Duo Popular

12.3K 384 10
                                    

Guys support aku dengan vote dan comment ya. Cuma bentar kok, abis itu kalian bisa scroll cerita lagi 🥰

 Cuma bentar kok, abis itu kalian bisa scroll cerita lagi 🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~🖤~

Harusnya gue yang duduk di kantin sama lo
Kenapa gue yang sering cemburu sih ?!

***

Waktu menunjukkan pukul sebelas malam. Ganta masih setia memeluk Nara. Seperti tak ada rasa pegal saat tangan besar itu menopang tubuh istrinya. Ia malah merasa nyaman dengan adanya Nara di pelukannya.

Sementara Nara, perlahan mata wanita terbuka. Rasa perih di perutnya berhasil membangunkan wanita itu. Ingin segera ke toilet, tapi pelukan Ganta terlalu erat di pinggangnya. Ganta selalu memperlakukannya seperti guling.

"Ganta..."

"Ganta lepasin dulu aku mau ke toilet," cicitnya. Jari-jari kecil Nara berusaha membuka cengkraman tangan Ganta di pinggangnya. Tangan besar lelaki itu mirip ular phyton dewasa. Membuat Nara bergidik ngeri.

"Tidur Naraa, ini masih malem."

"Tapi aku mau poop."

Mendengar kalimat terakhir, seketika Ganta melepaskan pelukannya.

"Yaudah sana," ucapnya sambil menyingkap selimut, Ganta ikut bangun karena istrinya. Rambut yang sedikit acak-acakan itu ia sisir asal dengan jari-jari tangannya.

Nara masih duduk di tempatnya.

"Lo masih nunggu apa ? Udah gue lepasin juga," tanya Ganta, lelaki itu menatap istrinya heran. Pasalnya Nara masih duduk di sampingnya.

"Anterin..."

"Biasanya di rumah juga sendiri."

Memang benar, biasanya Nara pergi ke toilet sendiri. Bahkan saat di rumah Ganta pun, yang tak kalah besar dari rumah ini, ia hanya tinggal sendiri di lantai bawah, sementara lelaki itu di lantai dua. Tapi entah kenapa malam ini ia jadi teringat kejadian setelah pulang dari kostan Puput. Sosok hantu yang berbaju putih itu tiba-tiba muncul di otaknya. Nara benar-benar takut. Iya yakin itu bukan manusia, tapi sesosok makhluk halus.

"Tapi sekarang beda Ganta, tiba-tiba aku inget pocong."

"Dasar penakut lo."

"Ganta please. Aku lagi sakit perut. Ini eek nya udah di ujung," mohon Nara sambil mengaduh kesakitan.

Melihat hal itu sontak menggendong tubuh Nara dengan terburu-buru ke arah toilet. Meskipun ia mulai menyukai Nara, tapi ia tidak akan membiarkan wanita itu buang air besar di kasurnya. Cinta nggak segitunya keles. Apalagi ia tipe orang yang gampang jijik. Tapi sekarang ia harus menunggu Nara di depan toilet.

Wajah Nara mulai memerah. Rasa panas di sekitar anus yang begitu menyiksa. Ia kapok sudah menambahkan mie kocok dengan beberapa sendok sambal saat di rumah tante Arletta. Nara mulai menyukai pedas. Tapi sepertinya kebiasaan baru itu berdampak buruk untuk tubuhnya.

You Are My Antidote (FINISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang