Berdiri di belakang yoojin, yooseong tatap laki laki berjas hitam yang duduk di depan──tak jauh dari mereka. Laki laki yang memiliki aura kuat hingga membuatnya sangat ingin mengajak bertarung. Membuktikan siapa yang terkuat. Meski tubuhnya lebih kecil, ia sama sekali tak gentar.
"Kenapa anda meminta lagi bertemu dengan saya? Saya sudah menunjukkan kasino anak perusahaan kedua, kan? Masih ada lagi yang akan anda laporkan, tuan park hyungseok?"
"Waktu itu saya hanya bercanda. Saya benar benar ingin bekerja di anak perusahaan kedua,"
Yoojin hanya tersenyum. Senyum manis namun penuh ejekan pada hyungseok yang aktingnya begitu buruk. Sekali lihat saja, yoojin sudah tahu kalau hyungseok pasti sudah merencanakan sesuatu untuk menghancurkan anak perusahaan kedua ini. Namun, ia masih ingin melihat seberapa jauhkah rencana hyungseok akan berhasil. Ia menantikannya.
Lain dengan yoojin, yooseong malah tidak menyadari maksud hyungseok. Terlalu fokus dengan keinginannya mengajak bertarung hyungseok. Kadang juga, ia malah memikirkan mainan serta camilannya di kamar.
"Aha, ingin bekerja paruh waktu rupanya. Kalau bekerja di kasino, bayaran perjamnya──"
"Tidak, bukan di kasino" potong hyungseok cepat "di tempat yang lebih dalam. Saya ingin bekerja menjalankan aktivitas gelap anak perusahaan kedua"
Membiarkan keduanya melakukan percakapan yang tidak dimengerti, yooseong mengalihkan pandangannya ke lantai. Bosan menunggu yoojin dengan segala kata kata membingungkan. Kelopak matanya memberat, ingin tidur di ranjang empuknya.
"Anda serius?"
Mendengar nada yoojin yang sedikit naik, yooseong tidak lagi menatap lantai. Matanya sekarang menatap yoojin yang berpura pura bimbang di depan hyungseok. Ya, berpura pura. Yooseong tahu bahwa sekarang yoojin tengah berpura pura di depan hyungseok, matanya bisa melihat salah satu sudut bibir yoojin terangkat sedikit. Tidak akan terlihat jika mata tak jeli.
"Anda akan mempertaruhkan hal itu? Rasanya sulit dipercaya. Anda, bukan orang lain, yang bersedia melakukan itu demi bisa masuk ke anak perusahaan kedua?" mata yoojin melirik hyungseok yang tersenyum cerah
"Anda tidak perlu mempercayainya, kan? Yang barusan saya tawarkan, bukanlah hal yang akan merugikan anda"
"Yah, anda benar tuan park hyungseok. Itu tidak akan merugikan saya,"
Di mata hyungseok dan yooseong, senyuman yoojin memilik arti yang berbeda. Hyungseok melihat senyum yoojin itu hanyalah senyuman biasa, tapi bagi yooseong tidak. Senyum itu, senyuman penuh kelicikan. Yoojin sepertinya sudah merencanakan sesuatu yang besar.
Karena tidak ada hal yang dibahas lagi, yoojin menyuruh hyungseok pulang tak lupa juga mengingatkan untuk datang lagi besok. Sepeninggalnya hyungseok dari ruangan itu, yooseong terus melirik pintu. Kakinya bergerak mengetuk ngetuk lantai, diremasnya tangannya.