kesalahanmu?" Tanya pria itu dengan dingin.

"Etdah. Tau lah, karna kemaren gue ga sengaja ngatain Lo kan? Ya maap, jangan dimasukin ke jantung." Ceplos Khanza.

"Kamu masih anak baru, jangan sok-sok an bolos. Besok pagi Dateng ke-ruang keamanan, hafalkan juz 30 dengan lancar. Assalamualaikum." Pria itu pun mulai melangkah menjauh tanpa menatapnya sedikitpun.

"Buset tuh orang. Gue baca Alquran aja gak lancar gimana caranya hafal coba?  Gak masuk Haikal! Udah mukanya songong lagi! Dikira gue setan, ah bete ah! Palingan itu cuma ancaman, mending turu."

Khanza melangkahkan kaki menuju kamarnya untuk melanjutkan tidur yang sempat tertunda sesekali menguap karna rasa kantuk yang menyerang.

"Baru murid baru aja udah di, cap jelek, wuwuwww!" Sindir ketiga gadis yang menghalang jalannya. Siapa lagi sih kalo bukan trio saus sambal?

"Iri? Saingin deck! Btw bebek kok ada di pesantren ya? Upss!" Khanza menutup mulutnya dengan gaya alay binti jamet untuk menyindir kaum sebelah.

"Iri? Sama badan kurus kering kayak Lo gue harus iri? Emang ya, Lo harus dikasi pelajaran dulu."dengan sengaja Rahma menarik jilbab milik khanza. untung saja Khaira dan Vira yg melihat itu langsung menghancurkan adegan pertengkaran mereka it.

"Kalian seharusnya mengajari yang terbaik untuk santri baru, bukan malah narik-narik jilbab kek gini!"ujar Vira.

"Lo ngebela dia?"ujar rahmi. ia adalah kembaran Rahma yg memiliki sifat yang sama. Sama-sama licik dan sangat pintar dala  memprovokasi.

"Kami ngebela yang bener, kan gak mungkin kami belain kalian yang udah tentu salah."ujar Khaira.

"Kalo kalian berdua belain dia. Jauh-jauh sana, syuh-syuh, sama sama sampah, sama sama centil lagi."

Plak

Wajah Aqila tertoleh kesamping.
Tak segan-segan Khanza melemparkan satu tamparan kepada manusia itu.

"Jangan salahin mereka, mereka gak salah. Dan kalian trio saus sambel. Gue gak ada masalah apapun sama kalian! Jadi, gak usah ganggu gue! Mulut kalian tuh busuk tau gak? Bau neraka!"

Mendengar itu berhasil membuat aqela. Sang atlet karate itu naik pitam. Lantas ia mendekati Khanza dan melempar tubuh itu kedalam kamar mereka. Dan menendangnya sekuat tenaga hingga tubuh itu terpental.

Gadis itu jatuh pingsan.

"ASTAGHFIRULLAH." Pekik seseorang karna melihat tubuh seseorang yang terpental karna ulah aqela.

"K-kak Caca?" Melihat Caca mereka jadi ketakutan.

"Apa? Ini yang kakak ajarin sama kalian?  Ngebully orang? Kalian ini termasuk kedalam sepuluh besar, ingat! Bukan malah ngebully orang!"

"Khususnya untuk kamu aqela! Jangan mentang-mentang kamu ini atlet karate, kamu bisa berbuat seenaknya." Napas  Caca memburu. Ketiga gadis tadi termasuk santri yang berprestasi bisa bisanya melakukan buliyying.

"Khaira, Vira. Bawa Khanza ke ndalem, suruh mereka bawa Khanza ke rumah sakit." Ujar  Caca  yang diangguki oleh kedua gadis itu.

Sangat mudah mengangkat tubuh Khanza. Karna tidak berat dan tidak tinggi.

Mereka pun mulai membawa Khanza ke ndalem yang tak jauh dari asrama putri.







Aku perlu bukti bukan janji.

Jadi mana bukti vote nya.

V-o-t-e n-y-a j-a-n-g-a-n l-u-p-a.

Vote nya kawan

Jangan lupa 🌟
Jangan lupa💬.............

Hari ini aku Doble up ges

HAZA OF LOVE | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang