Part 9

91 9 1
                                    

"Sayang, mommy mau mengadakan acara api unggun di penginapan keluarga yang ada dihutan, yang kamu pernah dateng juga." ucap kevin yg sedang ada di kantin bersama Tania

Tania mengangkat kepalanya yang sedang mengaduk-aduk makanannya. "Heemm.."

"Kamu sakit?" tanya Kevin
"Engga kok, kapan acaranya?"

"Sabtu minggu ini, kamu mau ikut?"
Tania ingin menolak tapi melihat Kevin yang menatap penuh harap membuat Tania tidak tega, akhirnya ia mengangguk.

"Tapi... aku boleh ajak Aina?"
"Sure, kau boleh mengajaknya." jawab Kevin cepaat penuh semangat. Paling tidak Tania merasa aman kalau ada sahabat disisinya.

***

"Ayolah Aina temani aku diacara keluarga Kevin." mohon Tania kepada sahabatnya yang tidak tertarik diajak oleh Tania

"Aku tidak kenal siapapun Tania, aku juga bukan siapa-siapa, kenapa harus ikut?" sebenarnya ia takut bertemu Alvaro begitupun Tania yang tidak saling mengetahui.

"Kalau mereka sedang sibuk, aku engga ada siapa-siapa yang menemani, ayolah Aina sekali saja." mohon Tania

"Apa ini kesempatanku untuk menjalankan ancaman si brengsek Alvaro? Tapi aku tidak tega Tania...." ucap Aina dalam hati.

Aina segera menerjang Tania memeluk sahabatnya dengan erat, "Aku minta maaf Tania..." bisik Aina

"Kamu kenapa?"
"Gapapa, aku akan ikut kamu."

***

Sabtu pun tiba, Kevin turun dari mobil diikiti Tania dan Aina. Aina dan Tania sama gugupnya, tanpa mereka ketahui ketakutan mereka sama yaitu Alvaro

Mata Tania mengedar di area depan rumah. Ia tidak melihat mobil Alvaro, "ah mungkin ia tidak datang..." pikir Tania.

Namun pikiran itu salah karena tidak lama terdengar suara mobil milik Alvaro. Tania, Kevin, Aina mengalihkan pandangannya ke arah Alvaro yang turun dari mobilnya dengan gagah menggunakan pakaian kerjanya dengan dua kancing atas terbuka.

Ia menghampiri ketiganya yang berdiri ditangga hendak masuk kedalam rumah.

"Well, well tamu sudah datang. Kau bisa membantu Kevin bawakan belanjaan ini, dibantu oleh, siapa ini?" Kevin menunjukan belanjaan dikedua tangannya dan bertanya, siapakan nama Aina yang padahal ia sudah tau.

"Ah ini Aina sahabat Tania." Kevin menjawab, mengambil satu kantong benjaan.

"Bisa tolong?" Tanya Alvaro pada Aina yg menyodorkan satu kantong belanjaan padanya

"Kau bisa membantuku Tania masih ada lagi di belakang mobil?" Alvaro bertanya ketika Tania akan ikut masuk ke dalam rumah. Kaki Tania membeku ditangga,

"Biar aku saja."
"Tak apa Kevin kamu masuk aja, mommy sudah menunggumu." Ucap Tania

Tania berbalik badan, berjalan beriringan dengan Alvaro menuju mobil bagian belakang.

Ketika Tania sedang neunduk mengambil belanjaan, tiba-tiba Alvaro memeluknya erat dari belalang.
"Miss you baby." ucapnya berbisik dan mengecup dan menjilat leher Tania

Tania kaget melepas tangan Alvaro dan melihat sekeliling, "Apa yang kau lakukan brengsek, nanti ada yang melihat."

Alvaro masih memeluk Tania dengan erat bahkan sambil meremas payudara Tania. Dan tidak tahu malunya iya mendengatkan kemaluannya pada bagian belakang Tania.

Alvaro menggeram dan membalik badan Tania, "Kau tidak merindukanku?" bisik Alvaro tepat dihadapan bibir Tania yang berjarak sangat dekat

"Kau ini mabuk atau apa Alvaro, aku ini kekasih adikmu." terus saja Tania melawan dan mendorong dada dan lengan kekar Alvaro.

"Aku tak peduli." Alvaro menarik bagian belakang kepala Tania, ia menciumnya dalam memagutnya intens. Ia memperdalam ciumannya menahan kepala Tania yang terus mengelak, Alvaro menggigit bibir bawah Tania sehingga ia membuka mulutnya.

Kesempatan tidak sia-sia ia menyelipkan lidahnya agar beradu dengan Tania. Ciuman itu panas, yang bernafsu yang satu mati-matian menolak.

Dirasa cukup Alvaro melepaslan ciumannya. "Masih manis seperti biasa." sambil menyeringai Alvaro berkata

Ia meninggalkan Tania yang masih terkejut dengan apa yang terjadi.

***

Malam datang, kini sudah menunjukan pukul sebelas malam, udara dingin melanda. Orang tua Alvaro sudah masuk kedalam kamarnya. Alvaro sedang diruang kerja, tersisa Tania, Kevin dan Aina.

Mereka sedang minum-minum wine untuk menghangatkan badan, mereka bertiga tertawa-tawa. Sampai akhirnya Tania terbidur dengan kepala di atas paha Kevin dan badannya berapa di sofa, sedangkan Kevin dan Aina masih tertawa-tawa samapai Tania tidak terasa tertidur.

***
Sosok tinggi tegap itu muncul dari kegelapan, melihat wanitanya yang tertidur di sofa di depan perapian. Ia memdekat sepeti singa menatap santapannya.

Ia lalu berjongkok didepan wajah Tania, ia mengelus pipi mulusnya. Wajah hangat yang merona, mengelus bibir wanita itu dengan jempolnya, membenarka helaian rambutnya yang beberapa menjuntai. Ia mengecup lening Tania hangat dengan sayang.

***
Entah berapa lama ia tertidur, Tania terbangun sendirian diruang tamu. Di cek ternyata jam satu dinihari, "dimana Aina dan Kevin?"
Tania menjadi takut, takut dikesendiriannya Alvaro akan muncul. Bergegas ia menuju ke kamarnya dan Aina, Tania dan Aina tidur satu kamar.

Kamar mereka di lantai dua, dengan terburu-buru ia melangkahkan kakinya samapai kakinya terhantuk tangga dan menjadi luka. Namun tidak ia rasakan karena ia ingin cepat sampai ke kamar.

Tidak merasakan firasat apa-apa sesampainya didepan pintu ia langsung membuka pintu. Betapa kagetnya Tania dengan apa yang ia lihat.

Ia sudah melihat Aina dan Kevin sedang melakukan hal yang diluar pemikiran Tania. Ia melihat Kevin yang sudah tidak berbusana denga Aina yang sama tidak berbusananya.

Ia melihat lantai kamarnya, baju keduanya sudah berserakan di lantai. Keduanya sepertinya tidak menyadarinya, Tania dengan tubuh gemetar berjalan mendekat, suara-suapa lenguhan keduanya memenuhi kamar dan terdengar tajam di telinga Tania.

"Ke, Kevin..." Tania bergetar

Aina dan Kevin mengehentikan kegiatan mereka, menoleh serempak ke arah Tania.

"Tania...." lirih Aina

"Tania,, sayang." Kevin menyingkirkan Aina mencoba bangun dari kasur dan mendekati Tania.

Tania mundur sampai pinggang nya terantuk meja, ia menatap ke meja lalu mengambil vas bunga dan melemparnya ke dinding, untuk memperingati Kevin untuk tidak mendekatinya.

Kevin membeku, Tania masih menangis tidak bersuara apapun, Kevin hanya memakai celananya kembali sedangkan Aina melilitkan selimut ditubuhnya sambil menangis.

Suara pecahan vas mengundang Alvaro datang dengan wajah datarnya, tapi Aina bisa melihat sudur bibirnya tertarik menyeringai, brengsek!

"Well, ya apa yang kita dapat. Kepana kau dengannya, kan Tania yang kekasihmu?" Alvaro berucap sambil menunjuk-nunjuk Tania, Kevin, Aina bergantian.

Melihat Tania yang menangis gemetar Alvaro mendekatikan dan memeluknya. Entah karena memang ia perlu seseorang, Tania tidak menolak pelukan Alvaro, malah ia memeluk Alvaro dan menangis di dadanya.

Mommy dan daddy pun berlari menuju kamar Tania. Mereka berdua kaget dengan apa yg ia lihat, Kevin dan Aina yang tidak berpakaian, sedangkan Alvaro dan Tania yang berpelukan sambil Tania yang menangis.

"Ada apa ini?"

########

Kembali lagi menulis itu tidak gampang 😭😭😭

Jangan lupa comment dan votenya, biar aku semangat lagi ❣️❣️❣️

ImmortalityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang