PG|41

493 17 0
                                    

Hemm. Btw ada gak yg nunggu up di lapak ini?

•••

BUGH

Suara dinding yang di tinju terdengar keras membuat siapapun yang melihatnya meringis.

Hafiz. Pria itu sejak tadi meninju dinding membuat kepalan tangannya berdarah.

Ia terduduk lemas, menyandarkan punggungnya ke dinding sesekali beristighfar.

"Ya Allah ... Saya salah ya? Saya salah karna udah nampar istri saya?" Gumam nya dan mulai terisak.

"Saya mau minta maaf tapi dia gak mau maafin saya, gimana ini ya Allah?"

"Jika kamu bersedih, shalat lah, curahkan hatimu kepada sang maha kuasa sampai hatimu tenang."

Ia tertegun mengingat itu, benar, itu ucapan kakek nya saat ia masih kelas delapan dan saat itu dia bersedih karna predikat atau rangking kelasnya turun.

Seulas senyum terbit di bibirnya, ia melangkahkan kaki nya kedalam kamar mandi dan membersihkan dirinya sesekali meringis pelan saat air terkena tangan nya yang sudah membiru.

Berwudhu dan shalat. Mencurahkan hatinya kepada sang maha esa, kepada-nya lah kita bercerita agar hati kita tentram.

"Yaallah, maha kuasa juga maha yang menentukan takdir.

•••

"Halo nona, kita bertemu lagi." Sapa lelaki itu melambaikan tangannya dengan remeh.

"A-arga?" Khanza terkejut saat melihat siapa yang didepannya.

"Ia, kaget hm?"

"Gak kamu bukan Arga, Arga udah meninggal!!" Ketusnya. Dilihat dari wajah lelaki itupun sangat mirip dengan Arga. Tapi ia masih mengingat bahwa Arga sudah meninggal.

"Kau melupakan ku, sayang?" Arga membelai wajah khanza membuat wanita itu menepis kasar tangan itu.

"KAMU SIAPA?"

"Aku Arga, kenapa kau melupakanku?" Lelaki itu berjongkok menatap Khanza intens.

Flashback on

Arga dan Khanza, kedua remaja itu selalu menghabiskan waktu bersama. Arga lah yang membantu Khanza untuk diet, belajar, dan lainnya.

Mereka selalu bersama, bahkan semua orang menganggap mereka berpacaran dan tanpa Khanza ketahui Arga menyukai Khanza.

Sampai pada suatu hari, seorang murid baru di kelas mereka Yang sangat dekat dengan Khanza membuat Arga geram.

"Gue harus menyerah, atau ngejar?" Gumam Arga pada saat itu. Duduk di pojok kantin sendirian.

"Gak, gue ga boleh nyerah. Kalo nyerah, nanti bedebah itu dahuluin gue."

Dengan nekat. Arga menghampiri Khanza yang sedang mengipasi wajah nya dan duduk di tepi lapangan.

Arga membawa sebuket bunga, lalu duduk di sampingnya.

HAZA OF LOVE | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang