PG|07

1K 52 4
                                    

Happy reading all!!😻
Semoga gak bosen sama cerita yang garing ini😁

•••

"Ingat, kamu harus nurut sama ustadzah disana, jangan bandel, ya?" Ucap Marlina membuat Khanza cengengesan dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Otey mama, Accalamu'alaikum." Ujar Khanza dengan mengimut kan suaranya membuat Marlina mendelik tapi tak urung ia tertawa pelan.

"Yaudah kalo gitu kami pulang dulu, jangan nakal, princes papa." Ucap Faisal lalu memasuki mobil dengan Marlina. Setelahnya, mobil itu melesat dengan laju meninggalkan pekarangan pesantren.

Khanza pun menghela napas pelan lalu kakinya membawanya menuju pekarangan pesantren. Saat tiba disana, semua pasang mata langsung tertuju padanya kecuali para lelaki yang memilih menunduk lalu melanjutkan langkah mereka.

Khanza pun mengangkat satu alisnya, bingung. "Pada kenapa dah liatin gue? Emang seberapa cantik sih gue?" Narsis Khanza membatin.

Gadis itu mengangkat bahunya acuh, lalu berjalan menuju asramanya tanpa mempedulikan pasang mata yang menatapnya penuh intimidasi.

"Sabar Khanza, orang sabar dapet jodoh spek-spek Gus wattpad." Batin Khanza. Siapa tau jadi kenyataan, kan? Ia terkekeh kecil, halu nya terlalu tinggi.

Ia kembali merajut langkahnya menuju asrama. Saat kakinya hendak memasuki kamar. Ia dikejutkan dengan Vira dan Khaira yang langsung memeluknya, ia nyaris saja terjungkal jika tak berpegangan pada pilar yang ada disana.

Mereka pun melepas pelukannya dan memutar-mutar tubuh Khanza dengan tatapan khawatir, Khanza yang badannya diputar hanya bisa pasrah.

"Kamu gapapa 'kan? Gak ada yang luka 'kan? Mana yang sakit?" Pertanyaan bertubi-tubi itu ia dapatkan dari Khaira membuat Vira yang berada disampingnya memukul pelan bahu Khaira.

"Orang lagi sakit malah ditanya banyak banyak, satu satu Dong!"

Khaira hanya bisa cengengesan. "Lagian, ini juga gara-gara trio itu, kesel banget aku! Tapi Alhamdulillah sih mereka dihukum, biar mampus!" Semprot Khaira dengan mulut pedasnya.

"Udah, gue gapapa, cuma laper dikit." Ucap Khanza mencoba menenangkan teman barunya.

Kruk

"Panjang umur," Vira dan Khaira langsung tergelak karna mendengar suara perut Khanza yang sedang keroncongan.

"Yaudah kalo gitu ayo kita temenin kedapur." Ujar Vira yang diangguki Khaira.

"Gak usah, gue mau mandiri." Ujar Khanza membuat Vira mengangkat alisnya.

"Yakin? Tadi aku liat kamu diliatin sampe sini sama santriwati yang lain?" Tanya Vira.

"Aelah, gue mana takut, emang mereka emak gue?"

•••

"Tanam-tanam ubi, tak perlu di baje orang berbudi kita berbahase, semarak kan, eh-eh? semarakkan atau semangat ya? Aelah gak penting." Oceh Khanza tidak jelas lalu memilih merajut langkah ke kantin.

Kini gadis itu sedang berlari lari kecil untuk menuju ke kantin, dan ingin mengisi perut nya yang sedang kosong itu. Sebenarnya sih, bisa saja ia memakan cemilan yang ia beli tadi. Tapi, biar cemilan itu ia simpan agar bisa memakannya ketika sedang galau merana need dana, becanda.

"Mpok sitayyy!" Tanpa sopan santun Khanza mengganti nama penjaga kantin dari Siti menjadi sitay. Sedangkan Mpok Siti tidak mempermasalahkannya dan membalas panggilan Khanza dengan senyumnya. Wajahnya yang sudah kerutan dengan umur yang sudah tidak muda lagi.

"Pagi Mpok." Sapa Khanza basa-basi yang terlihat basi. Sebenarnya ia tak terlalu mengenal Mpok Siti. Karna Vira dan Khaira yang memberitahunya agar tidak asal salah ceplos nama orang.

"Pagi apanya Neng hampir 'asar  kok pagi," jawab Mpok Siti lalu terkekeh kecil melihat Khanza yang hanya cengengesan tak jelas.

"Ada bakwan gak Mpok? Gue laper nih."

Mendengar Khanza berbicara menggunakan lo-gue membuatnya sedikit terkejut karna yang ia ketahui semua santri maupun santriwati berbicara menggunakan saya-kamu, aku-kamu, dan ada juga yang sesekali berbicara menggunakan ana-antum.

"Neng santri baru, ya?" Tanya Mpok Siti yang diangguki Khanza.

"Pantes gak sopan," Batin Mpok Siti lalu mangut-mangut.

"Ada bakwan gak Mpok?" Tanya Khanza, lagi. Karna pertanyaannya tadi tak dijawab dan malah dilemparkan pertanyaan balik.

"Ada, tapi tinggal dua, Neng," jawab Mpok Siti membuat Khanza antusias. Lantas ia mengambil bakwan yang disodorkan Mpok Siti dengan plastik yang membungkus bakwan itu, serta saos yang melumuri bakwan itu membuat orang yang melihatnya merasa ngiler.

Baru bakwan itu akan masuk kemulutnya, seseorang yang lebih tinggi darinya lebih dulu mencomot satu bakwan milik Khanza yang membuat gadis itu melotot. Dengan wajahnya yang tidak merasa bersalah itu ia mengunyah bakwan miliknya hingga habis. Sedangkan Khanza berusaha mencerna apa yang terjadi.

"Makasih," ucap pria itu setelah itu melenggang pergi dari sana. Oh tak semudah itu! Khanza dengan cepat mengejar cowok yang sudah seenaknya mencomot bakwannya lalu memukul punggung cowok itu dengan seluruh tenaganya.

Cowok itu pun berbalik lalu mengangkat satu alisnya dan menyeringai.

"Enak aja main Comot-comot bakwan orang, Lo pikir itu bakwan emak bapak Lo goreng dan Lo seenaknya ngambil hak orang. Lo kira keren?!" Ketus Khanza tak suka lalu beradu tatap dengan cowok itu. Santri serta santriwati yang berlalu lalang untuk mandi sebelum 'asar tiba pun menghentikan langkah mereka kala mendapatkan tontonan gratis. Lagipula sangat jarang melihat hal-hal begini di pesantren.

"Lah emang yang goreng bakwan tuh emak Lo?" Tanya cowok itu membuat Khanza menggeram kesal, ingin rasanya ia menjambak dan mencakar-cakar wajah menyebalkan milik cowok itu.

"Bukan sih, tapi kalo ngambil hak orang gitu aja itu namanya gak bener! Santri kok main comot punya orang gitu aja. Punya sopan santun gak Lo tolol?!" Ketus Khanza dengan suara yang meninggi lantaran kesal dengan cowok satu ini.

"Heh! Ngajarin sopan santun tapi Lo sendiri ngomongnya pakek lo-gue, ngatain gue tolol, perlu kaca gak diks?!" Ketus cowok itu tak mau kalah.

"Ya karna gue santriwati baru!"

"Gue juga santri baru!"

"Lah kok ngikut-ngikut, sih?!" Geram Khanza.

"Siapa juga yang ngikut Lo? Dih najis."

"Lo ngeselin banget sih jadi orang, gue lempar pakek sendal gue baru tau rasa!" Ancam Khanza sambil melepaskan sandalnya.

"Lo juga ngeselin anjir! Gue cium baru tau rasa Lo!"

Semua yang ada disana melotot kaget mendengar ucapan santri baru itu. Lain halnya dengan Khanza yang sudah siap melayangkan sendalnya yang tebal.

"Coba aja kalo berani, sendal gue ini bakal mendarat di--"

Cup!

Khanza lantas langsung memukul kepala cowok itu dengan sendalnya kala dengan kurang ajarnya oa mencium keningnya.

"Anj Lo!" Ucap Khanza lalu menjulurkan jari tengahnya.

"Ekhem!"

Semua anak Adam Disana menoleh ke sumber suara dan mendapati Gus mereka yang sedang bersedekap dada dengan pandangan menajam mengisyaratkan semuanya untuk bubar. Tak lama mereka langsung bubar karna takut akan berurusan dengan anak pemilik pesantren tersebut.

"Kelvin Anggara, Khanza aurellya azhanie." Gus Hafiz menjeda sejenak ucapannya. Sedangkan Kelvin dan Khanza sudah ketar ketir ditempatnya.

"Temui saya besok pagi setelah pengajian."


•••

Waduh, baru masuk pesantren udah bikin masalah, gimana tuh si Khanza? Wkwkwk

HAZA OF LOVE | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang