Pulang

1.5K 194 4
                                    

"Besok gak ada pr kan?" Tanya Rosé ke temen-temennya itu.

Mereka sekarang lagi siap-siap untuk pulang. Kelas udah sepi, tinggal mereka aja.

"Iya gak ada" jawab Yeri.

"Gak percaya, yang lain dong yang jawab" balas Rosé.

"Sialan"

"Kalo gue yang jawab pasti tetep gak percaya" saut Joy.

"Udah jelas, gak usah ditanya" balas Rosé.

"Iya gak ada pr je" akhirnya Irene menjawab setelah selesai memasukkan barangnya ke tas.

"Okay" balas Rosé.

"Tinggal bilang iren yang jawab susah amat lu" kata Jisoo.

Rosé hanya mencibir dan jalan keluar kelas karena yang lain udah selesai beres-beres.

Sesampainya mereka di parkiran, semua menuju kendaraan masing-masing. Ada yang dijemput ada yang bawa sendiri.

Hanya Jennie yang gak ada kendaraan. Tadi pagi ia diantar. Kalau pulang gak tau.

"Lo pulang gimana jen?" Tanya Irene.

"Naik grab ren" balas Jennie.

"Grab bener-bener grab ya, awas aja gue liat lu jalan kaki" kata Rosé.

"Hehe iya jeee" balas Jennie lalu membuka aplikasi grab.

"Yaudah jen, kita duluan ya"

Lalu mereka berpamitan.

Jennie yang emang susah banget dibilangin, bukannya mesen grab malah jalan kaki keluar sekolah.

Di tengah perjalanannya, ia melihat ada abang-abang jualan cilor. Langsung aja berjalan lebih cepat untuk beli.

"Jennie?"

Saat ingin memesan, ada yang memanggilnya. Ia langsung menoleh dan melihat orang yang memanggilnya adalah orang yang ia temui malam itu.

"Lah lo??" Kata Jennie kaget.

Orang itu memperhatikan Jennie dari ujung rambut sampai ujung kakinya. Jennie memakai seragam lengkap. Termasuk rapih juga.

"Makasih bang" ucap Jennie setelah membayar dan mengambil cilornya.

"Lo baru balik sekolah?" Tanya orang itu.

Jennie hanya mengangguk. Sibuk makan.

"Jalan kaki?" Tanya orang itu lagi.

Lagi-lagi Jennie hanya mengangguk.

"Gue anter pulang, mau?" Tanya orang itu lagi.

Jennie pelan-pelan menolehkan kepalanya ke arah orang itu.

"Ngerepotin, jadi engga, makasih tawarannya"

"Oke"

Orang tersebut langsung pergi ke mobilnya dan masuk ke dalam mobil.

Jennie yang melihat itu sedikit menganga. Tumben gak dipaksa, pikirnya.

Gak lama dari itu, mobilnya udah jalan begitu aja. Jennie yang melihat itu cuma bisa melongo.

Karena gak ada tumpangan dan ia males mesen grab, akhirnya lagi-lagi jalan kaki ke rumah. Jaraknya lumayan, tapi Jennie kebiasa jalan kaki.

Saat sedang asik jalan sambil menghabiskan cilornya, dateng lagi mobil orang yang ia temui malem itu.

"Yakin lo gak mau?" Tanya orang itu saat kaca mobil udah kebuka.

Jennie hanya bisa menghembuskan nafas. Lalu menatap mata orang itu untuk pertama kalinya. Karena waktu itu kehalang topi, namun sekarang topi tersebut udah tidak terlalu menghalangi matanya.

"Gue gak mau ngerepotin" balas Jennie.

"Dari pada jalan kaki?"

"Lah mending jalan kaki"

"Jauh"

"Kenapa emang?"

"Gak capek?"

"Biasa aja"

"Oke deh"

Orang itu menutup lagi kaca mobilnya dan pergi menjauh dengan mobilnya.

Jennie lagi-lagi kebingungan. Nawarin sampai dua kali tapi ujung-ujungnya orang tersebut langsung pergi lagi.

•••

Sesampainya di depan gerbang rumahnya, Jennie berhenti sebentar dan melihat ke arah rumah tetangganya.

Ada seorang pria yang sedang sibuk telfonan. Posisinya juga berada di depan gerbang rumah. Gerbang rumah tersebut terbuka lebar dan di garasinya terparkir satu mobil. Sepertinya baru pulang kantor.

Saat Jennie ingin membuka gerbang rumahnya, pria tersebut memanggilnya.

"Dek" panggilnya.

Jennie langsung nengok dan tidak jadi membuka gerbang rumah. Ia menghadap ke pria itu.

"Eh.. iya om?" Balas Jennie canggung. Gak kenal soalnya.

"Baru pulang sekolah?" Tanya pria itu.

Jennie hanya menggangguk canggung.

"Ooh.. maaf om mau nanya, adek satu sekolah dengan anak saya tidak ya?"

Jennie mengkerutkan keningnya sedikit. Dia aja gak tau anak dari pria itu yang mana tapi malah ditanyain. Lagi pula Jennie juga baru tau kalau tetangganya punya anak.

"Umm maaf om, anak om siapa ya?" Tanya Jennie.

"Oh om kira kamu kenal anak saya ahaha maaf ya, namanya-"

"PAPI!!!"

Omongan pria tersebut terputus oleh suara teriakan dari rumahnya. Jennie dan pria itu secara bersamaan langsung menoleh ke sumber suara.

Di teras rumah, ada seorang gadis berdiri, pakaiannya kaos putih dan celana pendek. Memang style rumahan. Pria tersebut pamitan sama Jennie dan langsung masuk ke perkarangan rumahnya.

Jennie melihat sebentar ke arah pria dan anaknya itu. Mereka berpelukan sambil tersenyum. Jennie hanya tersenyum tipis melihatnya dan membuka gerbang rumahnya untuk masuk.

Di dalam kamar, Jennie langsung merebahkan dirinya.

"Aarrghhh padahal tadi udah mau nyebut namanya, malah gak jadi" kesal Jennie.

Namun, Jennie keinget sama gadis tadi. Ia langsung berpikir apakah itu adek dari orang misterius yang ia temui?

KABURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang