L for <3

9K 329 16
                                    

Guys support aku dengan vote dan comment ya. Cuma bentar kok, abis itu kalian bisa scroll cerita lagi 🥰

 Cuma bentar kok, abis itu kalian bisa scroll cerita lagi 🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


~🖤~

Kali ini gue benar-benar egois
Pengen miliki lo selamanya

***

Hari ini Nara sudah disibukkan untuk keberangkatannya menuju Bali. Sebenarnya bukan ia yang sibuk sih, tapi para pelayan yang membereskan semua kebutuhannya. Awalnya ia menolak karena Renata dan Indah tidak ikut, namun Ganta tetap memaksanya, sehingga mau tak mau harus ikut. Di rumah Ganta sudah ada Rayyan dan Putri. Kedua lansia itu yang paling sibuk, Putri yang menyediakan pakaian "dinas" untuk menantunya, sementara Rayyan menyediakan makanan-makanan untuk meningkatkan kesuburan. Benar-benar mertua yang sangat kompak. Bahkan mereka sudah membuat kamar bayi di rumahnya jika cucu-cucu mereka menginap. Maklum karena Ganta anak semata wayang, jadi hanya lelaki itu harapan mereka satu-satunya.

"Maa, jangan bawa banyak-banyak," ucap Nara, wanita itu memperhatikan mama mertuanya dari sofa.

"Eh gapapa, biar banyak salin, nanti kan kalian sering ke pantai, main air, jadi harus bawa bajunya yang banyak," ucap Putri sambil mengedipkan matanya kepada Ganta.

"Main air ? Cih kekanakan," cibir Ganta sambil menyesap kopinya, lelaki itu baru saja masuk dari balkon.

"Ihhh Ganta, dengerin kata mama, pasti kamu bakal suka sama apa yang mama bawa," geram Putri. Wanita setengah baya itu terlihat kesal kepada anaknya yang susah diatur.

"Cepet kalian sarapan dulu, sebelum berangkat."

Nara dan Ganta pun segera pergi ke ruang makan yang terletak di lantai satu.

*

*

*

Nara dan Ganta sudah tiba di bandara. Di belakang mobil mereka ada beberapa pengawal yang ikut. Ganta tidak akan pernah sekalipun membiarkan keselamatan Nara terancam. Ia tahu segala gerak-gerik yang mungkin akan membahayakan, tapi Nara, wanita itu terlalu polos, bahkan untuk melawannya saja, Nara tidak bisa. Wanita itu hanya bisa menangis. Terkadang Ganta merasa sakit ketika Nara menatapnya takut.

Baru saja Nara membuka seatbelt nya,
"tunggu, biar gue buka pintunya," ucap Ganta sambil keluar.

"Kita beneran ke Bali Gan ?"

"Gan ? Sejak kapan lo manggil gue kek gitu ?" tanya Ganta sambil mempersilahkan Nara untuk keluar.

"Sejak barusan."

"Nggak boleh, gue nggak suka," ucap Ganta sambil berjalan terlebih dahulu.

"Ihh kenapa?" tanya Nara sambil mensejajarkan langkahnya. Tangan mungil wanita itu menggandeng tangan Ganta.

You Are My Antidote (FINISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang