34. EP || Di Sergap

6.6K 538 140
                                    


Rich pun bangkit dari tempatnya lalu pergi meninggalkan ruang kerja, Rich berjalan dengan santai melewati lorong sepi tanpa adanya rasa takut yang melanda. Rich masih bisa mengingat wajah Lion di seharian ini, dan itu benar-benar membuat Rich kesal. Pasalnya ia tak bisa lagi menjahili gadis naif dan polos itu, dan jika dia tetap nekat, maka gadis itu hanya akan mengundurkan diri dari TUHRDU.

Rich kembali melanjutkan langkahnya menuruni tangga di depan, namun tiba-tiba langkahnya terhenti kala ia menyadari sekaligus merasakan kejanggalan di sana.

Sebuah kejanggalan yang berasal dari jejak sepatu yang menempel hingga mengotori lantai yang sudah di bersihkan, Apalagi jejak sepatu itu berada tepat di tangga menuju lorong masuk ruang kantor di mana Rich bekerja.

Tak hanya itu, jejak sepatu itu terbuat dari lumpur basah, dan itu cukup banyak hingga Rich bisa menyimpulkan jika tak hanya ada satu orang yang tadi berhenti di sini. Belum lagi, jejak itu berkumpul dan membentuk sebuah lingkaran seakan semua pemilik jejak sepatu tengah mengerubungi sesuatu.

Tatapan Rich berubah dingin, Rich akhirnya sadar akan sesuatu. Perlu di ketahui, Rich adalah orang nomor satu yang di benci oleh seluruh TUHRDU, entah karena rasa iri karena perbedaan kekuatan, fisik, kekayaan dan pangkat, atau bahkan kehidupan malam.

Semua anggota TUHRDU akan memiliki alasan yang berbeda-beda untuk membenci Rich, dan Rich sangat sadar akan hal itu. Oleh sebab itu ruang kerja Rich di letakkan berjauhan dengan ruangan lain, ia harus melewati lorong untuk pergi ke ruang kerjanya dan menuruni tangga.

Karena letaknya yang di pisah, atau bisa di katakan 'sendiri', sudah jelas tidak akan ada yang datang ke sana selain untuk urusan-urusan yang benar-benar penting. Memangnya siapa yang ingin masuk ke sarang iblis? Sudah Pati jawabannya tidak ada.

Namun, ada apa dengan jejak kaki ini? Dan jejak itu masih basah, hal itu membuktikan jika orang-orang itu belum lama pergi dari sini.

"Ha... Apa aku sudah terlambat?" Gumamnya dengan datar.

•••••

Di sebuah kantor terbengkalai di markas TUHRDU, bangunan yang di tinggalkan karena terbakar beberapa bulan lalu. Kini bangunan itu dijadikan sebagai tempat penyergapan untuk menyergap Lion.

Di sana Lion sudah terbaring di sebuah matras usang yang sudah tak terpakai dengan kondisi tangan dan kaki yang diikat secara melebar, air mata tak henti-hentinya mengalir melalui ujung mata Lion.

Tubuh Lion sudah sangat lemah, dan dia sudah sangat mengantuk sekarang akibat alat sengatan listrik sialan itu, namun Lion masih berusaha menjaga kesadarannya walaupun sebenarnya sangat mustahil.

"Hiks... Aku tidak mau... Pergi dariku, ku mohon pergi..." -Lirih Lion dalam hati.

"Haha... Kau masih sadar? Kenapa kau tidak tidur saja? Kau ini keras kepala sekali." Ujar salah satu pria pada Lion.

"Cup cup cup, jangan berkata begitu, lihatlah dia jadi takut." Ucap pria lainnya.

"Tenanglah, kami akan membuat mu nikmat, kami janji. Jadi berhentilah menangis hahaha..." Ucap pria yang berada tepat di atas kepala Lion, pria itu mengulurkan tangannya menghapus air mata Lion.

Lion memejamkan matanya, "Hiks... Aku tidak mau... Siapa saja tolong aku hiks..." -Tangisnya dalam diam.

Satu pria mulai membuka kancing atasan yang di kenakan Lion, sementara pria lainnya mulai membuka sabuk yang ada di pinggang Lion, hal itu membuat Lion semakin menangis dibuatnya, ia tak pernah merasa setakut ini.

Untuk terakhir kalinya, dengan penuh perjuangan, Lion berusaha mengerahkan sisa kekuatannya. "Aku mohon... Jangan hiks...! Aku tidak mau... Huhuu... Hngg... Hiks." Tangis Lion begitu menyedihkan.

EPITESHI PATHOUS vol.01 || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang