Part 6

11.4K 219 49
                                    

"Carikan informasi sedetail mungkin tetang wanita bernama Tania Zayan."

Sambungan telfon itu terputus. Alvaro bangun dari duduknya dan berjalan kearah jendela di dalam ruang kerjanya. Ia memasukan kedua tangannya kedalam kantung celananya dan menatap lurus keluar memperhatikan jalan raya yang tampak padat.

Bayangan mengenai Tania selalu berputar-putar di dalam kepalanya. Ia selalu merasa tidak sabar untuk bertemu kembali dengan Tania. Sebuah senyum misterius tersungging dibibirnya.

*********

"AINA." teriak Tania ketika ia meliahat Aina ada beberapa langkah di depannya.

Ania terlonjak kaget dengan teriakan sahabatnya itu. Ia memutar tubuhnya dan memelototi Tania yang sekarang tengah berlari kearahnya sambil tertawa.

"Kamu apa-apaan sih Tania, kan engga perlu teriak-teriak."

"Maaf ya sayangku." ucap Tania sambil menyengir.

"Tumben kamu seneng banget keliatannya?"

"Gimana aku engga seneng, kamu tahu nilai-nilaiku disemester ini mendapatkan A semua. Dan Mr. Sam menjanjikan aku untuk mendapatkan beasiswa."

Aina tersenyum masam melihat sahabatnya itu. Tania selalu mendapatkan apa yang ia inginkan, sedangkan Aina? Ia hanyalah seorang wanita yang tidak memiliki masa depan. Namun Aina sangat bahagia bisa melihat sahabatnya tersenyum setelah beberapa minggu belakangan ini ia melihat Tania selalu murung.

"Aina? Hey, Aina? Kok malah melamun?" Tania menggerak-gerakan bahu Aina.

Aina mengejapkan matanya, "Wohoo! Selamat Tania, aku bangga padamu."

"Yeah!! Terimakasih Aina." ucapnya seraya membalas pelukan Aina.

"Jadi, kamu udah bilang pada Kevin?"

Tania terdiam, ia melepaskan pelukan Aina. Entah mengapa setiap ia mendengar nama Kevin membuat hatinya menjadi sedih. Tania merasa kalau dirinya tidaklah pantas untuk kekasihnya itu.

"Tania? Kamu kenapa?"

"Aina, apa aku pantas untuk Kevin?" cicit Tania.

"Maksud kamu apa?"

"Iya, maksud aku, apa aku pantas untuk Kevin?"

"Kamu ngomong apa sih Tania? Jelas kamu pantas dan cocok sama Kevin."

Tania menundukan kepalanya, "Entahlah Aina, aku hanya merasa kalau aku tidak pantas untuk Kevin."

"Hai, apa ang kamu bicarakan. Dengarkan aku Tania, kamu orang cantik, pinar, baik dan kamu cocok dengan Kevin. Ia pintar, ramah, baik ya walau terkadang suka jail, tapi kalian cocok."

"Kamu engga ngerti apa yang aku rasa Aina." ucap Tania dengan pelan.

"Apa? Kamu ngomong apa?"

Tania mengangkat kepalanya, "Eh, engga kok." Tania berusaha tersenyum.

"Kamu tau, kamu itu beruntung Tania. Jujur aku sempat iri padamu, kamu punya keluarga yang luar biasa harmonis, dan memiliki kekasih yang sangat mencintai kamu, sedangkan aku..."

"Kamu engga boleh ngomong begitu. Kamu punya aku Aina, kita bersahabat, bersaudara, kita adalah keluarga dan akan selalu bersama, oke." Tania memeluk Aina yang duduk disebelahnya. Kedua wanita itu memejamkan matanya dan secara bersama mereka tersenyum, dua wanita yang memiliki permasalahan hidup yang berat.

****************

Tania terus berjalan dipinggir jalan menuju rumah kedua orang tuanya. Ditangan kanannya ia membawa bunga mawar putih kesukaan ibunya. Sudah hamper dua minggu ia tidak kembali kerumah dan memilih bermalam di apartemennya. Tania mengeratkan jaket ditubuhnya, udara malam kali ini terasa lebih dingin.

ImmortalityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang