Part 8

334 9 1
                                    

Tania membersihkan tubuhnya, berkali-kali ia menggosok badannya yang sehabis disentuh oleh Alvaro. Ia merasa jijik dengan dirinya sendiri, entah mengapa ia merasa kesulitan menolak Alvaro, bukan karena rasa suka tentunya. Tetapi aura negatif yg selalu terpancar oleh Alvaro yang membuat Tania takut. Ia jadi memikirkan hubungannya dengan Kevin, ia merasa apakan masih pantas dengan Kevin, kalaupun ia tidak berjodoh dengan Kevin ia tidak akan mau dengan Alvaro. Tania pun bingung entah apa yang diinginkan Alvaro sebenarnya dari dirinya.

***************

Pagi hari dikantor Aina sudah gemetar memandang handphone ya. Ia mendapatkan pesan dari Alvaro untuk memulai misinya merebut Kevin. Aina hampir gila membaca pesan tersebut, " apa yg harus ku lakukan Tuhan?" Tanya Aina pada dirinya sendiri.
"Selamat pagi." Sapa Tania seceria mungkin, ia tidak mau sahabatnya tau kalau ia sedang banyak pokiran.
"Hei, pagi." Sapa Aina yang tak kalah dibuat seceria mungkin.

Waktu makan siang pun tiba, "hei, ayok makan yuk." Sapa Kevin yang tiba-tiba muncul.
"Kau membuat kaget sayang, ini aku mau makan siang sama Aina." Ucap Tania yang sedang menghampiri meja Aina.
Aina yang hendak bangun, tiba-tiba melihan Alvaro yang sedang memperhatikannya. Dengan panik ia memuali sandiwaranya.
"Aduh, kepalaku." Ucap Aina sambil bangun dari duduknya, lalu menjatukan diri ke arah Kevin yang sudah dekat dengan mejanya. Tania terlihat panik melihat sahabatnya jatuh karena sakit.
"Maafkan aku Tania." Ucap Aina dalam hatinya, ia merasa tidak enak melihat sahabatnya yang tulus padahal ia sedang membohonginya, semua karena Alvaro.

Dengan sigap Kevin menahan tubuh Aina, setengah memeluknya. "Kau tidak apa?"
"Palaku pusing Kevin." Ucap Aina
Tania sedikit terkejut melihat tingkah Aina, namun ia tepis itu semua. "Ayok aku antar ke klinik Aina." Tawar Tania
"Eeem, kalau boleh Kevin boleh tidak mengantarku pulang Tania. Maksudku, aku takut tidak bisa melanjutkan keja Tania, Kevin kan punya mobil biar bisa cepat sampai rumah." Pinta Aina sambil meringis masih dipelukan Kavin.

"Tentu saja boleh Aina, kamu kan sahabat kita. Aku justru percaya kamu aman kalau sama Kevin." Tania tulus.
"Tapi sayang kamu makan siang sama siapa?" Kevin cemas meninggalkan Tania
"Gapapah sayang, aku bisa makan sendiri dikantin bawah sebentar."
"Ok kalo gitu, kamu hati-hati sayang, aku antar Aina dulu." Kevin mengecup pipi Tania sebelum berlalu sambil memapah Aina. Alvaro tersenyum licik melihat permainan yang baru saja dimuali.

******************

"Kamu kenapa Aina?" Aina nampak gusar di monil Kevin
"Eehh, gak kenapa-napa kok. Kevin, terimaksih sudah mau menjadi sahabatku dan Tania juga."
"Kamu ini kenapa sih? Salah minum abat apaan?" Tanya Kevin yang bingung dengan ucapan Aina. Mereka sudah sampai di depan rumah Aina.
"Kevin apapun yang terjadi jaga Tania." Ucap Aina lalu mengecup pipi Kevin lalu turun dari mobil. Kevin merasa aneh dengan ucapan dan prilaku Aina.

***************

Jam sudah menunjukan pukul 7 malam. Tania bersiap-siap untuk pulang. Sampai didepan lift entah kesialan macam apa yang menimpa Tania. Ketika sedang menunggu lift, ketika terbuka dilantainya ia melihat Alvaro ada didalamnya seorang diri. Tania menjadi ragu, namun ketika melihat sekeliling ruangan sudah tidak ada siapa-siapa.
"Masuk Tania." Perintah Alvaro
Bagai kerbau yang dicocok hidunya Tania menurut. Bukan karena patuh, namun lebih kepada takut.
Alvaro masih berdiri dibelakan bersandar, sedangkan Tania berdiri didepan menempel dengan tombol lift.

"Kenapa kita harus berjauhan, heeem." Bisik Alvaro yang tiba-tiba sudah berada di belakang Tania.
"Tolong Mr. Alvaro jangan terlalu dekat." Ucap Tania gemetar
"Sssttt ssstttt sssttt tenang sayang, jangan terlalu tegang." Alvaro sudah mendekap Tania dan menarik mundur ke belakang. Dengan risih Tania mencoba melepaskan dekapan Alvaro.
"Kemana sahabatmu, aku tidak melihatnya di kantor." Alvaro berbisik ditelinga Tania.
"Dia sakit Mr jadi izin."

"Diantar pulang oleh Kevin?" Alvaro bisa merasakan tubuh Tania menegang dalam dekapannya, membuat Alvaro tersenyum licik.
"Kau tidak takut sahabatmu akan merebut Kevin atau sebaliknya Kevin mai belakan dengan Aina?" Alvaro masih setia mendekap Tania walau ia terus mencoba melepaskan diri dari Alvaro.

"Apa maksud anda Mr? Jangan bicara macam-macam anda tidka mengenal saya atau Aina." Dengan susah payah Tania menyentak tangan Alvaro dan terlepas, Alvaro tidak berusha mendekap Tania kembali.
"Tania Tania, tapi aku mengenal Kevin?! Kau ingat dia adikku, bagaimana kalau sifat dia salinya sama dengan ku?" Alvaro menggoda
"Kevin tidak mungkin memiliki sifat brengsek seperti anda!"
"Saya sudah memperingatkan Tania, hati-hati."

ImmortalityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang