「 yoojin x hyungseok 」

6.8K 357 115
                                    

WARNING!! Bullying, degradation, rimming, fingering, lokal dirty words. Chapter ini mengandung kata kata kotor, umpatan dan bahasa non baku yang mungkin tidak cocok bagi sebagian pembaca. Silahkan tinggalkan cerita ini sesegera mungkin jika tidak cocok. Terima kasih.

Bruk!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bruk!

Semua buku berjatuhan ke lantai, saat seseorang dengan sengajanya menabrak yoojin yang tengah kesusahan membawa tumpukan buku itu.

Yoojin yang ditabrak tentunya juga terjatuh dengan posisi tertelungkup dan membuat kacamata tebalnya jatuh entah kemana. Dengan pandangan buram, yoojin mencoba mencari kacamatanya

"Nih kacamata lo,"

Yoojin terdiam, matanya menatap hyungseok yang dalam pengelihatannya agak buram, sedang tersenyum manis ke arahnya. Tangan yoojin terulur mengambil kecamatanya saat

Tak!

"Oops sorry, gue sengaja"

Hyungseok mematahkan kacamatanya menjadi dua bagian.

Lalu setelahnya terdengar suara beberapa orang yang tertawa. Tertawa melihat kemalangan yoojin yang meratapi kacamatanya yang patah menjadi dua bagian.

Tangan yoojin ditarik, lalu kacamatanya yang patah itu di letakkan di telapak tangannya. Yoojin benar benar kesal dan itu tampaknya disadari oleh hyungseok.

"Kenapa muka lo kayak gitu? Gak suka? Lo mau kacamata busuk lo itu gue injek sampe gak berbentuk lagi?"

Sadar akan ekspresinya yang membuat hyungseok kesal, yoojin dengan segera menggeleng dan menundukkan kepalanya

"Maaf," lirih yoojin

"Karena gue baik, sini gue pasangin kacamata lo"

Dengan menahan tawa, hyungseok memasangkan kacamata yang sudah rusak itu pada yoojin yang akhirnya bisa melihat dengan jelas keadaan sekitar yang sangat ramai dan menatapnya dengan tatapan prihatin dan mengejek.

"Pecundang," ucap hyungseok pelan lalu menendang buku di dekat kakinya sebelum pergi meninggalkan yoojin yang sekarang sibuk mengambil buku bukunya yang berserakan tanpa ada seorang pun yang membantu.

Cengkram erat buku terakhir yang dipungutnya, yoojin tatap nyalang buku dengan nama 'park hyungseok' itu sebelum akhirnya berjalan dengan sedikit tertatih menuju ruang guru.

Para guru tentu melihat keadaannya, tapi dasar mereka saja menutup mata dan berpura pura tidak melihat hanya karena takut kehilangan pekerjaan mereka atau mungkin malas berurusan dengan keluarga park.

Lebih baik mengorbankan hidup satu orang daripada harus mengorbakan hidup banyak orang hanya untuk sekedar menegakkan keadilan.

Yoojin tidak masalah, mau orang orang membela atau tidak, ia tidak peduli. Otaknya menyuruh agar tidak terlalu bergantung pada orang lain, ia harus berusaha sendiri mewujudkannya. Sehingga hasil yang didapat akan sepenuhnya miliknya.

𝙊𝙪𝙧𝙨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang